Sunday 24 November 2019

NTT Butuh Pak Gubernur!


(sumber foto:www.tagar.id)

Kanisius Teobaldus Deki
Ketua Koperasi Kredit Kopkardios, Dosen STIE Karya Ruteng

Berita tentang keberangkatan Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat ke Jakarta pada 18 Oktober 2019 sungguh menggoncangkan NTT. Berita itu berisi pesan harapan: ada kemungkinan Pak Viktor dipilih presiden Jokowi untuk menjadi salah satu pembantunya sebagai menteri. Pada tanggal 17 Oktober 2019, sehari sebelum beliau berangkat ke Jakarta memenuhi undangan presiden Jokowi, tepat pkl. 10.00 pagi, bertempat di Hotel Sylvia Premier, kami bertemu dengan Pak Viktor dalam rangka seminar nasional memeringati Hari Credit Union (Koperasi Kredit) sedunia ke-71.

Dalam kesempatan ini, Pak Viktor berbicara dalam durasi yang cukup lama, lebih dari sejam. Beliau menyampaikan persoalan-persoalan NTT yang dipetakan dalam lima bidang utama: Sumber daya pemimpin NTT yang masih lemah, pengelolaan pembangunan yang minim biaya, sumber daya dan potensi ekonomi yang belum maksimal dikelola, persoalan sosial seperti kasus pencurian massal yang belum sepenuhnya teratasi dan peran serta semua parapihak (stakeholder) pembangunan yang belum bersinergi.

Artikel ini, walau agak telat dipublikasikan, merupakan sebuah catatan instrospeksi atas wacana yang berkembang selama beberapa hari ini dalam euphoria gegap gempita pemilihan dan pelantikan para menteri Kabinet Indonesia Maju. Ada sejumlah pihak yang memandang absennya nama Pak Viktor dalam daftar menteri merupakan sebuah malum (kemalangan) bagi NTT dalam parade hingar bingar obsesi kekuasaan yang melanda semua level di republik ini. Sebaliknya, ada juga suara-suara optimis tentang peristiwa itu sebagai berkah bagi NTT untuk terus melanjutkan pembangunan yang sudah diretasnya.

Membangun dari keruntuhan

NTT di era Gubernur Ben Mboi merupakan sebuah provinsi yang cepat lepas dari kungkungan kemiskinan dengan munculnya program swasemabada beras. Pada era ini, Manggarai menjadi salah satu lumbung padi yang mampu menyuplai beras ke kawasan lain di NTT. Kopi, cengkeh, coklat, kemiri, asam, jagung, kacang-kacangan, kopra, jambu mente dan hampir semua jenis komoditi pertanian dari semua kabupaten dijual dengan harga yang menguntungkan petani. Pertumbuhan ekonomi menanjak naik. Riak-riak NTT sebagai sebuah kabupaten yang mandiri perlahan-lahan terlihat.

Era selanjutnya adalah kisah-kisah kegetiran. Angka ketergantungan NTT pada pusat makin tinggi dan bertahan kokoh pada ketergantungan penuh. Prosentase APBD NTT lebih besar dibiayai oleh pusat ketimbang hasil pendapatan asli daerah (PAD). Ini menunjukkan betapa NTT kembali runtuh sebagai sebuah entitas kemajuan, apalagi kemakmuran.

Di segala aspek kehidupan, ada litany panjang tak terbantahkan yang menggambarkan secara gamblang tentang keruntuhan di segala bidang kehidupan. Jumlah pengangguran terbuka sangat besar persis saat kita mengalami surplus demografi dengan angka usia produktif yang besar. Anak-anak NTT harus mencari kerja di luar negeri dan dikembalikan dalam peti-peti mati. Pun bekerja dalam negeri sendiri tetapi diperlakukan sama bejadnya oleh saudara-saudari sendiri. Masalah human trafficking menjadi menu harian dalam berita.

Di bidang ekonomi, pertumbuhan ekonomi belum maksimal. Banyak sektor ril belum digarap. Lahan-lahan kritis terbengkelai. NTT kekurangan air setiap tahun. Beras disuplai dari provinsi tetangga, juga mengharapkan bantuan beras raskin yang diimpor Negara dari Negara lain. Ketika masyarakat kekurangan pangan, stunting tak dapat dielakkan. Juga pelbagai penyakit ikutannya.

Extra ordinary way

Siapa bilang NTT ini miskin? NTT ini kaya. Lihatlah potensi-potensinya yang luar biasa, baik manusianya maupun sumber daya alamnya. Yang miskin adalah pemimpin-pemimpinnya. Mereka itu berjalan dalam rel kebiasaan yang sudah terlanjur salah namun masih terus diikutinya. Itulah yang disampaikan Pak Viktor dalam sebuah Rapat Koordinasi untuk para bupati dan pelaku usaha se-NTT di Hotel Ayana Labuan Bajo pada 10 Juni 2019. Saat itu saya juga hadir sebagai salah satu undangan atas nama lembaga keuangan mikro. Menurut pak Viktor, sebagai pemimpin di NTT, gubernur pun bupati ada dalam kemestian menemukan jalan luar biasa (extra ordinary way) untuk menyelesaikan masalah NTT.

Para pemimpin (gubernur dan bupati) menurut pak Viktor tidak lagi menjadi pemimpin yang “bodoh”, dalam artian hanya mengikuti petunjuk, penyelarasan dengan undang-undang atau peraturan yang berlaku (legal oriented), menjadi pemimpin adminsitratif, menjadi tukang lantik, tukang hadir acara. Sebagai pemimpin dia harus memikirkan usaha-usaha yang strategis untuk kemajuan daerahnya. Para bupati bertugas menemukan potensi daerahnya, mengembangkannya dan mengupayakan daerahnya mandiri dari produk-produknya. Dia juga pergi memperkenalkan produk-produk daerahnya ke manca Negara.

Harus ada rasa bersalah dan berdosa ketika program-program pembangunan tidak mencapai target. Kiblat dunia usaha sudah seharusnya diadaptasi ke dalam pola kinerja birokrasi. Modal sebagai investasi harus berorientasi pada keuntungan. Kritik pak Viktor pada pelaksanaan pembangunan hanya sebatas pada sudah dilaksanakannya program merupakan pola berulang (leit motiv) yang salah. Ironinya dapat, sudah salah terus menerus dilakukan pula. Semacam ada kesengajaan, bagaimana hasilnya urusan kemudian. Sebuah tindakan tanpa pertanggungjawaban moral.

Ide yang sering diungkapkan gubernur tentang produk lokal dan pemboikotan produk luar NTT sebenarnya ingin menegaskan NTT harus mampu menghasilkan produk sendiri, dipakai sendiri dan keuntungannya untuk pembangunan dan kesejahteraan NTT. Ide ini berkaitan erat dengan pilihan arah pembangunan NTT dengan menempatkan pariwisata sebagai leading sector pembangunan. Komodo sebagai salah satu asset NTT harus dikelola maksimal. Dibutuhkan startegi-strategi baru pengelolaan atasnya agar keuntungan dapat didulang untuk membiayai pembangunan NTT. Pinjaman-pinjaman luar dari pihak ketiga dibutuhkan untuk mempercapat penyelesaian infrastruktur jalan provinsi.

Inilah konsep-konsep yang sudah dinyatakan pak Viktor sebagai cara baru mengatasi problem NTT. Konsep yang lahir dari kecintaan yang sangat besar untuk daerah ini. Karenanya, NTT butuh implementator yang mengubah kata-kata ini menjadi kenyataan. Menurut hemat saya, pak Viktor adalah orang yang tepat untuk melanjutkan apa yang sudah dimulai. NTT butuh pak Viktor untuk maju dan sejahtera!

(Dipublikasikan pertama oleh: www.beritaflores.com, edisi: Minggu, 24 November 2019)

Kopkardios Membangun Ekonomi Manggarai Timur





Kanisius Teobaldus Deki
Ketua KSP Kopdit Kopkardios, Dosen STIE Karya

Pada 23 November 2019 kemarin, Manggarai Timur merayakan HUT berdirinya yang ke-12. Kabupaten yang masih belia ini lahir berdasarkan Undang Undang Nomor 36 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Manggarai Timur di Provinsi Nusa Tenggara Timur yang disahkan pada tanggal 17 Juli 2007. Sebuah kenyataan yang menjadi kerinduan banyak pihak. Setelah sekian lama menjadi sebuah daerah otonomi khusus, kabupaten ini terus berusaha mewujudkan impian masyarakatnya menjadi sebuah daerah yang sejahtera dalam semua aspek kehidupan. Hal ini memang menjadi kerinduan esensial semua manusia. Kerinduan dasariah yang terus memicu semua pihak untuk berjuang, baik sebagai individu maupun sebagai komunitas.

Salah satu tonggak penting yang bisa merealisasikan visi pembangunan adalah ketersediaan modal yang cukup. Sampai sejauh ini, salah satu modal utama pembangunan daerah adalah APBD kabupaten, di samping modal swasta dan modal-modal lembaga keuangan. Tahun 2020, Manggarai Timur akan memeroleh Rp. 1,03 triliun untuk membiayai program pembagunannya. Kendati modal itu tidak diberikan kepada masyarakat secara tunai, tetapi melalui program pembangunan, namun dana sebesar itu akhirnya berputar di tengah masyarakat dengan berbagai cara yang legal.

Modal lembaga keuangan yang membiayai usaha dan pelbagai kebutuhan masyarakat terus menjadi salah satu daya dorong bagi terciptanya masyarakat yang secara ekonomi terus bertumbuh. Koperasi Kredit (Kopdit) Kopkardios ikut dalam arus besar membangun daya yang sama dalam pembangunan masyarakat Manggarai Timur.

Artikel ini lahir dari keceriaan akan bertumbuh dan berkembangnya lembaga keuangan mikro ini di Manggarai Timur dan sebuah prolog bagi pembukaan kantor cabang baru pada Senin, 25 November 2019 di Borong, manggarai Timur.

Terlahir dari Keprihatinan

Catatan Badan Pusat Statistik 2019 memperlihatkan persantase penduduk miskin pada Maret 2019 di Indonesia sebesar 9,41%. Itu berarti jumlah penduduk miskin di Indonesia per Maret 2019 sebesar 25,14 juta orang. Jumlah yang masih cukup banyak untuk sekian ratus penduduk Indonesia.
Bila ditilik dari dari Garis Kemiskinan pada Maret 2019 tercatat sebesar Rp. 425.250,-/kapita/bulan. Komposisinya terdiri atas Garis Kemiskinan Makanan sebesar Rp.313.232,- (73,66 persen) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan sebesar Rp112.018,- (26,34 persen). Masih ditahun ini, pada Maret 2019, secara rata-rata rumah tangga miskin di Indonesia memiliki 4,68 orang anggota rumah tangga. Dengan demikian, besarnya Garis Kemiskinan per rumah tangga miskin secara rata-rata adalah sebesar Rp1.990.170,-/rumah tangga miskin/bulan.

BPS Kabupaten Manggarai Timur memperlihatkan data jumlah penduduk tahun 2017 sebanyak 280.118 jiwa. Penduduk yang terhitung miskin sebanyak 74.850 jiwa dengan Garis Kemiskinan Rp. 255.530 dan Indeks Kedalaman kemiskinan 4,39 pada tahun 2017. Dari total penduduk kabupaten ini, ada 26,7% penduduk Manggarai Timur terhitung penduduk miskin. Angka yang tidak sedikit!

Angka-angka ini mempresentasikan kepada kita kenyataan masih banyaknya penduduk yang berada dalam lingkaran kemiskinan akut dan harus dibebaskan. Salah satu masalah dasar yang substantive adalah peredaran uang yang masih minim, yang salah satu sebabnya adalah pertumbuhan usaha ril belum menjadi focus pemerintah dan masyarakat. Belum lagi capital flying yang disebabkan penerima APBD dalam bentuk belanja pegawai (gaji) yang masih tinggal di luar kabupaten ini.

Kopkardios Membangun Manggarai Timur

Keprihatinan terus bertambahnya angka kemiskinan membuat Kopkardios memiliki komitmen untuk melayani anggotanya di Manggarai Timur. Tekad lembaga ini adalah Kopdit Kopkardios berpartisipasi aktif dalam mendongkrak gerak laju pertumbuhan ekonomi rakyat Manggarai Timur. 

Sejak tahun 2008, Kopdit Kopkardios hadir di Paroki Mano dalam dampingan Rm. Agustinus Agung Pr dengan jumlah anggota per 31 Desember 2018 sebanyak 446 orang. Tahun 2010 memperluas wilayah pelayanan ke paroki Nanga Lanang dan Tanggar. Di Nanga Lanang ada tiga tempat pelayanan yakni di Nanga Lanang 559 orang, Kawit 116 orang dan Lidi 32 orang. Total jumlah anggota di paroki ini sebanyak 707 orang.
Paroki yang berdekatan dengan Mano didatangi oleh Kopkardios tahun 2010. Paroki ini memunyai 3 tempat pelayanan, Tanggar 112 orang, Lento 99 orang dan Nggari 287 orang, totalnya berjumlah 498 orang.

Tahun 2012 Kopdit Kopkardios menyambangi wilayah paroki Mbata dengan 46 orang anggotanya dan paroki Colol tersebar dalam 4 kelompok antara lain, Tangkul 320 orang, Biting Welu 136 orang, Wangkar Weli 62 orang dan Ngkiong Dora 36 orang.  Total anggota di sini adalah 554 orang. Selanjutnya, ke paroki Lempang Paji, terdapat 3 kelompok pelayanan, Lempang Paji 127 orang, Toang 132 orang dan Mboeng 195 orang.
Sadar bahwa beberapa tempat merupakan one way ticket, selalu dilewati di jalur itu, maka Kopdit ini memulai pelayanan di paroki Watu Nggong tahun 2013 dengan jumlah anggota 34 orang. Tahun yang sama di paroki Sok sebanyak 70 orang di Golo Mongkok dan 28 orang di Purang Mese.

Efek domino dari pelayanan di Lempang Paji selain Watu Nggong adalah Elar yang dibuka tahun 2014 dengan mendaftarnya 288 orang menjadi anggota. Demikian halnya, kampung Rama di paroki Sita dengan 126 orang anggota yang potensial. Lalu, focus kemudian diarahkan ke paroki Borong, tahun 2015, dengan permulaan yang cukup meyakinkan di Lodos, dimulai oleh Stanis L. Lelo dengan 42 orang anggota.

Jadi, terdapat 10 paroki yang sudah memiliki tempat pelayanan tetap Kopdit Kopkardios. Jika wilayah ini dimasukkan ke dalam area administratisf kecamatan maka diperoleh persebarannya dalam 7 kecamatan: kecamatan Poco Ranaka (Mano, Tanggar), Poco Ranaka Timur (Colo), Sambi Rampas (Watu Nggong), Elar (Elar dan Lempang Paji), Rana Mese (Sita, Nanga Lanang, Lidi, Kawit, Rama), Borong (Borong, Lodos) dan Kota Komba (Mbata). Masih ada 2 wilayah kecamatan yang masih menjadi agenda untuk dilayani.

Per 31 Desember 2018, jumlah anggota Kopdit Kopkardios di Manggarai timur sebanyak 3.293 orang atau menyumbang 29,63% bagi total anggota Kopkardios. Angka ini terus bertambah. Per 31 Oktober 2019, terdapat penambahan 317 orang anggota baru sehingga total anggota Manggarai Timur sebanyak 3.597 orang.

Tentu jumlah ini tidaklah sebanding dengan jumlah penduduk miskin yang berada di angka 74.850! Namun, bukankah langkah ke 1.000 dimulai dari langkah pertama? Dengan lembaga ini memberikan kontribusi bagi modal usaha dan pemenuhan kebutuhan dasar (basic needs) setiap anggotanya, ia ikut serta membangun kabupaten tercinta ini mengurangi angka kemiskinan dan membawa masyarakat ke rumah sejahtera. Sebuah perjalanan yang seharusnya mendapat simpati banyak pihak dan ikut serta di dalamnya.***


(Dipublikasikan pertama oleh:www.floressmart.com, edisi: Minggu, 24 November 2019)

Friday 15 November 2019

Habemus Episcopum Novum!


Kanisius Teobaldus Deki
Penulis Buku 100 Tahun Paroki Katedral Ruteng, Dosen STIE Karya


 Romo Siprianus Hormat Pr (Sumber foto: Istimewa)

Kita telah memiliki uskup baru! Itulah berita menggembirakan dari Vatikan kepada Gereja Keuskupan Ruteng pada Rabu, 13 November 2019. Berita ini telah ditunggu-tunggu kedatangannya. Hal itu memang beralasan. Uskup Ruteng Mgr. Hubertus Leteng mengundurkan diri pada 11 Oktober 2017. Meski Keuskupan Ruteng tak sempat mengalami Sede Vacante (tahta lowong) karena langsung diisi oleh Mgr. Silvester San sebagai Administrator Apostolik, namun kerinduan umat untuk memiliki seorang uskup purna terus membuncah.

Pada Rabu, 13 Novmber 2019, pkl. 18.30, di Gereja Katedral Ruteng umat penuh sesak untuk mendengar berita pengangkatan Uskup Ruteng yang baru oleh Paus Fransiskus melalui Duta Vatikan di Indonesia. Dengan surat pengumuman nomor 1390/2019, Romo Siprianus Hormat Pr, Sekretaris Eksekutif KWI, dipilih oleh Bapa Suci menjadi Uskup Ruteng yang baru. Berita ini memantik tepuk tangan yang membahana dalam gereja ini. Para imam, biarawan-biarawati dan umat yang hadir bergembira ria.
Artikel ini lebih merupakan sebuah luapan kegembiraan akan terpilihnya seorang uskup bagi Keuskupan Ruteng yang selama ini dalam penantian panjang. Sebuah catatan reflektif akan peran penting lagi strategis seorang uskup bagi pelayanan umat yang dipercayakan kepadanya.

Rekonsiliasi

Pengunduran diri Mgr. Hubertus Leteng pada 11 Oktober 2017 bukanlah kenyataan tanpa konflik. Kala itu sangat jelas pada pelbagai level, baik di kalangan klerus maupun umat, tak terhindarkan pro kontra, saling menuduh dan menyerang dalam pewacanaan peristiwa yang terjadi. Pertanyaan yang terus diajukan kala itu, benarkah hal itu terjadi? Pertanyaan tunggal yang sampai akhir tak mendapat jawaban dari Vatikan demi kebaikan bersama (pro bonum commune) seluruh gereja. Bisa jadi menurut Vatikan, fakta keterpecahan yang tak berkesudahan dapat menjadi penghambat latent bagi pembangunan kembali gereja Keuskupan ini dari keruntuhannya.

Tugas mahaberat bagi Mgr. Sipri Hormat, yang bisa dibilang semacam “Urbi et Orbi” Paus, adalah memaklumkan perlunya rekonsiliasi sebagai langkah awal membangun kembali keuskupan Ruteng. Rekonsiliasi adalah sebuah gerak kesadaran akan kelemahan dan kesalahan masing-masing pihak yang berkonflik, seraya membuka ruang untuk saling mengampuni. Ia adalah sebuah jalan untuk kembali saling menerima dan percaya satu sama lain. Buah rekonsiliasi ini adalah terciptanya kembali komunitas yang harmonis dan berdaya sehingga kehidupan kembali ditempatkan dalam rel injili untuk saling berbagi kasih tanpa syarat (Mat 5:46).

Tentu sebuah rekonsiliasi yang sejati akan terlahir dari kerendahan hati untuk saling menerima satu sama lain tanpa prasangka, apalagi dendam. Sebuah pengampunan mutlak tanpa batas (Mat 18:21-22).Tujuan besarnya adalah agar Keuskupan Ruteng kembali menjadi pelayan yang baik bagi semua pihak, khususnya umat. Sebagai keuskupan dengan jumlah umat terbanyak di Indonesia, saatnya keuskupan ini di bawah Gembala baru, bekerja lagi, menumbuhkan kemitraan yang egaliter dengan semua pihak, merajut kembali kerja sama dengan semua elemen sehingga kerajaan Allah menjadi nyata di tengah dunia.

Tanda Harapan

Peran Gereja sangat sentral untuk menghadirkan dan mengajarkan nilai-nilai moral. Tugas utama seorang uskup sebagai pengganti Kristus dan para rasul adalah menjadi imam, nabi dan raja. Melalui tugas keimamam, oleh sakramen-sakramen gereja seorang uskup bertugas menguduskan dunia beserta isinya. Sebagai nabi, dia mewartakan kebenaran, berani dengan tegas dan tanpa kompromi menyatakan benar sebagai benar dan salah sebagai salah. Sebagai raja, dia adalah seorang pemimpin yang memiliki visi ke depan, bijaksana dan penuh perhatian terhadap orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya, khususnya yang lemah dan tak berdaya (Mat 25:40).

Dokumen Konsili Vatikan II, khususnya Konstitusi Pastoral Gaudium et Spes artikel 1 menulis: “Kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan orang-orang zaman sekarang, terutama kaum miskin dan siapa saja yang menderita, merupakan kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan pada murid Kristus juga.” Rumusan ini menjadi sebuah imperative moral bagi uskup dan segenap anggota gereja untuk menjadi pembawa kabar baik sekaligus pelaku dari kabar baik itu.

Uskup oleh rahmat tahbisan dapat memimpin umat yang dipercayakan kepadanya kepada sebuah keniscayaan hadirnya komunitas kasih di tengah dunia. Komunitas manusia yang memikul beban berat persoalan ekonomi, kehidupan sosial yang memiliki jurang terjal antara yang kaya dan miskin. Dunia yang ditandai ketidakadilan, korup, lingkungan hidup yang rusak, nilai-nilai moral yang tak berdaya menghadapi tantangan aktual, masalah kesehatan stunting dan penyakit menular seksual. Tak lupa, absennya perhatian terhadap sesama oleh karena terjangan individualisme yang mendera setiap pribadi dan kelompok masyarakat. Inilah medan baru bagi Bapa Uskup, ladang penggembalaan yang dipercayakan Kristus. Selamat datang dan menjadi tanda harapan bagi kami!


Dipublikasi pertama oleh: Harian Umum Pos Kupang, edisi Sabtu, 16 November 2019.