Penjaga Malam yang Jadi Tokoh Sukses
Judul Buku: PETRUS DJAWA SUR-Pengabdian Tanpa Batas Pada Kebaikan
Penulis : Kanisius Teobaldus Deki
Penerbit : Lembaga Nusa Bunga Mandiri, 2024.
Jumlah Halaman : xx-312
Edisi : Hard Cover dan Soft Cover
Kota
Bajawa cerah sekali siang itu. Tidak seperti biasanya, ia kerap diselimuti
kabut tebal. Bangunan terlihat terang benderang dari jalur jalan
trans-nasional, Ruteng-Ende. Tata kota yang simetris dengan jalur hijau
terencana dengan baik membuat kota ini terlihat indah dipandang mata. Jikalau
bertandang ke Bajawa, pintu masuknya di Watu Jaji sudah memberi arah yang jelas
langsung ke jantung kota.
Di
sepanjang jalan, rumpun-rumpun bambu menjadi peneduh sekaligus penghasil
oksigen yang besar bagi warga penghuni kota. Ketika melintasi jembatan Wae
Woki, tanjakan yang meliuk-liuk merupakan penanda kita akan masuk ke kota. Tak
jauh dari persimpangan pertama, terpampang jelas sebuah bangunan berlantai
empat di sisi kiri jalan protokol: Hotel Edelweis.
Hotel
ini menjadi terkenal sebagai hunian para tetamu dan pelancong yang berkunjung
ke wilayah Ngada dan Nagekeo. Ngada dikenal sebagai daerah wisata budaya yang
eksotis dengan kekhasannya pada perkampungan adat dan ritual-ritual budaya
kolosal yang mengundang perhatian dunia.
Di
kampung-kampung wilayah Ngada ini, kerajinan tangan (handycraft) khas
tenunan ikat menjadi sebuah pekerjaan yang digeluti secara serius oleh kaum
perempuan. Hal mana menjadi pemandangan umum di NTT. Namun kekhasan tenunan
Ngada adalah material tenunan yang alami. Bahkan mereka dapat membuat tenunan
dari benang serat bambu.
Selain
itu, potensi wisata alamnya sangat menantang. Gunung Inerie yang menjulang
tinggi seolah sebagai sebuah tiang monumen agung dari alam yang menghiasi
Ngada. Bila melintas dengan pesawat, Inerie, gunung api yang sudah tidak aktif ini
memberi kesan indah dan mempesona. Di pesisir utara, ada Riung dengan 17
pulaunya yang memikat hati dan menjadi rumah hunia bagi ribuan burung
kelelawar.
Hotel
Edelweis saban hari dijadikan rumah bagi para turis dari mancanegara juga
wisatawan domestik yang mengunjungi Ngada. Hotel ini menjadi salah satu ikon
Kota Bajawa dari masa ke masa. Selain letaknya yang berada di gerbang masuk
Kota Bajawa, fasilitas yang dimilikinya juga standar dengan model arsitektur
bangunan modern. Kamar-kamarnya lapang. View ke Gunung Inerie dan
Wolobobo sebagai salah satu keunggulannya. Para tetamu grup pun sendiri,
menjadikan Hotel Edelweis sebagai tempat untuk beristirahat sejenak sebelum
melangkahkan kaki ke perjalanan berikutnya (the next stage).
Jika
memasuki pintu depan hotel, kita akan bersua dengan owner Hotel
Edelweis, Bapa Petrus Djawa Sury. Bapa Pit, demikian biasa disapa adalah
pemilik tunggal dari hotel ini. Dalam perjalanan usaha dunia pariwisata Bapa
Pit telah memainkan peran yang strategis untuk mendukung lama tinggal dari
wisatawan di Ngada. Lelaki dengan perawakan kecil dan memiliki pesona bijaksana
ini bergiat dalam bisnis perhotelan sejak ia purna bakti dari tugasnya di dunia
birokrasi Pemda Ngada.
Ia
mengabdikan seluruh hidupnya untuk kemajuan dunia pariwisata melalui bisnis
pariwisata. Usaha ini mendapat sokongan yang sangat besar dari pendamping
hidupnya, Mama Monika Ngadha. Mama Monika memiliki keahlian menenun kain ikat
Ngada. Ia membentuk kelompok penenun dan menghasilkan karya yang spektakuler.
Salah satu maha karya Mama Monika adalah busana adat Ngada yang dikenakan Bapak
Presiden Joko Widodo bersama Ibu Negara, Ibu Iriana Widodo saat kunjungan
kenegaraan di Kabupaten Ngada.
Kegembiraan
mereka menjadi lengkaplah sudah. Kehadiran Bapa Presiden Joko Widodo di Ngada
menjadi sebuah rekognisi mendalam atas keteguhan hati dan komitmen mereka
mengabdi bagi Ngada tercinta, khususnya dalam menghadirkan kekayaan lokalnya
melalui tenunan yang indah sekaligus menawan hati. Kekhasan tenunan Mama Monika
dari pewarna alami memberi mereka ruang yang luas untuk berkarya dengan bebas
dan selaras alam.
Buku
ini merupakan sebuah narasi perjalanan kehidupan Bapa Petrus Djawa Sury, Putera
Langa-Bajawa, yang oleh karena ketekunan dan keuletannya ia dijuluki “Zamrud
Langa”. Sebuah buku yang meniscayakan perjuangan hidup dari anak petani di
Kampung Langa yang kemudian bertarung dalam kehidupan Kota Bajawa menjadi
seorang Pegawai Negeri Sipil. Ia memulai karirnya sebagai penjaga malam di Kantor Dinas PU Ngada. Sebagai remaja tamatan SMP, ia berusaha mendedikasikan dirinya dalam tugas dan tanggung jawab yang terlihat biasa namun memberi dampak besar. Tapak-tapak ziarah pengembaraannya kemudian
memasuki etape emas. Persis ketika memasuki usia purnabakti, ia malah
menunjukkan kedigdayaannya sebagai seorang entrepreneur, pengusaha yang
sukses.
Kehidupannya
yang dilumuri kesuksesan tentu datang dari seperangkat tatanan nilai yang
dihayatinya. Nilai-nilai warisan leluhur dalam kehidupan kultur Ngada yang
kental bersenyawa dengan spiritualitas Kristiani yang dihayatinya secara
konsisten. Spiritualitas itulah yang menjadi tiang-tiang penyanggah dan
tonggak-tonggak penting dari rumah kehidupannya.
Tatkala
kita membaca buku ini, kita tidak saja mendapatkan sajian panorama kehidupan
pribadi, keluarga dan pekerjaan Bapa Pit, tetapi juga orientasi pengalaman yang
bisa menjadi cermin bagi kita melangkah ke depan. Sebuah buku yang memandu kita
untuk menenun makna kehidupan kita sendiri mencapai kepenuhannya.***
Comments
Post a Comment