Kanisius Teobaldus Deki
Sekilas
Filsafat Pra Sokrates
Tema Filsafat
F
|
ilsuf-filsuf pertama sekitar tahun 600-450 SM,
menaruh perhatian pada pencarian prinsip pemersatu dari seluruh alam raya ini.[1]
Pertama-tama mereka melihat seluruh kenyataan sebagai physis (alam) dan kosmos
(semesta yang teratur). Persoalan filosofis pertama adalah persoalan
kosmologis. Mereka mengemukakan pertanyaan tentang usul asal alam semesta,
tahap-tahap pembentukannya dan kekuatan-kekuatan asali yang bergiat di
dalamnya.[2]
Para filsuf itu bisa dikelompokkan dalam lima mazhab yakni mazhab naturalis,
Pythagoras, Elea, Pluralis dan Atomis. Persoalan yang menjadi inti pembahasan
mereka adalah soal asas yang paling hakiki dari realitas. Para filsuf pertama
melihat alam sebagai obyek penelitiannya. Mereka memandang keanekaragaman dalam
alam semesta lalu berpikir dan bertanya, “Tidakkah di balik keanekaragaman itu
hanya ada satu asas?”[3]
Aliran Filsafat Dan Tokoh -
Tokohnya[4]
P
|
andangan tentang alam semesta
sebagai asas pertama sangat beragam dan mengalami perubahan dari satu
filsuf ke filsuf yang lain. Filsuf
pertama, Thales, mengatakan bahwa asas pertama alam semesta adalah air.
Selanjutnya Anaximandros mengatakan bahwa prinsip dan elemen dari segala
sesuatu adalah to apeiron ( yang tak
terbatas). Dialah yang pertama memperkenalkan term arche (prinsip).
Dia menandaskan bahwa prinsip itu bukan air atau hal-hal lain yang disebut
elemen-elemen, melainkan physis (
kodrat) tak terbatas yang lain. Berbeda dengan Thales dan Anaximandros,
Anaximenes tidak mengakui kedua prinsip sebelumnya. Ia menegaskan bahwa udara
merupakan substansi utama dan sumber dari segala sesuatu yang ada.
Heraklitus
dengan pendasarannya tentang pantharhei
(segala sesuatu berubah, segala sesuatu mengalir) menyimpulkan bahwa hakekat
segala sesuatu adalah “menjadi”. Ia juga menegaskan bahwa esensi dari segala
sesuatu adalah api. Baginya setiap gerakan perubahan mengandung gerakan api
yang terdiri dari gerakan naik dan gerakan turun. Kosmos dengan segala isinya
terjadi berdasarkan kebijaksanaan kedua jalan api itu.
M
|
enurut mazhab Pythagoras,
bilangan merupakan prinsip pertama dari segala sesuatu. Mereka melihat bahwa
atribut-atribut dan perbandingan antara skala-skala musik diekspresikan dengan
bilangan-bilangan dan semua yang lain tampak dalam seluruh kodratnya diikuti
oleh angka-angka. Dalam hal ini bilangan kelihatannya menjadi unsur pertama
dari seluruh kodrat dasar itu dan seluruh jagat raya menjadi suatu skala musik
dan bilangan.[5]
Dari mazhab
Elea, Xenophanes mengatakan bahwa hanya ada satu yang ilahi. Yang satu itu
bersifat unik dan itu adalah Allah.[6] Yang Satu
adalah semua dan semua adalah Yang Satu. Bertentangan dengan Heraklitus,
Parmenides justru melihat bahwa tak ada perubahan. Perubahan merupakan suatu
ilusi. Menurut Parmenides, Yang Satu itu ada dan tidak dapat tidak ada. Yang
Ada tidak dapat hancur, ia bersifat kekal dan tak berubah.
M
|
azhab Pluralis diwakili oleh
Empedokles dan Anaxagoras. Empedokles mengatakan bahwa ada empat unsur dasar
sebagai penyusun realitas seluruhnya yakni, air, udara, api dan tanah. Alasan
Empedokles adalah karena anasir-anasir itu merupakan kualitas yang tidak
berubah. Selanjutnya Anaxagoras adalah filsuf pertama yang berkarya di Athena.
Menurut dia realitas seluruhnya terdiri dari banyak benih yang tak terhingga.
Dengan demikian ia menolak monisme Parmenides dan jumlah anasir yang terbatas
pada Empedokles. Dunia dan semua obyek yang kelihatan tersusun rapih dan
memiliki struktur yang bagus menuntut suatu being
yang memiliki pengetahuan dan kuasa. Akal atau nous adalah prinsip yang menyiapkan materi-materi dengan tata
susunannya. Nous bersifat tak
terbatas, memerintah diri sendiri di dalam dirinya sendiri dan dia ada di mana-mana.
L
|
eokipos dan Demokritos dari
mazhab Atomis menegaskan bahwa kelahiran terjadi karena penyatuan dan
kehancuran karena pemisahan dari semua hal yang ada. Kenyataan terdiri dari
banyak unsur, yang jumlahnya tidak terbatas dan tak kelihatan karena terlalu
kecil. Unsur-unsur itu tidak dapat dibagi-bagi lagi dan disebut atom (a tomos). Atom-atom ini merupakan bentuk
asali, berbeda satu dengan yang lain berdasarkan rupa, urutan dan posisi.
[1] Anthony Harrison-Barbet, Mastering Philosophy (London: Macmillan
Education, 1990), p. 9.
[2] Frans
Ceunfin, “Sejarah
Filsafat Barat Kuno”, Manuskrip (STFK Ledalero, 1994), p. 8.
[3] Jan
Hendrik Rapar, Pengantar Filsafat
(Yogyakarta: Kanisius, 1997), p. 22.
[4] Martin J. Wals, A History of Philosophy (London:
Geoffrei Chapman,1985), pp. 3-15.
[5] Frederick Copleston, A History of Philosophy 1 (New York:
Image Book, 1960), p. 33.
[6]
Menurut Aristoteles, Allah bagi Xenophanes sama saja dengan dunia. Anggapan
Aristoteles ini masih diragukan kebenarannya. Tetapi maksud Xenophanes tidak
sama dengan apa yang dimaksudkan oleh orang Kristen dan Islam jika mereka
mengatakan “Allah Yang Esa”. Yang ilahi bersifat abadi, tiada awalnya, esa dan
universal. Bdk. Longinus Mare, “Sejarah Filsafat
Barat Kuno”, Manuskrip (STFK
Ledalero, 2000), p. 51.
No comments:
Post a Comment