Wednesday 11 November 2020

Hironimus Seman: Koperasi Kredit Bagian dari Pewartaan Gereja



Kanisius Teobaldus Deki

Penulis buku: "Terus Menggemakan Nurani Memantulkan Kesejahteraan-25 Tahun Kopdit Hanura Borong" (Lembaga Nusa Bunga, 2020, xxxv+200 halaman). 

Hironimus Seman adalah salah satu tokoh dalam sejarah perjalanan Kopdit Hanura. Ia menjadi bagian dari Kopdit ini setelah diajak oleh Bapa Herman. Pria yang lahir di Puntu, 06 Desember  1953 ini berdiam di Borong sebagai bagian dari tugas perutusannya yakni menjadi seorang Katekis sekaligus guru pada SDK Bugis 1. Dari waktu ke waktu, sebagai katekis dipercayakan untuk menjadi Ketua DPP Paroki Borong dan Anggota Yayasan Santu Stanislaus yang mengelola sekolah milik Paroki St. Gregorius Borong, baik TK Pancasila, SMPK St. Stanislaus dan SMAK Pancasila kemudian SDK St. Eduardus. Seabrek jabatan ini dinilainya sebagai bagian dari tugas perutusannya.

“Kita ingat dokumen Konsili Vatikan II khususnya tentang Gaudium et Spes menjelaskan tentang kenyataan dunia yang penuh dengan kontradiksi. Di satu pihak ada dunia yang berlimpah harta, makanan dan kekayaan, di lain pihak ada manusia yang mengalami kemiskinan akut, bahkan mati kelaparan. Dunia yang penuh dengan pertikaian dan persaingan tidak sehat. Dunia yang cenderung mengarahkan dirinya pada kekuasaan. Dalam perang persaingan itu, tentu ada pihak yang harus dikalahkan. Ada pihak yang menjadi korban. Inilah ruang yang mestinya menjadi pilihan kita: membantu yang lemah dan memberdayakan mereka”, ujarnya reflektif.[1]

Rujukan Bapa Hironimus ke dokumen Gereja memang beralasan. Dirinya dibenum untuk menjadi garda depan pewartaan gereja di komunitasnya. Ia menyelesaikan studi pada bidang teologi dan pastoral pada Akademi Pendidikan Kateketik St. Paulus. Dalam pelayanan pewartaannya, ia sangat dekat dengan dokumen-dokumen gereja. Menurut Bapa Hironimus, Kopdit adalah bagian dari kerasulan awam yang mengembangkan Gereja sebagai satu tubuh seperti kata St. Paulus kepada jemaat di Efesus “menurut kadar pekerjaan masing-masing anggotanya untuk mengembangkan tubuh” (Ef 4:16). Walaupun dalam gereja ada begitu banyak pelayanan namun hanya satu perutusan.

Melalui Dekrit tentang Kerasulan Awam dinyatakan bahwa: Kerasulan dijalankan dalam iman, harapan dan cinta kasih, yang dicurahkan oleh Roh Kudus dalam hati semua anggota Gereja. Bahkan karena perintah cinta kasih, perintah Tuhan yang utama, segenap umat beriman kristiani didesak untuk mengusahakan kemuliaan Allah melalui kedatangan kerajaanNya dan mengikhtiarkan kehidupan kekal bagi semua orang, supaya mereka mengenal satu-satunya Allah yang sejati dan Yesus Kristus yang diutusNya (Yoh 17:3).[2] Pernyataan ini merupakan dasar kokoh penciptaan keterlibatannya dalam Kopdit Hanura. “Dalam Kopdit ada prinsip cinta kasih. Saling tolong menolong. Jargon yang berkembang dalam Kopdit: Kau susah saya bantu, Saya susah kau bantu, bukanlah prinsip do ut des,[3] melainkan prinsip solidaritas sejati. Nilai-nilai inilah yang menjadi daya pikat bagi setiap orang untuk menjadi anggota dalam lembaga ini”, imbuhnya.

Dalam tapak-tapak perjuangan Kopdit Hanura, Bapa Hironimus memulainya dengan sebuah niat untuk tumbuh dan berkembang bersama sesama yang lemah. Itulah sebabnya ia menerima tawaran untuk mengikuti program sosialisasi Kopdit. Ia tertarik dan tertegun. “Fasilitator saat itu adalah pria yang sangat sederhana. Ia hanya mengenakan sarung. Ia memiliki cukup banyak pengetahuan tentang Kopdit. Dari sinar matanya saya yakin dan percaya orang ini adalah orang yang jujur. Karena itu, saya memutuskan untuk bergabung”, kisahnya.

Bapa Hironimus sadar bahwa ini medan baru baginya. Ia menurut ketika diberi kesempatan mengikuti pelbagai pendidikan dan pelatihan yang diadakan BK3D Flores Barat dan BK3I. “Kami menuju Mataloko untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan. Kami bergabung bersama Kopdit yang sudah berjalan baik. Ada proses belajar yang baik di antara sesama tim. Dari situ kami menjadi semakin percaya diri untuk mengembangkan Kopdit kami nantinya”, kisahnya.

Tatkala Kopdit Hanura lepas dari Kopdit Sinar Harapan Inerie, Bapa Hironimus melalui perannya sebagai Ketua Dewan Pastoral Paroki, mulai memperkenalkan Kopdit ini kepada umat paroki Borong melalui pengumuman mimbar gereja. Ada sebuah lompatan besar dalam arus sosialisasi diri Kopdit. Mulai dari sebuah kampung ke medan yang lebih luas: paroki. Secara bersama-sama mereka juga mengambil kepala desa, camat dan pastor paroki sebagai Pembina Kopdit ini.

Keuletan dan ketekunannya dalam berkoperasi membawa dirinya sebagai Ketua Badan Pengurus periode 1998-2001. Tentu ini merupakan sebuah prestasi. “Memang tidak mudah menjadi pemimpin lembaga keuangan mikro semacam ini. Lembaga keuangan milik anggota yang secara mutlak bergantung pada kondisi ekonomi anggotanya. Namun, ini merupakan gambaran wajah Gereja yang sesungguhnya, di mana Allah memberi ruang bagi kita untuk mengubah situasi mereka yang miskin dan terkebelakang menjadi lebih baik”, refleksi teologisnya keluar.

Salah satu kegiatan teranyarnya waktu memimpin lembaga ini adalah menghadirkan pemimpin wilayah Manggarai dalam sebuah seminar bertajuk pengembangan ekonomi kerakyatan di Kopdit Hanura. “Waktu itu Bupati Manggarai Drs. Antony Bagul Dagur menerima kami dan memberikan apresiasi yang luar biasa untuk rencana penyelenggaraan seminar ini. Beliau memberi kami support yang besar. Beliau mengatakan bahwa koperasi kredit dibangun berbasis kepercayaan (thrust). Itu adalah fundasi yang sangat kuat untuk membangun ekonomi bersama. Bupati hadir dengan penuh antusias. Sebagai panitia yang mengundang kami mengalami kemenangan dalam banyak aspek, khususnya adanya pengakuan bagi aktivitas kami di level yang lebih luas”, kenangnya bangga.

Suami dari ibu Cornelia Paca dan ayah dari dua orang anak ini tetap berharap bahwa pilihan untuk membebaskan masyarakat miskin adalah pilihan Gereja untuk menghadirkan Kerajaan Allah di dunia. Ini adalah pilihan untuk membebaskan orang miskin (option for the poor)[4]. Karenanya, ia merupakan bagian dari pewartaan Gereja untuk menjadi bagian dari segenap rencana pastoral Gereja membebaskan umat Allah dari kemiskinannya.

Untuk menjadi lembaga yang tetap kuat Bapa Hironimus menyampaikan perlunya lembaga ini menjadi lembaga yang professional dalam seluruh aspeknya. System kerja yang berbasis aturan, kerangka penilaian yang objektif, komitmen yang kuat, integritas diri, tata nilai adalah hal-hal penting yang menjadi keutamaan lembaga dan orang-orang yang ada di dalamnya. Selain itu menurut hemat dia, perlu mengikuti perkembangan tekonologi keuangan terbaru. Dengan jalan itu tujuannya adalah agar anggota Kopdit Hanura terlayani dengan baik.

“Nama ‘Hati Nurani Rakyat’ bukanlah sekedar sebuah nama. Dia adalah pemandu kita dalam pergerakan melayani anggota dan masyarakat. Dari nama itu tercermin sebuah keutamaan agar suara hati kita terus dibina melalui kejujuran, keadilan, kebenaran dan cinta. Nilai-nilai ini akan dengan sendirinya berperan dalam segala aspek pelayanan sehingga anggota merasa mereka adalah subyek-subyek perubahan, agen-agen pemerdekaan ekonomi dan actor utama dalam mensejahterakan diri dan keluarganya”, harapnya.***

Foto: Bapa Hironimus Seman bersama Bapa Herman Ruba Thuru, pendiri Kopdit Hanura. Bekerja sama dan sama-sama bekerja adalah kiat yang mereka ciptakan untuk membesarkan Kopdit Hanura Borong.

 



[1] Dokumen Konsili Vatikan II (Jakarta: Obor, 1993), hal. 511.

[2] Ibid., hal. 342.

[3] Sebuah istilah bahasa latin yang diartikan: “a commutative contract whereby something is given so that something may be received in return” (kontrak komutatif di mana sesuatu diberikan sehingga sesuatu dapat diterima sebagai imbalan) menurut Kamus Merriam Webster dalam: https://www.merriam-webster.com/dictionary/do%20ut%20des. Diakses: 25 April 2020. Istilah yang sama juga adalah “Quid pro quo” yang berarti: Quid pro quo ("something for something" in Latin) is a Latin phrase used in English to mean an exchange of goods or services, in which one transfer is contingent upon the other; "a favor for a favor". Phrases with similar meanings include: "give and take", "tit for tat", "you scratch my back, and I'll scratch yours", and "one hand washes the other". Other languages use other phrases for the same purpose. Quid pro quo ("sesuatu untuk sesuatu" dalam bahasa Latin) adalah frasa Latin yang digunakan dalam bahasa Inggris yang berarti pertukaran barang atau jasa, di mana satu transfer bergantung pada yang lain; "bantuan untuk bantuan". Frasa dengan makna yang serupa meliputi: "memberi dan menerima", "gayung bersambut", "kamu menggaruk punggungku, dan aku akan menggaruk milikmu", dan "satu tangan mencuci tangan yang lain". Bahasa lain menggunakan frasa lain untuk tujuan yang sama). Secara sederhana dapat dikatakan: Saya memberi supaya kamu memberi.

[4] The option for the poor, or the preferential option for the poor, is one of the newer principles of the Catholic social teaching, as articulated in the latter half of the 20th century (Pilihan untuk orang miskin, atau pilihan preferensial untuk orang miskin, adalah salah satu prinsip baru dari ajaran sosial Katolik, sebagaimana diartikulasikan pada paruh kedua abad ke-20). The "preferential option for the poor" refers to a trend, throughout the Bible, of preference being given to the well-being of the poor and powerless of society in the teachings and commands of God as well as the prophets and other righteous people. Jesus taught that on the Day of Judgment, God will ask what each person did to help the poor and needy: "Amen, I say to you, whatever you did for one of these least brothers of mine, you did for me." This is reflected in Catholic canon law, which states, "The Christian faithful are also obliged to promote social justice and, mindful of the precept of the Lord, to assist the poor ("Pilihan preferensial untuk orang miskin" mengacu pada tren, di seluruh Alkitab, preferensi diberikan kepada kesejahteraan orang miskin dan tidak berdaya masyarakat dalam ajaran dan perintah Allah serta para nabi dan orang-orang benar lainnya. Yesus mengajarkan bahwa pada Hari Penghakiman, Tuhan akan bertanya apa yang setiap orang lakukan untuk membantu orang miskin dan yang membutuhkan: "Amin, aku berkata kepadamu, apa pun yang kamu lakukan untuk salah satu dari saudara lelakiku yang paling kecil ini, kamu lakukan untukku." Hal ini tercermin dalam hukum kanonik Katolik, yang menyatakan, "Umat Kristen juga berkewajiban memajukan keadilan sosial dan, mengingat ajaran Tuhan, untuk membantu orang miskin). Pope Benedict XVI has taught that “love for widows and orphans, prisoners, and the sick and needy of every kind, is as essential as the ministry of the sacraments and preaching of the Gospel”. This preferential option for the poor and vulnerable includes all who are marginalized in society, including unborn children, persons with disabilities, the elderly and terminally ill, and victims of injustice and oppression (Paus Benediktus XVI telah mengajarkan bahwa “cinta kepada para janda dan anak yatim, tahanan, dan orang sakit dan yang membutuhkan segala jenis, sama pentingnya dengan pelayanan sakramen dan pemberitaan Injil”. Pilihan istimewa ini untuk orang miskin dan rentan termasuk semua yang terpinggirkan di masyarakat, termasuk anak-anak yang belum lahir, orang cacat, orang tua dan sakit parah, dan korban ketidakadilan dan penindasan). https://en.wikipedia.org/wiki/Option_for_the_poor. Diakses: 25 April 2020.

 

Monday 9 November 2020

Incumbent Itu Akhirnya Kalah



Politik Lokal Belajar dari Amerika Serikat

(Catatan Pilkada ke-8)

Kanisius Teobaldus Deki

Joe Biden terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat ke-46. Tempik sorak-sorai tak dapat ditahan. Rakyat Amerika Serikat (AS) bergembira atas peristiwa ini. Kendati sebelumnya kubu Preisden Donal Trump mengklaim menang, namun kenyataan membuktikan bahwa dirinya kalah atas Joe setelah suara dari Pennsylvania (20) berhasil melewati ambang batas 270 suara electoral. Tanggal 7 November 2020 merupakan moment bersejarah yang pantas dicatat dalam sejarah AS.

Dalam kesempatan yang berbahagia itu, Joe Biden di kota Wilmington, DE, menyampaikan pidato kemenangannya yang diberi judul “A Time to Heal” (Saat Untuk Menyembuhkan):“I sought this office to restore the soul of America, and to make America respected around the world again and to unite us here at home. It’s time to put away the harsh rhetoric, to lower the temperature, to see each other again, to listen to each other again, to make progress, we must stop treating our opponents as our enemy”, kata Joe.

Dalam kesempatan itu Joe menekankan perlunya memulihkan jiwa Amerika, membuat Amerika dihormati lagi di seluruh dunia dan secara internal masyarakat Amerika bersatu kembali, merasakan Amerika sebagai rumah. Bagi Joe, kemenangan ini menjadi saat untuk menyingkirkan retorika kasar, untuk menurunkan ketegangan, untuk bertemu lagi, untuk mendengarkan satu sama lain lagi, untuk membuat kemajuan, dan harus berhenti memperlakukan lawan sebagai sebagai musuh.

Pernyataan Joe memang beralasan. Selama masa kepemimpinan Donal Trump yang memiliki motto “make America great again” (Membuat Amerika Hebat Kembali) tidak sungguh kelihatan bahwa Negara ini berada posisi hebat. Gempuran ekonomi China menggerus pertahanan produk-produk AS di hampir semua Negara, termasuk AS sendiri. Belum lagi ancaman Negara lain seperti Korea Utara yang ingin menyerang AS dengan misil nuklir. Martabat AS sebagai Negara yang dikenal “super power” (adidaya) seolah kehilangan pamor di tangan Trump.

Pada lini ekonomi,di kuartal II 2020, ekonomi AS minus 31,4%. Pandemi telah membuat 22,2 juta pekerja mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK). AS terjungkal ke ruang resesi. Pada saat kenyataan itu dialami masyarakat AS, harapan akan pemulihan sangat besar. Kendati hasil survei Refinitiv menunjukkan PDB AS diprediksi tumbuh hingga 31,9%, masyarakat AS tetap ragu apakah di bawah kepemimpinan periode kedua Trump AS betul-betul keluar dari ancaman resesi. Motto Trump untuk “great again” menjadi slogan omong kosong.

Siapa Joe Biden?

Joe lahir di Scranton, PA pada 20 November 1942. Ia adalah sulung dari empat bersaudara. Orangtua mereka, ayahnya Joseph Sr  dan Ibunya Jean  mendidik ke empat anak dalam tradisi Katolik. Anak-anak mereka bersekolah di sekolah Katolik yang diasuh para suster biarawati. Kebiasaan dan tradisi Katolik terus berbekas pada Joe. Ke mana-mana ia selalu mengantungi rosario dan mendaraskannya hampir setiap hari. Joe bergereja di dekat White House. Menurut Joe, berdoa sebelum mengambil keputusan penting adalah lakutapa yang kerap dilakukannya.

Karir politiknya terus bersinar. Pada tahun 1972 Joe memenangkan pemilihan senator Delaware pada usia muda, 30 tahun. Joe meniti kariernya sebagai senator mewakili Negara Bagian Delaware, setelah menang pemilihan 1978, 1984 dan 1990. Ia pernah mencalonkan dirinya untuk pemilihan presiden mulai tahun 1984, 1988 dan 2008. Kegigihannya dalam berjuang membuahkan hasil. Ketika Barrack Obama, mantan komptetitornya, menjadi Presiden, Joe diminta untuk menjadi Wakil Obama. Joe dikenal sebagai pribadi yang matang, penuh tanggung jawab dan diterima di semua kalangan, baik orang kulit hitam maupun kulit putih. Joe mendampingi Obama sebagai wakil presiden selama dua kali pemerintahan dari 2008-2016.

Joe memang menunjukkan kualitas dirinya. Saat diberi tugas untuk mengembalikan ekonomi Amerika yang terpuruk akibat krisis ekonomi tahun 2008, Joe membetulkan kembali Industri mobil Ford, GM dan Chrysler yang runtuh melalui kebijakan bail out hingga berjalan kembali.

Joe menjadi pendamping yang baik bagi Obama. Mereka menjadi teman berdiskusi yang baik untuk pemulihan ekonomi AS. Sebagai orang yang usianya lebih tua, Joe sekaligus merupakan penasihat bagi Obama.

Pada tahun 2016 ada tawaran dari partai Demokrat yang menghendaki Joe untuk ikut pemilihan presiden bersama calon lain mewakili partai, termasuk Hillary Clinton. Namun Joe menolak. Joe berpikir saatnya sudah tiba badi dirinya untuk mundur dari arena politik. Namun, ada banyak suara yang menghendaki dia ikut bertarung kembali. Satu-satunya alasan saat itu adalah munculnya niat dan tanggung jawab untuk memimpin AS bangkit kembali.

Niat itu terus menggumpal hingga tahun 2018 dia berniat mencalonkan diri kembali. Walaupun sebenarnya ia mengalami kesulitan finansial, ia tetap meniatkan diri tampil sebagai kandidat dari partai Demokrat. Para sponsorpun meragukan dukungan bagi Joe, juga pemilihan primer di Iowa dan New Hamsphire tidak mencerminkan dukungan yang kuat bagi Joe. Harapan Joe adalah South Carolina karena di situlah mayoritas pendukung dari orang hitam. Dalam alur pikir mereka, Joe bukanlah orang asing. Karena Obama yang begitu cemerlang saja angkat topi terhadap Joe, itu artinya dia adalah orang yang pantas dipercaya.

Dari berbagai kemampuannya, Joe menjadi sebagai satu-satunya calon presumtif dari Demokrat setelah Bernie Sanders mengundurkan diri pada bulan April 2020. Bulan Juni 2020, Joe resmi menjadi calon presiden setelah melampaui ambang 1991 delegasi. Pada Agustus 2020, Biden memilih Kamala Harris, senator dari California, mantan pesaing dalam awal pemilihan primer Demokrat, menjadi calon Wakilnya.

Kekuatan Joe sebenarnya ada pada his personality (kepribadiannya). Di masa pendemi Covid-19 menghantam AS, dia berusaha agar angka pengangguran diperkecil dengan inovasi-inovasi pembangunan yang mungkin. Joe memiliki branding yang lebih bermutu dibandingkan dengan Trump yang suka membangun pernyataan-pernyataan yang controversial dan meresahkan masyarakat AS yang sedang dilanda resesi.

Kepribadian Joe yang rendah hati dan menjadi pendengar rakyat kecil, membangun budaya adil dengan mengajak kelompok kaya menolong kelompok miskin, bertarung melawan Covid-19 melalui kepatuhan pada protocol kesehatan. Dirinya menjadi representasi dari persatuan AS. Ia selalu mengajak masyarakat AS untuk menjadi satu kekuatan mengembalikan kejayaan AS. Ia berperilaku sebagai pemimpin yang non-violence (anti kekerasan) dan berjanji untuk mengayom semua warga AS termasuk yang tidak memilih dirinya. Ia tetap mempertahankan kebaradaan AS sebagai bagian dari dunia global dan ikut bertanggungjawab terhadap masalah dunia.

Joe memiliki program ekonomi kreatif yang siap menyongsong masa depan. Program program ekonomi baru ini diupayakannya untuk menumbuhkan lapangan kerja, menciptakan energi terbarukan, sehingga pertumbuhan ekonomi AS membaik kembali. Inilah hal-hal yang menjadi kekuatan Joe dibandingkan dengan Trump. Dalam sejarah AS, rata-rata Presiden AS menjabat 2 periode kepemimpinan. Namun, bagi Trump, ini adalah tragedy. Rakyat AS telah memberi dirinya kesempatan untuk melayani Negara ini, namun tidak dijalankannya maksimal.

Politik Lokal Belajar dari Amerika Serikat

Di musim Pilkada  Indonesia tahun 2020 ini, kita bisa belajar dari kemenangan Joe Biden di AS. Jika ditarik kesimpulan, kemenangan Joe karena dua factor ini. Pertama, Joe memiliki niat yang sungguh-sungguh untuk membawa AS kepada situasi jaya kembali. Berkali-kali Joe Biden ikut dalam pencalonan sebagai presiden AS namun 3 (tiga) kali dia gagal. Namun kegagalan itu tidak menyurutkan niatnya menolong AS. Kegagalan seperti motto banyak orang adalah “kesuksesan yang tertunda”.

Krisis ekonomi yang melanda AS dan ancaman serangan militer Negara luar terhadap AS merupakan sebuah kemunduran. Negara super power seperti AS tak seharusnya menjadi sasaran krisis ekonomi dan militer. Keberhasilan Joe meyakinkan masyarakat AS akan pertumbuhan ekonomi merupakan kata kunci kemenangan Joe. Kesejahteraan adalah muara akhir dari lahirnya Negara dan pembangunan.

Kedua, kepribadian Joe sungguh memikat warga AS. Joe orang yang mampu berada di tengah masyarakat dalam situasi apapun. Joe mendengarkan orang lain, low profile, memiliki pendekatan yang human, manusiawi, bukan kekuasaan. Kata-katanya terukur. Ia tidak menghina, meremehkan atau melecehkan orang lain. Ia tidak menggunakan kekerasan untuk meraih kekuasaan. Apalagi membiarkan para pengikutnya melakukan kekerasan di depan matanya. Karena, ketika kekerasan dilakukan apalagi secara sengaja, maka pada saat itulah pencalonan seorang kandidat sudah kehilangan maknanya (meaningless).

Incumbent (petahana) seharusnya menang dengan sendirinya. Sebab, selama 5 (lima) tahun ia sudah bekerja untuk rakyat. Karenanya, di periode kedua, dia tidak perlu berkampanye sedemikian keras, sebab dirinya sudah dikenal masyarakat. Dirinya sudah berkunjung dari kecamatan ke kecamatan, desa ke desa, kampung ke kampung, bahkan rumah ke rumah. Incumbent memiliki kekuatan organik: mulai dari kepala dinas, kepala sekolah, kepala Puskemas, para camat dan kepala desa. Ia sudah bersemuka dengan para tokoh masyakat, tokoh agama, tokoh pemuda.

Namun titik lemah incumbent terbuka lebar. Masyarakat bisa menilai kemampuan dirinya membangun ekonomi, membawa kesejahteraan atau tidak. Kerjanya bisa dinilai seperti Trump. Jika ternyata ia tidak terbukti memenangkan rakyat dalam pembangunan, saatnya memang rakyat menyingkirkan incumbent dari tampuk kekuasaan. Kesadaran itu bukan hanya pada rakyat yang menilai. Incumbent sendiri juga menyadari itu. Evaluasi atas kinerjanya terlihat pada cara dia tampil dalam arena kampanye politik.

Sejatinya, incumbent yang sudah berbuat banyak bagi ekonomi rakyat dan membangun kesejahteraan menjadikan kenyataan itu sebagai kampanyenya. Tak perlu susah-susah dan repot turun lagi ke lapangan. Tinggal bilang, “Inilah yang saya sudah kerjakan untuk rakyat, kalian sendiri silahkan memutuskan”. Fakta di lapangan memperlihatkan situasi berbeda: banyak incumbent kerja lebih keras dari para penantang di Pilkada. Apa sebabnya? Karena mereka sadar mereka telah gagal memenangkan kepercayaan rakyat. Ini saat untuk membangun janji baru. Moment paling krusial dan dilematis di saat rakyat sudah cerdas dan mampu menilai kinerja pembangunan secara kritis. 

Joe Biden dengan kemampuannya meyakinkan rakyat AS menjadi pembuka jalan bagi kandidat yang ingin mengalahkan incumbent (petahana). Sepertinya,  kekalahan Trump akan menjadi bayangan buruk bagi para incumbent yang telah gagal memenangkan kesejahteraan rakyat. Why not? It is possible!***



Ruteng, 9 November 2020

Pilkada 1 bulan lagi, mari berjuang untuk perubahan.

Monday 2 November 2020

Tinjauan Buku: Terus Menggemakan Nurani Memantulkan Kesejahteraan 25 Tahun KSP Kopdit Hanura

 


 

Judul:

Terus Menggemakan Nurani Memantulkan Kesejahteraan 25 Tahun KSP Kopdit Hanura.

Penulis:

Kanisius Teobaldus Deki

Penerbit:

Lembaga Nusa Bunga Mandiri, 2020.

Jumlah Halaman:

xxv+200

Jenis Cetakan:

Soft copy.

 

S

yukur dan pujian bagi Tuhan atas segala berkat dan cintaNya sehingga buku ini dapat diselesaikan tepat waktu. Ada dua tujuan besar yang menjadi landasan bagi penulisan buku ini.

Pertama, aspek sejarah. Buku ini merupakan narasi sebuah perjuangan untuk kemanusiaan melalui jalur ekonomi, khususnya bidang keuangan. Sebagai sebuah narasi historis, buku ini bertutur tentang perjalanan niat baik sebagai efek positif dari pembacaan atas masalah-masalah yang dialami oleh masyarakat.

Kedua, melewati tapal batas kisahan sejarah, buku ini tidak saja bertutur tentang pengalaman dan cerita sejarah melainkan juga refleksi atasnya yang bermuara pada pembangunan motivasi. Melalui bab-bab yang terbentang di dalamnya, buku ini menampilkan pelajaran-pelajaran berharga serentak memantik rasa ingin tahu yang mendalam bagi yang membacanya. Pada giliran berikutnya, pembaca dipengaruhi sehingga ia termotivasi untuk berada di alur pergerakan yang sama. Koperasi Kredit bertumbuh dan berkembang karena pendidikan yang terus menerus dilakukan.


B

uku ini berjudul: Terus Menggemakan Nurani Memantulkan Kesejahteraan-25 Tahun KSP Kopdit Hanura. Buku ini memiliki kata kunci “hati nurani”. Apa yang telah dilakukan oleh Hanura sebagai sebuah Koperasi Kredit (Kopdit) adalah sebuah usaha untuk mewujudkan suara hati rakyat yang terbelenggu oleh situasi miskin. Situasi ini menyebabkan masyarakat berusaha mencari jalan keluar terbaik agar mereka dapat dibebaskan. Pembebasan itu terlihat secara nyata melalui Kopdit yang mnerima orang-orang yang tidak memiliki akses ke lembaga keuangan lain sebagai anggotanya.

Niat untuk terus melayani masyarakat dinyatakan terus dalam membangun perekonomian mereka. Niat itu laksana sebuah gerakan cahaya yang menerangi usaha dan suara yang bergema memotivasi anggota untuk terus bekerja giat sehingga menghasilkan pendapatan yang cukup bagi dirinya. Keseringan melakukan ini akan memantulkan kesejahteraan. Sebuah tujuan akhir dari kehadiran lembaga ini di tengah masyarakat.

Pada saat kita berusaha membebaskan masyarakat dari tindasan kemiskinan, kita dihadapkan apa yang dinamakan ”Revolusi Industri 4.0”. Istilah ini muncul pertama kali dalam karya Klaus Shwab (2016) The Fourth Industrial Revolution. Revolusi Industri 4.0 secara fundamental mengakibatkan berubahnya cara manusia berpikir, hidup, dan berhubungan satu dengan yang lain. Era ini akan mendisrupsi berbagai aktivitas manusia dalam berbagai bidang, tidak hanya dalam bidang teknologi saja, namun juga bidang yang lain seperti ekonomi, sosial, dan politik. Di sektor ekonomi telah terlihat bagaimana sektor jasa transportasi dari kehadiran taksi dan ojek on-line.

Pertanyaan yang muncul adalah “Apakah ini sebuah tantangan ataukah peluang?” Tentunya jawaban kita ada pada dua lini itu. KSP Kopdit Hanura terus bertumbuh dan berkembang dalam kebersamaan. Inovasi tak berkesudahan merupakan hal yang terus menerus dilakukan untuk terus berkembang selaras zaman. Buku ini, secara meyakinkan, mempresentasikan kepada kita niat yang datang dari hati nurani untuk membangun pemerdekaan ekonomi pada akhirnya menciptakan peradaban yang didamba.


D

alam merayakan Pesta Perak 25 Tahun Kopdit Hanura, ada tiga point penting yang kiranya menjadi titik refleksi.

Pertama, membangun manajemen yang professional. Kopdit Hanura bertumbuh makin besar dengan jumlah anggota 2.305 orang. Lembaga ini bahkan sudah menjadi Kopdit Primer Tingkat Provinsi,  melangkahkan kaki keluar dari kabupaten Manggarai Timur, melayani anggota di kabupaten Manggarai, Manggarai Barat, Ngadha dan Sumba Barat Daya.

Oleh karena itu, sangat penting untuk membangun lembaga ini berbasis manajemen yang professional. Dalam literature ekonomi, manajemen professional ditandai oleh  elemen-elemen berikut: budaya organisasi yang disiplin, system nilai dan norma yang setia pada prinsip koperasi, perilaku yang berkarakter, input organisasi yang jelas, proses perencanaan yang realistis dengan capaian yang logis, pengendalian yang stabil dan output yang jelas. Saat ini, kuat sekali konsep tentang organisasi yang bersih, transparan dan akuntabel (clean and good governance).

Badan Pengurus, Badan Pengawas dan Manajemen bekerja sama untuk membangun organisasi yang kuat, efektif dan efisien. Manajemen professional membantu semua pihak untuk menjalankan roda organisasi dengan target capain yang dapat dikuantifikasi dalam angka-angka riil.

Kedua, berkiblat pada kesejahteraan anggota. Data Kopdit Hanura memperlihatkan sebanyak 1.569 orang anggota memiliki pekerjaan sebagai petani, buruh bangunan, ibu rumah tangga dan nelayan. Mereka kerap kali masuk dalam kategori kelompok ekonomi rentan. Sedapat mungkin lembaga ini bekerja keras untuk mensejahterakan masyarakat yang menjadi anggotanya. Selain suku bunga yang rendah, prosedur pinjaman yang mudah, pendidikan yang meningkatkan mutu anggota terus digalakkan, khususnya pendidikan usaha supaya target-target ekonomi mereka juga tercapai.

Ketiga, spin off. Saat ini lembaga Koperasi sudah memasuki fase baru dalam pertumbuhannya. Ia tidak lagi mengalami kesulitan finansial. Malah yang terjadi adalah surplus finansial. Data Kopdit Hanura memperlihatkan ketiadaan pinjaman pihak ketiga. Kecemasan yang muncul adalah idle money. Kita kelimpahan uang namun tidak terserap dalam bentuk pinjaman pada anggota. Hal ini berbahaya karena lembaga akan terus membayar bunga simpan uang anggota.

Salah satu jalan keluarnya adalah melakukan spin off, yakni suatu usaha untuk membangun usaha baru oleh Kopdit untuk memperbanyak keuntungan bagi lembaga dan anggota. Kami tak henti-hentinya mendorong Kopdit Hanura untuk membangun usaha di sector ril, bukan saja sector jasa keuangan. Kami senantiasa siap membantu sehingga lembaga ini ke depannya makin menolong banyak orang. Inilah bentuk inovasi baru (new innovation) dalam perkoperasian sehingga lembaga Kopdit bertambah besar, maju dan kuat sementara anggotanya mencapai kesejahteraan hidup.

Dirgahayu, semoga Tuhan memberkati Kopdit Hanura!

 

 

Sunday 1 November 2020

Orang-orang Berjiwa Kerdil di Pilkada Manggarai 2020

 

Foto: Topeng-topeng, sibakkan siapa di balik wajahmu? (sumber:alif.id).

(Catatan Pilkada ke-7)

Kanisius Teobaldus Deki

Beberapa waktu ini, usaha untuk memenangkan Pilkada terus digencarkan. Paslon terus mendekatkan diri ke masyarakat pemilih. Mereka tidak sendirian. Ada juga tim sukses yang berusaha secara maksimal melakukan hal yang sama. Masing-masing tim membangun simpati dan keyakinan kepada para pemilih agar Paslon merekalah yang menang. Ini adalah hal lumrah dalam dunia politik. Kemenangan merupakan hasil dari perjuangan yang maksimal.

Untuk mencapai kemenangan, kerja-kerja politik dilakukan. Salah satu hal yang dupayakan adalah melakukan kampanye-kampanye politik. Kampanye politik diniatkan agar ada pengenalan yang cukup dekat dengan paslon dan program-program strategis yang dicanangkannya jika dia terpilih menjadi bupati pun wakil bupati. Pengenalan ini bermuara pada votum (pilihan keputusan) untuk memilih paslon tertentu. Paslon yang memiliki suara terbanyak akan keluar sebagai pemenang.

Paradoks Politik

Pilkada memiliki tujuan mulia. Melalui prosesi politik Pilkada, kekuasaan akan diperoleh untuk menentukan kebijakan-kebijakan pembangunan yang tertera pada visi, misi dan program kerja, baik Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) maupun Rencana Kerja Tahunan (RKT) pada setiap OPD (Organisasi Perangkat Daerah). OPD-OPD (atau dikenal dengan sebutan dinas) inilah yang mengemas program untuk menjawabi kebutuhan masyarakat. Tentu, program dibangun melalui analisis mendalam atas masalah yang ada di tengah masyarakat melalui peta kebutuhan (needs mapping).

Dalam menyampaikan visi, misi dan program kerja inilah Paslon dan tim suksesnya berusaha sekuat tenaga untuk menawarkan konsep-konsep pembangunannya. Di sinilah ruang bagi banyak persoalan yang membelit semua pihak. Ada berbagai macam strategi pemenangan. Dari pilihan untuk menggunakan cara yang baik, bahkan tak jarang memilih jalan yang buruk.

Saat ini black campaign (kampanye hitam), hate speech (pernyataan kebencian) dan hoax (berita bohong) kencang menyerang kita dari segala arah, khususnya pada media sosial. Di media sosial seperti Facebook orang dengan mudah membuat fake account (akun palsu). Mereka dengan gampang mengambil foto orang lain untuk dijadikan foto profil. Mereka begitu enteng berkata apa saja, menghina, mencaci maki, mengumbar kebencian dengan tujuan menciptakan chaos (kekacauan). Pelaku-pelaku akun palsu ini seakan menjadi pahlawan bagi sekelompok orang yang merindukan kericuhan. Pengikutnya tak sedikit. Komentar-komentar yang menyertainya juga spontan memicu kemarahan. Ada tindakan memancing yang sudah disiapkan perangkapnya. Ada yang marah itulah tujuannya. Kemarahan yang memuncak adalah scenario yang diinginkan.

Sayangnya, pergerakan pelaku akun palsu ini susah dibendung. Dengan liar mereka mengekspresikan kemauannya dan mengarahkan para pembaca ke perangkap-perangkap yang sudah disiapkan. Ada banyak yang terjebak ke jeratan. Tatkala pembaca masuk perangkap, tujuan pemilik akun palsu tercapai. Balas mencaci menjadi dominan. Prosentase yang menolak status-status penuh kebencian lebih sedikit.

Jika sudah demikian, politik memiliki jalan paradoksal. Di satu sisi, ia memiliki orientasi yang mulia: dengan mendapatkan kekuasaan, pemegang kekuasaan dapat membangun kebijakan pembangunan yang bermuara pada kesejahteraan banyak orang. Di sisi yang lain, kekuasaan yang hendak diraih itu rentan dengan praktik yang melawan hakikat kemanusiaan yang benar. Praktik-praktik penghinaan, caci maki, penipuan, hujatan hingga penyerangan secara fisik pun mental dianggap sebagai sebuah kebajikan demi meraih kemenangan. Ada situasi “homo homini lupus” dalam ungkapan Thomas Hobes. Manusia telah menjadi serigala bagi sesamanya. Ungkapan ini ada dalam karyanya De Cive tahun 1651.

Menjadi Pribadi Pemberani

Pembangunan seyogyanya adalah fakta tentang perencanaan, implementasi dan hasil yang dapat dirasakan oleh masyarakat sebagai subjek sekaligus tujuan pembangunan. Perencanaan pembangunan seharushnya berbasis pada kebutuhan riil (real needs) masyarakat. Pelaksanaannyapun sudah memiliki indicator-indikator capaian yang menyertainya. Hasilnya, terlihat dalam bentuk nyata. Pada peningkatan SDM, adanya perubahan pola pikir yang terkristalisasi pada inovasi-inovasi program pembangunan. Pada infrastruktur, jalan, jembatan, gedung, irigasi, bangunan dapat dipakai dan bertahan lama. Pada bidang pendidikan, semakin banyak masyarakat yang mengenyam pendidikan formal pun nonformal melalui pelatihan ketrampilan. Pada bidang kesehatan, penurunan angka stunting, gizi buruk, kematian ibu dan anak, berkurangnya berbagai penyakit dan usia harapan hidup yang kian tinggi. Demikian pertumbuhan ekonomi dinilai dari aspek daya beli, peredaran uang, pertumbuhan modal, minimnya angka pengangguran dan besarnya kesempatan kerja. Bidang-bidang inilah yang semestinya menjadi point penilaian tentang seberapa besar pembangunan telah dijalankan sesuai tujuannya.

Tatkala fokusnya bergeser, bukan lagi pada konsep pembangunan dan rencana capaian yang mengarahkan masyarakat pada kemajuan dan kesejahteraan, maka wacana semacam itu sudah keluar dari aras yang benar. Wacana politik semacam itu sudah menista politik in se (dalam dirinya sendiri). Sejalan dengan kekeliruan arah (disorientation) seperti itu, ada kecenderungan untuk menyerang pertahanan lawan secara membabi-buta melalui media sosial dengan focus pada hate-speech, black campaign dan hoax.

Orang Manggarai dikenal sebagai ata bae tombo, pecing adak (memahami pembicaraan yang benar, memiliki nilai-nilai budaya). Politik dan percaturan Pilkada adalah Salang Tuak (situasi temporal) yang memiliki limitasi waktu. Hanya dalam tempo beberapa bulan saja. Sedangkan kehidupan kita adalah Salang Wae Teku Tedeng (kehidupan lestari, tanpa dibatasi oleh waktu) memperlambangkan kebersamaan tiada akhir selain maut yang memisahkan. Atas konsep karakteristik budaya leluhur yang telah disematkan kepada setiap orang Manggarai, maka situasi politik yang penuh caci maki, hinaan, seharusnya bukanlah identitas kedirian orang Manggarai yang selalu memiliki filosofi bae hiang cama tau (tahu menghargai sesama) sebagai bentuk perlawanan homo homini lupus dari Thomas Hobbes. Sejatinya, menurut Seneca, homo homini socius, manusia adalah kawan bagi sesamanya.

Tindakan pemalsuan identitas dan kedirian melalui akun palsu merupakan deviasi dari salah satu keutamaan kardinal yakni keberanian. Keberanian (courage, fortitude) dalam pandangan St. Thomas Aquinas merupakan keutamaan (virtus, arête) setelah kebijaksanaan dan keadilan. Dalam perspektif St. Thomas Aquinas, keberanian memampukan seseorang untuk melawan halangan atau rintangan yang berusaha menajuhkan dirinya dari hidup menurut bimbingan akal budinya. Keutamaan keberanianlah yang mendorong orang yang bermartabat melawan kelemahan kehendak (weakness of will) dalam melakukan hal baik.

Di perhelatan politik Pilkada Manggarai saat ini ada begitu banyak akun palsu yang menyerang Paslon H2N bersama tokoh-tokoh yang mendukungnya. Akun-akun ini secara gencar, massif mengeluarkan kata-kata penuh caci maki, hinaan dan kebohongan. Tindakan mereka menunjukkan secara terang benderang kediriannya sebagai pribadi-pribadi yang kerdil dan lemah. Mereka seolah sedang berjuang bagi kandidatnya, padahal di saat bersamaan mereka menciderai Paslonnya. Mereka adalah tanda-tanda kekalahan peradaban Manggarai yang memiliki tatanan nilai (pecing adak). Mereka harus dilawan dengan kasih dan pengampunan. Kasih dan pengampunan itulah yang terus dilakukan H2N dan timnya untuk mempresentasikan politik yang sejati: memenangkan kemanusiaan kita sebagai orang Manggarai dari segala aspeknya. 

Jika saja, ini acara cari jodoh yang pernah ditayangkan salah satu televisi swasta, mereka datang dengan topeng. Pembawa acara meminta mereka membuka topeng. Lalu terkuaklah siapa wajah di balik topeng itu. Hari ini juga sama, dalam Pilkada ini, bukalah topengmu, berdiskusilah secara santun. Jika tidak, anda tetaplah menjadi pribadi kerdil, lemah dan penakut. Hal mana melawan citra kita sebagai Ata Rona, Laki Tu'ung keta (lelaki pemberani)!***

Kupang, 30-31 Oktober 2020