Wednesday 23 October 2019

P. Carolus Kale Bale, SVD: Pahlawan Kemanusiaan Manggarai





Foto: Perayaan Ekaristi Perdana P. Kale Bale SVD dan P. Gabriel Manek SVD di Ruteng. Sumber: KITVL-Leiden University.

Kanisius Teobaldus Deki
Penulis Buku 100 Tahun Paroki Katedral, Dosen STIE Karya Ruteng


Pater Kale lahir di Paga tahun 1914. Ia berasal dari keluarga campuran Sabu-Maumere. Dia merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Ayahnya seorang polisi. Mereka bertumbuh dan berkembang dalam kehidupan bersahaja. Sebagai anak polisi dia mengikuti orangtuanya ke mana saja mereka pindah. Tidak banyak catatan tentang masa kecil dan pendidikan dasarnya. Saat itu seminari menengah hanya satu-satunya di Nusa Tenggara yakni di Sikka yang dimulai 2 Februari 1926. Seminari itu dipimpin oleh P. Cornelissen SVD. Dia mengenyam pendidikan di tempat itu pada 1927-1929. Selanjutnya, P. Kale melanjutkan pendidikan ke Seminari Yohanes Berchmans-Toda Belu Mataloko.

Pada 28 Januari 1941, Kale tercatat sebagai imam pribumi pertama dari Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero bersama rekannya P. Gabriel Manek SVD. Mereka adalah panenan perdana dari seminari tinggi itu. Sebenarnya, ada dua angkatan pertama yang juga menjadi mahasiswa calon imam di panti itu: Lucas Lusi dan Niko Meak. Lucas Lusi kemudian menjadi imam projo Keuskupan Agung Ende ditahbiskan pada tahun 1944 oleh Mgr. Hendrikus Leven SVD. Sedangkan Niko Meak meninggal sebagai frater pada 30 November 1938.

Pater Kale pascatahbisan dibenum sebagai pastor di wilayah Maumere. Dia bertugas hampir di seluruh wilayah Maumere sampai Komandaru. Persis 15 Mei 1942 tiba-tiba berita sedih muncul. Semua misionaris Eropa diperintahkan untuk meninggalkan Indonesia. Pada 15 Juli 1942 terdapat 70 imam, 14 bruder dan 29 suster dibuang ke Pare-Pare oleh Jepang. Mereka hidup sengsara lara di tempat itu dan baru mengalami kemerdekaan setelah Jepang dinyatakan kalah.

Selama Jepang menjajah Indonesia itulah beberapa frater ditahbiskan sebelum waktunya: Yohanes Bala Letor dan R. Pedriko. P. Yan Bala, asal Koting-Maumere, diberi tugas untuk melayani umat di Manggarai.

Sesudah Indonesia merdeka, Pater Kale ditugaskan di Manggarai. P. Kale menjadi pastor paroki di Katedral tahun 1953. Ia melayani umat dengan sepenuh hati untuk semua aspek, bukan saja pelayanan sacramental tetapi juga memperhatikan aspek pendidikan, ekonomi dan sosial. Pater Kale mendirikan SDK Ruteng VI dan Panti Asuhan. “Setiap umat yang datang padanya selalu dilayani dengan baik. Mereka yang berkekurangan meminta uang dan diberikan. Dia tidak mau umat pulang dengan tangan kosong”, kesaksian seorang imam SVD tentang sosok P. Kale.


Berpikir Jauh ke Depan

Pater Kale menjadi salah satu tokoh kunci untuk pendidikan tinggi di Manggarai, khususnya dengan kehadiran lembaga Akademi Pendidikan Kateketik (APK) di Ruteng yang kemudian menjadi cikal bakal UKI Santu Paulus Ruteng.

Tatkala tahun 1959 lembaga pendidikan Kateketik hendak dibangun di tanah ulayat orang Tenda, Lingko Tubi, bersamaan dengan itu ada rencana polisi membangun asrama di tempat itu. Dengan sigap P. Kale dan tim kerjanya menjumpai tetua adat di Tenda. Dia meminta ijin untuk membeli tanah itu untuk kepentingan misi. Jadilah demikian, P. Kale membeli tanah-tanah dari pemiliknya masing-masing untuk menjadi tanah misi. Sebagai Vikaris Jenderal Keuskupan Ruteng, P. Kale membantu Mgr. Wilhelmus van Bekkum SVD dalam banyak urusan.

Usaha P. Kale tidak sia-sia. Tanah itu tidak dapat diganggu-gugat oleh siapapun sehingga menjadi tempat yang layak lagi legal untuk di atasnya dibangun rumah pendidikan tinggi yang menampung sebagian anak-anak bumi Manggarai pun Nusantara demi meraih masa depan yang lebih baik.

Kelak di kemudian hari, dia tidak hanya memperjuangkan ruang bagi bertumbuhnya generasi-generasi baru anak tanah Nuca Lale, lebih dari itu, dia mengangkat harkat dan martabat anak-anak yang tersingkir karena kehilangan orang tuanya.



Membangun Panti Asuhan

Teks Injil Lukas 11:27-28 sangat memberi pengaruh pada P. Kale. Dalam teks itu, seorang perempuan yang menjadi pendengar Yesus berteriak: "Berbahagialah ibu yang telah mengandung Engkau dan susu yang telah menyusui Engkau." Tetapi Ia berkata: "Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya." P. Kale sudah mengikuti Yesus dengan penuh kesetiaan. Ia bukan saja menjadi pendengar. Dia adalah pemelihara Sabda. Menimba kekuatan dari Sabda dan menjalankannya dalam kehidupan kongkrit.

Di bagian lain, kisah tentang pengadilan terakhir injil Mateus 25:35-40, sangat menginspirasi P. Kale sehingga kemudian dia mendirikan panti asuhan bagi masyarakat yang membutuhkan pertolongannya. Teks lengkap berbunyi demikian:

“Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan;  ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku. Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum? Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian? Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau? Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.” 

Pater Kale mendirikan panti ini mula-mula dekat Rumah Wunut, lalu berpindah ke Kampung Maumere. Tatkala makin banyak anak yang membutuhkan pertolongan, perawatan dan pendampingan, sementara rumah itu tidak lagi dapat menampung, maka P. Kale memindahkan rumah panti ke Kampung Wae Peca-Lalong.

Selain membutuhkan tempat yang luas, P. Kale juga berpikir ke arah kemandirian. Menurut informasi yang disampaikan Bapa Musa, saudara dan rekan pengurus panti, P. Kale membeli beberapa bidang tanah, yang kemudian dijadikan sawah dan ladang. Sawah ditanami padi. Sekali panen diperoleh 6 ton padi. Itu sudah sangat cukup bagi kebutuhan anak-anak panti dari segi ketercukupan pangan. Ladang ditanami tanaman perdagangan seperti cengkeh dan kopi. Selain itu dibudidayakan juga sayur mayur untuk keperluan mereka sehari-hari.

Usaha P. Kale tidaklah sia-sia. Banyak anak panti yang dididik dan dibesarkannya bertumbuh menjadi pribadi-pribadi yang mandiri dalam pelbagai aspek kehidupan. Mereka kini tersebar di mana-mana dalam pelbagai profesi. Mereka menjadi manusia yang lengkap oleh sentuhan kasih P. Kale dan timnya di panti asuhan Wae Peca.

Usai menjalankan tugas dari Paroki Katedral, P. Kale mendirikan paroki Ka Redong. Selanjutnya, di usia senjanya, P. Kale menepi di Panti Asuhan Wae Peca dan akhirnya meninggal pada tahun 1989 dalam usia 75 tahun. P. Kale dikebumikan di Novisiat SVD Kuwu sebagai rumah peristirahatannya yang terakhir.

Melanjutkan Karya Agung

Foto: Bapa Musa, rekan P. Kale.

Tugas dan pelayanan terhadap kelompok peripheral (terpinggirkan) ini terus dijalankan oleh para misionaris SVD dan awam yang dengan hati lapang memberikan cinta dan kasih sayang. Setelah P. Hila Gudi SVD meninggal, P. Kobus Modo, SVD meneruskan karya ini bersama bapa Musa dan tim.

Menurut catatan P. Kobus, ada begitu banyak perhatian dan cinta yang mereka terima dalam melanjutkan karya agung P. Kale. Para donator menyediakan sejumlah dana bagi pembangunan ruang baca dan perpustakaan. Pemerintah menyediakan hand tractor dan sejumlah dana sosial untuk aneka keperluan. Tak kurang juga warga masyarakat kota datang berkunjung dan mencurahkan perhatian. Ini semua adalah tanda-tanda bahwa kepedulian terhadap sesama merupakan kenyataan yang tetap ada dan harus dipupuk untuk terus bertumbuh.

P. Kale sudah tiada. Namun cinta dan pengabdiannya untuk orang-orang Manggarai merupakan simpul-simpul Kerajaan Allah dalam wajah yang peduli dan rela berkorban bagi sesama yang menderita dan berkekurangan. Dengan cara ini, layaklah dia disebut sebagai pahlawan kemanusiaan bagi kita. Sebuah teladan yang mendorong kita melakukan hal serupa.                                 Foto: P. Kobus Modo SVD

Jika ada yang tertarik membantu karya pelayanan untuk Panti ini dapat menghubungi P. Kobus Modo SVD: 0822-3693-9855.

(Dipublikasi pertama oleh: www.floressmart.com pada Rabu, 23 Oktober 2019)






Monday 21 October 2019

Menggelorakan Spirit Kesejahteraan NTT (Catatan Untuk Hari Koperasi Kredit Internasional ke-71)



(Foto: Forum Puskopdit NTT berfoto bersama Gubernur NTT Viktor Laiskodat, Hotel Sylvia 17/10/2019)
Kanisius Teobaldus Deki
Ketua Koperasi Kredit Kopkardios, Dosen STIE Karya Ruteng

NTT adalah provinsi Koperasi! Itu adalah salah satu julukan (naming) bagi provinsi yang sedang bergeliat dalam arus pembangunan, dengan konsep-konsep baru, yang dirindukan sebagai obat penawar bagi racun akut kemiskinan yang melanda wilayah ini. Salah satu obat penawar itu dalam bidang ekonomi adalah pertumbuhan usaha dalam bidang keuangan. Selain lembaga keuangan konvensional seperti bank, Koperasi Kredit (Kopdit) menunjukkan kinerja keuangan yang memunculkan tonggak-tonggak harapan baru.
Artikel ini membangun diskusi tentang bagaimana mengupayakan kesejahteraan bersama NTT melalui gerakan Koperasi Kredit (Kopdit), persis pada saat Kopdit merayakan International Credit Union Day ke-71 pada Kamis, 17 Oktober 2019.
Tantangan NTT
Catatan BPS NTT mempresentasikan jumlah penduduk miskin yang terus meningkat pada Maret 2019 sebesar 21,09% (1.146.320 jiwa)  atau meningkat 0,06% (12.210 jiwa) dibandingkan dengan September 2018. Data ini memosisikan NTT sebagai provinsi miskin ketiga setelah Papua dan Papua Barat.
Populasi penduduk miskin di desa terus bertambah dari 24,65% menjadi 24,91% sedangkan di perkotaan menunjukkan grafik menurun dari 9,09% ke 8,84% pada Maret 2019.
Terdapat beberapa factor yang menyebabkan peningkatan angka kemiskinan antara lain nilai tukar petani (NTP), laju inflasi yang tinggi dan tingkat pengangguran terbuka (TPT). Nilai tukar petani  pada Maret 2019 turun sebesar 1,60% dibandingkan September 2018 yaitu 107,35% menjadi 105,63%. Turunnya NTP disebabkan harga produksi pertanian menurun di satu sisi, sedangkan harga konsumsi petani meningkat di sisi lain. Gap yang tajam ini berefek pada inflasi yang tinggi dan tingkat pengangguran terbuka (TPT). Tingkat inflasi pada September 2018-Maret 2019 umumnya cukup tinggi yakni 2,02%. Sedangkan TPT pada akhir Februari 2019 mengalami kenaikan 3,10% dibandingkan Februari 2018 hanya menduduki posisi 0,12% dan 0,09%.
Selajur dengan kenyataan di atas, garis kemiskinan di NTT pada Maret 2019 dibukukan Rp. 373.922 per kapita. Jumlah ini merupakan rekapitulasi dari garis kemiskinan makanan sebesar Rp. 292.305 per kapita (78,17%) dan non makanan sebesar Rp. 81,617 (21,83%).
Angka-angka ini tentu menjadi pisau bedah bermata dua yang berkiblat pada perubahan predikat provinsi termiskin ke-3 di Indonesia. Di satu pihak, angka-angka kemiskinan menjadi titik mulai untuk membenah diri, menemukan potensi ekonomi baru dan membuat optimalisasi sumber-sumber daya ekonomi yang sudah ada. Di lain pihak, optimalisasi peran ekonomi pada stakeholder lebih terfokus pada sektor-sektor riil di NTT yang berdaya memberikan konstribusi langsung pada penurunan grafik angka kemiskinan masyarakatnya.
Sederhananya, para pihak manakah yang bisa dilibatkan secara nyata untuk membangun ruang usaha yang memberikan sumbangan bagi kesejahteraan masyarakat NTT?
Kopdit memicu Harapan
Dalam sebuah rapat koordinasi (Rakor) gubernur NTT dengan para bupati dan pelaku dunia usaha di NTT yang dilaksanakan di Hotel Ayana 11 Juni 2019, gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat memberi ruang seluas-luasnya kepada Kopdit untuk ikut membangun NTT secara massif. Hal itu merupakan kesempatan pertama bagi Kopdit untuk dilibatkan secara resmi melalui pengakuan otoritas pemerintah provinsi sejak wilayah ini dinyatakan sebagai Provinsi Koperasi.
Apa yang diharapan gubernur tentu bukanlah penempatan ide pada ruang kosong. Jumlah Koperasi Kredit (Kopdit)  yang bergabung ke Induk Koperasi Kredit Indonesia (Inkopdit)  yang berada di NTT sebanyak 143 lembaga Kopdit. Total anggota untuk 143 lembaga itu adalah 859.292 orang, terdiri dari 433.541 orang laki-laki dan 425.751 orang perempuan. Data jumlah anggota hampir seimbang antara laki-laki dan perempuan. Ini menjadi harapan tentang konsep emansipasi ekonomi yang sudah berjalan baik di NTT. Perokonomian bukan lagi sebuah ranah yang hanya menjadi domain laki-laki.
Dari usaha yang dilakukan oleh 143 Kopdit, diperoleh jumlah asset seluruhnya Rp. 5.714.865.156.623. Dari total asset ini, pinjaman beredar Rp. 4.643.162.178.812. 
Angka ini tentu bukanlah jumlah yang sangat besar bila dibandingkan dengan jumlah penduduk NTT. Namun demikian, angka ini mempresentasikan kekuatan ekonomi local yang bersumber pada masyarakat sendiri.
Jenis produk pinjaman dalam klasifikasi pinjaman usaha, kesejahteraan, pendidikan, masa depan menjadi jawaban yang mampu memberikan dukungan finansial bagi para anggotanya. Berhadapan dengan TPT, Kopdit membuka ruang yang luas bagi para pencari kerja untuk bekerja di Kopdit. Dari 143 lembaga ini terdapat 3.087 orang yang bekerja sebagai karyawan purnawaktu dan 1.184 orang yang menjadi pekerja paruhwaktu.
Penduduk NTT pada tahun 2019 berjumlah 5.456.203 jiwa. Dari seluruh jumlah penduduk NTT, ada 15,7% yang sudah menjadi anggota Koperasi Kredit. Belum terhitung anggota Koperasi dengan wadah atau asosiasi yang lain. Ini adalah angka yang memicu harapan.
Pada Hari Kopdit Sedunia ini, apa yang harus dilakukan agar masyarakat NTT memasuki gerbang kesejahteraan? Jawabannya adalah menjadikan masyarakat sebagai subjek pembangunan melalui rel Kopdit.
Secara internal, melalui sosialisasi dan pendidikan Kopdit terus mengupayakan pertumbuhan anggota agar makin banyak yang memasuki gerbong kesejahteraan: pertumbuhan usaha anggota makin baik, banyak modal yang berputar, banyak pekerja yang memeroleh tempat kerja dan anggota akhirnya mendulang keuntungan. Secara eksternal, peran pemerintah mendampingi Kopdit dengan regulasi yang kondusif sangat membantu Kopdit dan anggotanya berada pada komitmennya mensejahterakan masyarakat NTT. Inilah spirit kita bersama agar catatan sejarah ketertinggalan provinsi kita hanya menjadi kisah lama demi menyongsong era baru NTT.

(Dipublikasikan pertama oleh: HU Pos Kupang, edisi Selasa, 22 Oktober 2019)

Sunday 20 October 2019

Romanus Woga: Dian yang Terus Menyala (3)



Dian yang Terus Menyala

Memberikan motivasi, terjun langsung ke tengah masyarakat dan menjadi narasumber untuk berbagai seminar, lokalatih dan ruang pendidikan bukanlah hal yang mudah. Ibarat R.A. Kartini yang membuka tirai kegelapan dalam perjuangan emansipasi wanita, Romanus telah menjadi cahaya bagi banyak orang untuk terus berkanjang dalam pelayanan tiada henti menyebar terang kepada kegelapan kemiskinan masyarakat NTT dan Indonesia.

Romanus adalah dian yang terus menyala. Dia telah memendarkan cahaya pengetahuan tatkala masyarakat miskin di pedesaan NTT belum memiliki insight yang benar tentang bagaimana harus keluar dari ketertinggalan dan kemiskinan. Dia membagikan pengetahuannya (share of knowledge) dengan cuma-cuma. Dia seakan menggarisbawahi sabda Yesus, “Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma” (Mat 10:8).

Cahaya yang terus menjadi penuntun bagi masyarakat dan pemerintah dalam aneka pelayanannya. Dia secara sukarela membagikan pengalamannya (share of experience) sebagai anggota DPRD kabupaten Sikka dari Partai Demokrasi Indonesia tahun 1975 sampai  1977. Seminar-seminar yang dibangunnya adalah sebuah dialektika yang hidup antara teori dan praktek yang membentuk praksis. Para tahun 1982 menjadi Nara Sumber Pertemuan Nasional Program Perumahan System Kopdit oleh Menteri Negara Perumahan Rakyat RI. Bertempat di Yogyakarta. Tahun 1983 menjadi narasumber untuk pertemuan Interchange Kopdit Asia di Bangkok-Thailand dan tahun 1991 menjadi peserta Forum Kopdit Tingkat Dunia di Wisconsin Amerika Serikat.

Api dian itu harus terus diisi. Romanus terus belajar untuk memberdayakan diri demi pelayanan yang prima. Berbagai kursus diikutinya. Pada tahun  1994  (Mei)    mengikuti Study Banding Kopdit tingkat Asia di Korea Selatan, Taiwan dan  Hongkong, di tahun yang sama (1994, bulan Juni) mengikuti Forum Kopdit Tingkat Dunia di Cork - Irlandia-Eropa dan dua tahun sesudahnya, tahun 1996,    melakukan Study Mission di Kanada.

Pada Februari 2001, Romanus menjadi Nara Sumber pada Asia Pasific Region Micro Credit Summit Meeting of Councils di New Dehli- India. Bulan September tahun itu menjadi Peserta Asian Credit Union Forum di Kuala Lumpur, Malayasia. Satu tahun kemudian, tahun 2002, menjadi Peserta Workshop on Microfinance di Bangkok-Thailand dan tahun 2003 menjadi Peserta International Fundraising Congress untuk Asia-Pasific di Bangkok-Tahiland.

Dari tahun 2005 ada begitu banyak kegiatan yang diikutinya. Tahun 2005 menjadi Moderator Temu Nasional Keuangan Mikro Indonesia di Solo -Jateng. Tahun 2006 menjadi peserta Asian Credit Union Forum di Colombo- Sri Lanka. Tahun 2007 mengikuti kegiatan Credit Union Development Education di Tagaytai-Philipina. Tahun 2008 menjadi peserta Forum Credit Union Growing to New Heights di Dhaka- Bangladesh.

Pada April 2010 Romanus menjadi peserta Midle East-Africa Microcredit Summit di Kenya-Afrika. Sebulan sesudahnya, Mei 2010, terpilih sebagai Ketua Induk Koperasi Kredit Indonesia, Jakarta. Pada September 2010 menjadi Moderator Forum Koperasi Kredit se Asia di Seoul, KoreaSelatan dan di bulan Nopember 2010 menjadi peserta Grand Opening U Tower di Bangkok, Thailand.

Tahun 2011 ada beberapa kegiatan besar yang dijalankannya. Pada Januari 2011 menjadi pembicara pada Forum Seminar Credit Union di Dili , Timor Leste dan April 2011 menjadi  Utusan CUCO Indonesia untuk Perayaan 40 tahun ACCU di Bangkok, Thailand.  Di bulan Agustus 2011        menjadi pembicara di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) di Bandung Jawa Barat dengan topik Pengalaman Praktik Berkoperasi dilanjutkan bulan September 2011 sebagai Speaker (Pembicara) pada ACCU Forum 2011 di Kuala Lumpur Malayasia. Sebagai penutup di tahun 2011 pada bulan Desember  menjadi pembicara utama pada Seminar Federasi Hanai Malu Credit Union.

Kepiwaian Romanus dalam mengelaborasi pikiran, konsep dan pengalaman membawa dirinya sebagai seorang pribadi yang dibutuhkan dunia Asia. Workshop pun seminar adalah dunianya dalam membicarakan gerakan Koperasi Kredit. Pada Januari 2012     Romanus diundang sebagai Speaker/Pembicara pada Seminar & Workshop International 2012, dengan tema: Indonesia Siap Mencetak Koperasi & UKM Kelas Dunia, Jakarta 13 Januari 2012. Hal yang sama juga dilakukannya pada bulan Mei 2012     yakni dengan menjadi Pembicara di Universita Sanata Dharma Jogjakarta.  Tahun ini pada bulan September 2012 Romanus terpilih sebagai Vice Precident ACCU (Asian Confederation of Credit Union ) di Manila, Philipina, periode 2012 – 2014. Sepulang dari sana, pada Desember 2012 Romanus menjadi pembicara pada Seminar Credit Union Timor Leste di Dili, dengan topik “Pembangunan Credit Union Level Asia“.

Dari tahun 2013 hingga 2016 ada begitu banyak kegiatan yang patut dicatat. Pada bulan Maret, 2013            Romanus menjadi Panelist AgriFinance of Credit Union di Bangkok, Thailand. Pada September 2013 dia menjadi peserta ACCU Forum di Katmandu, Nepal. Di bulan yang sama dia memenuhi permintaan Universitas Widya Mandira Kupang untuk menjadi pembicata dengan topik Pengembangan Ekonomi Rakyat Melalui Koperasi. Aktivitas di Kopdit dengan segala macam bentuknya sungguh terfokus sehingga menghasilkan dampak-dampak positif. Hal itu membawa dirinya pada bulan September 2014   sekali lagi terpilih sebagai wakil Presiden CU Asia periode ke-2. Dalam kapasitas sebagai wakil Presiden CU se-Asia itu dia pada bulan November 2014            melakukan kunjungan kerja ke Hongkong dan Taiwan. Selanjutnya, pada bulan Maret 2015 Romanus mengikuti Rapat ACCU di Bangkok Thailand dan Kunjungan kerja ke Myanmar/Birma.

Di Mei 2016   masa jabatan di Inkopdit telah tuntas melalui acara serah terima Ketua Inkopdit di Pangkal Pinang ke Drs.Joko Susilo. Djoko adalah Ketua Puskopdit Jawa Barat yang terpilih menggantikan dirinya untuk posisi puncak Inkopdit. Kendati demikian, aktivitasnya dalam gerakan koperasi kredit Indonesia dan Asia masih terus dijalankannya. Pada Juli 2016 dia menghadiri Rapat Anggota Tahunan Koperasi Kredit/Credit Union se-Amerika  di Derven,Colorado,Amerika Serikat dan menjadi peserta pertemuan Dewan Credit Union sedunia di Derven,Amerika Serikat. Selanjutnya, pada September 2016 dia memimpin Rapat ACCU di Incheon Korea Selatan sekaligus melakukan serah terima jabatan Wakil Presiden ACCU di Korea Selatan.

Penghargaan atas Bakti
Romanus tidak hanya menyerahkan hidupnya bagi pelaynan bidang koperasi. Dia juga banyak berkontribusi pada kehidupan lain yang intinya tetap mengabdi masyarakat. Pada tahun 1999 hingga tahun 2000 Romanus dipercayakan untuk menjadi Konsultan Plan Internasional di Kupang, NTT. Plan adalah sebuah LSM internasional yang banyak menolong masyarakat di NTT.

Dia terus bekerja tanpa henti. Memberikan seluruh diri dan segenap kemampuannya bagi kemaslahatan banyak orang. Tidaklah mengherankan, kiprahnya itu kemudian mendapat apresiasi yang setimpal. Pada tahun 2009    Romanus menerima Tanda Penghargaan dari Pemerintah RI cq Menteri Koperasi Republik Indonesia, sebagai Bakti Koperasi. Penghargaan ini bukan saja sebagai sebuah apresiasi dan rekognisi, melainkan sebagai bukti bahwa apa yang dikerjakannya sangat fundamental bagi kehidupan manusia: membangun kesejahteraan sebagai pilihan utama, selaras dengan apa yang tertera dalam UUD 1945.

Pada level yang lebih tinggi, Romanus akhirnya, pada bulan Juli 2011            menerima Satya Lencana Wira Karya dari Presiden Republik Indonesia, Bpk. DR.Susilo Bambang Yudhoyono.      Sebuah pengakuan karya yang tak bisa dibilang sederhana. Karya Romanus menjadi inspirasi bagi banyak orang, menggerakkan mereka untuk juga melakukan hal yang sama.

Tatkala karyanya terus berlanjut, keterpilihannya menjadi Wakil Bupati Sikka untuk periode September 2018 – September 2023 lebih merupakan ungkapan apresiasi atas kedigdayaan pelayanannnya bagi masyarakat kecil, khususnya masyarakat pedesaan yang sangat dicintainya.  Suami dari ibu Mathilde Clementia, seorang guru pensiunan PNS dan ayah dari Emanuel Woda, SE, Robertus Woga, S.Fil dan Maria Mediatrix Woga, S.Akun, tetaplah seorang pria bersahaja yang terus berkarya mencipta terang kesejahteraan bagi dunia. Sebuah pilihan yang juga diharapkan dapat dilakukan semua orang. Beranikah kita menjadi dian yang terus bernyala membawa terang bagi sesama?

*Penulis lahir di Tenda-Ruteng, 1 Juli 1976. Kuliah filsafat dan teologi di Ledalero. Tahun 2000 mengikuti International Carmelite Studies for Formation di Yerusalem dan Haifa Israel. Saat ini menjadi Ketua Kopdit Kopkardios dan dosen STIE Karya Ruteng.

Romanus Woga: Dian yang Terus Menyala (2)



Tekun Bekerja-Giat Berorganisasi

Romanus adalah seorang pekerja keras sekaligus cerdas. Dia sungguh memahami bahwa bekerja merupakan sebuah proses yang bukan saja berkiblat pada pencapaian hasil (result oriented) tetapi juga untuk merealisasikan diri. Karena itu bekerja dengan seluruh diri dan penuh kecintaan membuat Romanus menjadi sebuah pribadi yang memiliki karakter. Profesionalisme yang dimilikinya dalam bekerja merupakan buah-buah bernas dari etos yang dimilikinya. Akhirnya dapat dipastikan, Romanus mendapat berbagai kepercayaan para pihak baik local, nasional hingga internasional.

Karir Romanus dimulai di  IPP/Yayasan Pembangunan (YASPEM) Maumere. Yaspem merupakan sebuah lembaga swadaya masyarakat yang didirikan oleh P. Heinrich Bollen SVD. Kelahiran Yaspem tidak terlepas dari gema wacana tentang Concept Flores-Welvaarts Plan yang disusun oleh P. A. van de Ende SVD.

Pada Januari 1969 dia menjadi Sekertaris Koperasi Kredit Lepo Woga Watublapi. Ketekunannya terlihat dalam tugas sebagai sekretaris. Dia sangat teliti mempersiapkan dokumen rapat, dokumen lembaga dan mencatat kronik dengan sangat baik. Setiap kali ketua membutuhkan data, dengan mudah diberikan oleh Romanus.

Tahun 1970hingga 1988, Romanus dipercayakan menjadi Petugas Lapangan/Motivator Koperasi Kredit. Hal ini menjadi eksplisitasi dari kursus Credit Union yang diterimnya di Bogor. Kepercayaan barus terus bertambah sehingga dari lapangan Romanus dipindahkan sebagai Sekretaris dalam Kepengurusan Yaspem tahun  1988 hingga  1998. Sebuah jabatan kepercayaan yang sangat strategis untuk melakukan pemberdayaan masyarakat saat itu.  selama 10 tahun Romanus membuktikan kapasitas, kapabilitas dan kualitasnya sehingga sejak tahun  1998 hingga sekarang          menduduki posisi Ketua Pengurus Yaspem.

Dian bagi Koperasi Kredit

Apa yang sekarang disebut Koperasi Kredit di Indonesia adalah sebuah lembaga yang lahir di Eropa, besutan Raiffeisen tahun 1849. Raiffeisen memandang begitu banyak orang miskin yang harusnya dapat hidup layak. Dia menolong mereka dengan membagikan makanan dan memberi derma. Lama kelamaan Raiffeisen merasa bahwa cara yang dia lakukan keliru. Makin banyak jumlah orang miskin namun kemampuan dia memberi makin kecil. Lahirlah konsepnya bahwa orang miskin itu harus diberdayakan. Mereka harus diberi kail bukan ikan. Merekalah yang harus memancing sendiri untuk mendapat ikan. Menyiapkan wadah Credit Union bagi Raiffeisen adalah hal yang paling mungkin. Jadilah demikian. Banyak orang dapat menolong dirinya sendiri dan sesamanya.

Kisah Raiffeisen di Eropa menjalar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia melalui P. Albrecth Karim SJ. Spirit dasarnya tetap sesama. Penegasannya jelas: orang miskin dapat menolong dirinya sendiri. Termasuk berlembaga. Yang dibtuhkan adalah mereka harus saling percaya.

“Orang masuk Koperasi Kredit karena saling percaya. Kata latin “credere” artinya percaya “unus” artinya satu. Credit Union itu orang yang saling percaya lalu berkumpul untuk melakukan sesuatu”, jelas Romanus pada suatu saat. Romanus adalah salah satu penggerak pertama Kopdit di NTT. Dia menginisiasi lahirnya BK3D NTT-T (Badan Koodrinasi Koperasi Kredit Daerah Nusa Tenggara Timur Bagian Timur). Pada tahun 1976 dia merintis Pembentukan BK3D NTT-T dan tahun 1976 – 1982 dipercayakan menjadi Ketua BK3D NTT-T. Selanjutnya tahun 1982 – 1990 dia menjadi Bendahara BK3D NTT-T dan tahun 1990 -  2005 menjadi Direktur Exsekutif BK3D NTT-T.

Kiprah yang dilakukannya di level provinsi NTT sebenarnya datang dari pengalamannya di kabupaten Sikka. Dia menyadari bahwa ada begitu banyak lembaga Kopdit yang sudah terbentuk dan ada kecemasan bahwa mereka akan berjuang sendiri mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya. Itulah sebabnya, pada tahun 1996 dia mulai merintis pembentukkan PUSKOPDIT (Pusat Koperasi Kredit) Swadaya Utama Maumere.

Sebagai inisiator, Romanus dipercayakan anggota-anggota Kopdit Primer untuk menjadi Direktur Pelaksana Puskopdit pada tahun 1996-2005. Lalu pada tahun 2005 – 2016 terpilih menjadi Ketua Puskopdit. Dan dari tahun 2016 hingga sekarang menjadi Pengurus Harian.

Dari NTT untuk Indonesia dan Dunia
Romanus terus berkibar. Setelah NTT mengenal karya dan pelayanannya, kini Indonesia membutuhkan sosok pelayan setia dengan kapasitas yang luar biasa bagi kemandirian Koperasi Kredit Indonesia. Pada BK3 I (Badan Koordinasi Koperasi Kredit Indoensia)di tahun 1985 – 1989 Romanus terpilih menjadi Pengurus Pleno BK3I Jakarta.

Ketika BK3I bermetamorfosis menjadi     INKOPDIT (Induk Koperasi Kredit Indonesia), nama Romanus tidak asing bagi Kopdit seluruh Indoensia. Itulah sebabnya dalam pemilihan pengurus pada Mei 2010 Romanus terpilih dengan suara bulat untuk menjadi Ketua Inkopdit periode 2010 hingga 2013. Selama tiga tahun masa kepemimpinannya, banyak hal positif dirasakan dan dialami oleh Kopdit di seluruh Indonesia yang berada di bawah panji Inkopdit. Pemilihan periode kedua sudah dipastikan kemenangan kembali didulang oleh Romanus sehingga dia kembali dipercayakan menjadi Ketua Inkopdit pada Mei 2013  sampai Mei 2016.

Romanus menjadi Ketua Inkopdit persis pada saat lembaga keuangan mikro ini sedang mengalami pelbagai perubahan. Ada tiga hal besar yang dihadapinya. Pertama nian, perubahan teknologi dan informasi. Lembaga-lembaga keuangan modern sudah menggunakan teknologi mutakhir IT untuk system admisnitrasi dan akuntansi keuangan. Ada peralihan dari pencatatan manual ke komputerasisasi berbasis software. Lahirlah di masa ini Sikodpit MD lalu berpindah menjadi Program Sikopdit CS. Nanti sesudahnya dikembangkan Sikopdit CS Online. Melalui software ini, para Pengurus Kopdit dengan mudah membukukan segala bentuk transaksinya. Kopdit diminta untuk selalu berinovasi (yang kemudian menjadi pilar ke-4). Dia menyesuaikan diri sekaligus tetap dalam keunikan visi dan misinya. Sehingga, pada satu titik dia mengikuti perkembangan zaman, namun sisi lain dia tidak kehilangan jati dirinya.

Kedua, pendidikan. Bagian terpenting dalam Kopdit yang tidak boleh dilalaikan adalah Pendidikan. “Kopdit lahir karena pendidikan, bertumbuh dan berkembang karena pendidikan dan bertahan karena pendidikan”, jelasnya dalam sebuah RAT Nasional. Di masa periode kepemimpinannya hal ini menjadi focus utama. Pendidikan manajerial, pendidikan akuntansi, pendidikan organisasi, pendidikan usaha merupakan usaha tiada henti untuk menjadikan Kopdit sebagai pilihan utama masyarakat.

Ketiga, solidaritas. Tetap diingat baik bahwa Credit Union dari kata latin adalah orang yang bersatu dan saling percaya. Aspek solidaritas adalah bukti bahwa ada persatuan. Yang kuat menopang yang lemah, yang lemah terus berdaya supaya jadi kuat. Sisi solidaritas sekaligus mempertegas pilar swadaya. Romanus, dalam kepelbagaian anggota Kopdit dari Sabang sampai Merauke, adalah salah satu figur yang terus menerus mengkampanyekan persatuan.

Fakta perpecahan sering tak terbantahkan. Itulah sebabnya pada tahun 2017 ketika RAT Nasional di Makasar, didengungkan untuk pertama kalinya pilar kelima: Persatuan Dalam kebhinekaan. Isi pidato-pidatonya sering membicarakan tema persatuan dan persaudaraan. “Kita ini adalah utusan dari pelbagai tempat. Dalam kebersamaan kita selalu menemukan perbedaan. Perbedaan itu hendaknya jangan dilihat sebagai alasan untuk berpisah melainkan kekayaan kita untuk tetap bersama sebagai satu kesatuan”, jelasnya. Kendati demikian, itu tidak mudah. Romanus mengakui perlu kerendahan hati. Hanya orang yang rendah hati yang dapat bekerja bersama orang lain.


Sepak terjang perjuangan Romanus mengantarnya ke pentas dunia yang lebih luas. Pada level    ACCU ( Asian Confederation of Credit Union) dia terpilih sebagai Vice President Of  ACCU di Bangkok, Thailand  untuk periode 2012 – 2016. Pemilihan ini sudah dapat diduga dari segenap kemampuan dan kapasitas yang dimilikinya. Pengakuan negara melalui Dekopin juga menjadi hal yang positif. Romanus duduk sebagai  Ketua Komite Simpan Pinjam dan Jasa Keuangan DEKOPIN untuk periode 2015-2020,    Penasehat DEKOPIN Propinsi NTT,2016-2021 dan sejak terbentuknya Forum Puskopdit NTT di Ende, Romanus dipercayakan menjadi Ketua Forum Puskopdit NTT dari tahun 2016 sampai sekarang.

BERSAMBUNG

Romanus Woga: Dian yang Terus Menyala (1)


Kanisius Teobaldus Deki
Ketua Kopdit Kopkardios, Dosen STIE Karya Ruteng



Lima Pusat Koperasi Kredit se-NTT bertemu di Hotel Sylvia-Kupang 15-17 Oktober 2019. Pertemuan ini membahaas banyak hal, antara lain memperingati The International 71th Credit Union Day yang jatuh pada Kamis, 17 Oktober 2019. Peserta datang dari berbagai tempat di NTT. Di ujung Barat Puskopdit Manggarai, di Flores Tengah Puskopdit Flores Mandiri dan di Timur Flores Puskopdit Swadaya Utama Maumere. Tiga Puskopdit dari Flores dengan ratusan lembaga Credit Unionnya. Di Timor ada Puskopdit Bekatigade Timor dengan 27 Kopdit dan Puskopdit Sumba ada 9 Kopdit.

Perhelatan tahunan Puskopdit ini merupakan ajang untuk bertukar informasi, pengalaman dan pengetahuan untuk pertumbuhan dan perkembangan Kopdit. Menariknya, tatkala membahas agenda Pengurus Forum Puskopdit NTT untuk periode 2019-2022, secara aklamasi terpilih bapak Romanus Woga, Ketua Puksopdit Swadaya Utama Maumere sebagai Ketua dan Vinsen Repu sebagai Sekretaris. Tepuk tangan meriah memenuhi Aula Lantai 5 Hotel Sylvia Premier Kupang. Romanus adalah pribadi yang terus membiaskan pengaruh positif bagi keberlangsungan Kopdit, sejak kelahirannya di tahun 1970an hingga saat ini. Pidato-pidatonya yang memukau memberi daya pikat yang tak sedikit. Alur konsepnya jelas terpampang dan mudah diikuti. Itulah sebabnya, secara otomatis, dari hasil perjuangan yang tak sedikit meneteskan derai air mata, dia didapuk untuk menjabat beberapa posisi penting di Kopdit, mulai dari primer hingga dunia internasional.

Artikel ini merupakan sebuah biografi singkat Romanus Woga. Tentu di sana sini terdapat beberapa kekurangan yang sedianya dapat diatasi jika ada kekerapan bertemu dan berdikusi dengan Pak Romanus. Saya mengenal pak Romanus sejak RAT Nasional Induk Koperasi Kredit Indonesia (Inkopdit) di Jogjakarta tahun 2012. Sejak saat itu saya mengikuti jejak pak Romanus dalam dunia Koperasi Kredit (Kopdit) hingga pertemuan di Kupang ini.

Anak Desa yang gemar Belajar
Romanus lahir dengan nama lengkap, Romanus Woga. Dalam pertemuan nasional pun internasional dia sering disapa Rommy. Dia lahir di Hewokloang pada 16 Juli 1947. Pendidikan formal        mula-mula dijalankannya di SRK Hewokloang dan selesai tahun 1960. Dari Hewokloang, dia melanjutkan pendidikan di SMPK Watublapi (tamat tahun 1964) dan selanjutnya menempuh pendidikan menengah di SMEAK Syuradikara Ende (tamat tahun 1969).

Kerap tatkala mendengar pidato Romanus yang berapi-api, apik dengan modulasi suara yang diatur sedemikian indah, dan pilihan kata dari berbagai bahasa dalam ungkapan-ungkapan yang tepat membahasakan konsepnya, para audiens tidak percaya kalau dia hanya tamatan sekolah menengah ekonomi atas. Bahasa Inggrisnya lancar dengan artikulasi yang jelas. “Saya menggunakan bahasa Inggris dengan baik dalam pidato-pidato saya. Di India saya berpidato dengan baik di hadapan ribuan audiens dari seluruh Asia. Pidato itu sungguh berbekas di hati para audiens sehingga ketika ada pilihan Pengurus Credit Union tingkat Asia, saya terpilih sebagai Wakil Presiden Credit Union Asia”, katanya.

Pidato-pidatonya sangat inspiratif, sehingga itulah sebabnya banyak orang menanti-nanti kesempatan untuk mendengarkan pidatonya. Saat dia sering menyitir pepatah-pepatah dalam bahasa latin, orang bertanya, “Seminari di mana pak Romanus?” Dia tertawa renyah. “Saya tidak pernah mengenyam pendidikan di Seminari, bahkan halamannyapun tidak saya injak”, kisahnya di suatu waktu. Harap maklum, di Flores, kepintaran seorang individu cenderung dihubungkan dengan lembaga Seminari. Di lembaga ini, selain pendidikannya bermutu juga diajarkan nilai-nilai pembentukkan karakter melalui pola hidup berasrama.

Lalu, dari mana semua kemampuan Romanus untuk menjadi seorang pembicara ulung yang dinantikan banyak orang? Jawabannya terletak pada kemampuan belajarnya yang tinggi. Kendati pendidikan formalnya hanya sampai tingkat SMEA, kesukaannya terhadap ilmu pengetahuan menghantarnya menjadi seorang pembelajar hebat yang kemudian memiliki banyak ilmu.

Ada begitu banyak pendidikan non formal yang diikutinya antara lain Kuperda Bogor, Jawa Barat tahun 1972. Ini merupakan kursus pendidikan dasar koperasi kredit yang dibimbing oleh P. Albrecth Karim SJ. Sepulang dari sana, dia berjalan dari kampung ke kampung di kabupaten Sikka untuk mengkampanyekan Koperasi Kredit. Kesetiaan dan ketekunannya dalam aktivitas ini membawa hasil yang sedikit demi sedikit terlihat. Ada banyak orang yang percaya lalu menjadi anggota Kopdit.

Kursus tahun 1972 itu terjadi karena sejak Januari 1969 dia menjadi Sekertaris Koperasi Kredit Lepo Woga Watublapi dan pada tahun 1970 hingga 1988 dia menjadi Petugas Lapangan/ Motivator Koperasi Kredit. Kepiwaiannya dalam belajar terakui atasannya di Yaspem sehingga dia dikirim untuk mengikuti kursus di Searsolin, Xavier University Ataneo de Cagayan, Philipina, tahun 1978 – 1979. Keluar dari lingkup Asia, Romanus dipilih untuk mengikuti kursus Credit Union Director Achievement di Kanada tahun 1996. Pendidikan tiada henti ini dilanjutkan dengan mengikuti Credit Union Development Education di Los Banos PhilipineUniversity pada tahun 2000.

BERSAMBUNG


 (Pertama kali dipublikasi oleh: www.floressmart.com)