Kalau kita coba menelisik tema
tentang “Gereja Dalam Dunia”, kita menjadi sadar bahwa pembahasan tentangnya
relatif baru sejak Konsili Vatikan II dijalankan, khususnya konstitusi Gaudium
et Spes. Meskipun kita sadar bahwa Gereja selalu hidup dalam dunia, tetapi
bagaimana model atau cara ia menghadirkan diri, itulah yang menjadi pusat
tilikan “dalam dunia”nya. Melalui konstitusi apostolis Humanae Salutis
yang terbit pada hari Natal 1961, Paus Yohanes XXII memanggil Konsili. Dalam
konstitusi itu, Bapa Suci bermaksud mempertemukan daya kekuatan hidup abadi
injil dengan dunia modern yang maju dalam bidang teknik dan ilmu tetapi juga
bersifat sekularistis.[1]
Otonomitas manusia dan dunia
coba dirangkum dalam konstitusi dogmatis Gaudium et Spes secara cukup
memadai, meski tak bisa dikatakan bahwa ia berhasil menyajikan sebuah refleksi
teologis yang komprehensif mengenai hubungan Gereja dan dunia. Dalam bagian
“Manusia di dunia Dewasa ini”[2] dijelaskan semacam uraian
sosiologis sebagai introduksi pada soal-soal tentang manusia. Dalam artikel 3
dikatakan bahwa manusia menjadi titik pusat tuju, “Konsili memusatkan
perhatiannya pada dunia manusia, yakni seluruh keluarga umat manusia beserta
alam semesta yang menjadi tempat tinggalnya”.[3]
Selanjutnya konstitusi yang
sama dibagi ke dalam dua bagian. Bagian pertama, Gereja dan panggilan
manusia.[4] Dalam bagian ini
dimunculkan sebuah antropologi teologis, menyangkut martabat pribadi manusia,
masyarakat manusia dan mengenai kegiatan manusia. Tetapi yang lebih penting
dari itu ialah bagian tentang Gereja dan dunia modern, khususnya sebuah
hubungan timbal balik antara Gereja dan dunia.[5] Dan bagian kedua,[6] dapat dilihat sebagai
sasaran utama konstitusi ini berupa beberapa masalah penting: masalah
perkawinan, perkembangan kebudayaan, hidup sosial-ekonomis, politik dan
perdamaian.
Dokumen Sacrosanctum
Concilium menyebutkan dengan jelas bahwa Gereja adalah sakramen kesatuan
karena dari lambung Kristus yang wafat di salib lahirlah sakramen ajaib, yakni
Gereja seluruhnya. Gagasan ini diperluas lagi dalam Lumen Gentium.
Beberapa pokok pikiran tentang eksistensi Gereja dalam dunia dijelaskan sebagai
berikut: 1] Gereja di dalam Kristus bagaikan sakramen yakni tanda dan sarana
persatuan mesra umat manusia dengan Allah dan kesatuan seluruh umat manusia.[7] 2] Allah memanggil manusia
yang penuh kepercayaan untuk mengarahkan pandangannya kepada Yesus, Pencipta
keselamatan dan dasar kesatuan serta perdamaian, dan membentuk mereka menjadi
bagi semua dan tiap-tiap orang sakramen yang kelihatan dari kesatuan yang
menyelamatkan itu.[8]
3] Kristus mengutus Roh-Nya yang menghidupkan ke dalam hati para murid dan oleh
roh itu membentuk tubuhNya yaitu Gereja, menjadi sakramen keselamatan yang
universal.[9] 4] Allah berkenan
mencurahkan Roh yang dijanjikan Kristus sebelum menampilkan dengan meriah
sakramen keselamatan manusia.[10]
Konsili Vatikan II, khususnya
dokumen Gaudium et Spes menyatakan bahwa “Makna paling luhur dari
martabat manusia terletak dalam panggilannya untuk memasuki persekutuan dengan
Allah”. Panggilan kepada persatuan dan kesatuan antara Allah dan manusia dan
manusia dengan manusia serta seluruh ciptaan merupakan muara dari gagasan
Konsili Vatikan II tentang hubungan Gereja dan dunia.[11] Inilah titik mulai yang
dapat menjadi jembatan penghubung antara eksistensi Gereja dalam menemukan
tempatnya di dunia ini.
[1] Bdk. Tom Jacobs, “Gereja
Dalam Dunia” dalam: JB. Banawiratma [ed.], Gereja dan Masyarakat,
Yogyakarta: Kanisius, 1987, h. 19.
[4] Bdk. GS 11-45, Ibid.,
hh. 521-565.
[5] Dalam art. 41-43
secara khusus dijelaskan tentang: 1] bantuan Gereja kepada orang individual, 2]
bantuan Gereja kepada masyarakat manusia, dan 3] bantuan Gereja kepada kegiatan
manusia.
[6] Bdk. GS 46-90, Ibid.,
hh. 567-633.
[7] LG 1, Ibid.,
h. 65.
[10] LG 59, Ibid.,
hh. 151-152.
[11] LG 1, 9, 48, 49,
kerap berbicara tentang “sakramen keselamatan”, “sakramen kesatuan yang
menyelamatkan”. Sakramen berarti: tanda dan sarana persatuan mesra umat manusia
dengan Allah dan kesatuan seluruh umat manusia. Kata “persatuan” [unitas] dan
“kesatuan” [unio] terdapat 54 kali dalam LG.
No comments:
Post a Comment