Monday 14 March 2016

Membangun Manggarai dari Kecintaan



Kanisius Teobaldus Deki
Dosen STKIP St. Paulus Ruteng


Perhelatan akbar Pilkada di kabupaten Manggarai telah usai. Usaha untuk membawa persoalan Pilkada Manggarai ke pentas Mahkamah Konstitusi juga sudah dilakukan. Perjuangan untuk meraih kemenangan sudah berakhir. Walaupun pada hari ini (Selasa, 16 Februari 2016) demonstrasi masih mewarnai suasana kota Ruteng untuk memerotes hasil Pilkada dengan segala tuntutannya, semua itu tidak menegasikan keputusan MK yang menolak gugatan Paslon Nomor Urut Dua. Juga di sana sini masih terlihat postingan di media sosial yang menolak pelantikkan, pergerakkan semacam itu tak membatalkan gladi bersih persiapan pelantikkan Deno-Madur esok di Kupang bersama kepala daerah lainnya. Semua aksi protes seakan mental di hadapan kuasa semesta yang masih memberi tempat pada bupati-wakil bupati terpilih Deno-Madur untuk pelantikan itu.
Bisa dikata usaha dan segala daya upaya untuk membatalkan pelantikan Deno-Madur kandas di hadapan hukum dan di hadapan kenyataan. Apakah kekandasan itu akan melahirkan gerakan anti Deno-Madur yang lebih massif dan meluas? Itulah pertanyaan yang kerap muncul berhadapan dengan fakta bahwa penolakan terhadap pasangan ini menjadi sebuah aksi serius dengan militansi yang tak terukur. Jawabannya sudah bisa ditebak: tidak perlu!
Tulisan ini lebih sebuah usaha konsentisasi sekaligus sebuah tawaran pilihan sikap. Sebuah permenungan yang datang dari sisi tilik seorang yang mencintai Manggarai. Hasil sedimentasi pikiran yang berkiblat pada pembangunan yang tetap terus dilanjutkan.

Kabupaten Kaya
Kabupaten Manggarai memiliki wilayah seluas 1.915,62 km  persegi. Kabupaten ini terdiri dari   11  Kecamatan, 145   desa 17 kelurahan,  421 Dusun, 54 lingkungan, 816 RW dan 1804 RT. Pada tahun 2014, penduduk Manggarai  berjumlah 337.286 jiwa dengan rincian penduduk: pria berjumlah 168. 049 jiwa dan  penduduk wanita berjumlah  169.237.
Jenis tanah Manggarai adalah Latosol 31,9%, Mediterian 36,53%, Litosol, 52,60%. Rata-rata curah hujan di Kabupaten Manggarai adalah 2,440,9 mm dan rata-rata bulan basah 7 bulan. Kelembaban Udara terendah terjadi pada bulan juli (78%) dan kelembaban udara tertinggi terjadi pada bulan februari (94%).
Batas wilayah Kabupaten Manggarai, di sebelah timur  Kabupaten Manggarai Timur; sebelah Barat, Kabupaten Manggarai Barat; Utara, Laut Flores dan  Selatan, Laut Sawu. Secara geografis terletak pada 08°.14' LS - 09°.00 LS dan 120°.20' BT - 120°.55'° BT.
Penduduk Manggarai tahun 2013 berjumlah 332 560 Jiwa dengan rincian penduduk Laki-laki berjumlah 164 966 jiwa; sedangkan perempuan berjumlah 167 594 jiwa  dengan  jumlah  82.588  KK.    Rata-rata  kepadatan  penduduk  173,60  per  Km2.  
Dari sisi geografi, topografi dan demografinya, Manggarai adalah salah satu kabupaten yang kaya, baik sumber daya alamnya (SDA), maupun sumber daya manusianya (SDM). Dari aras SDA, Manggarai adalah penghasil tanaman perkebunan dan perdagangan yang dapat diandalkan. Kopi, cengkeh, fanili, kemiri, coklat, padi dan jagung adalah produk andalan yang dapat menghidupkan rakyat Manggarai. Meksipun dikepung oleh tawaran dan pasokan pangan dari luar Manggarai, rakyat Manggarai masih setia mencukupi pangannya dari pengelolaan sawah-sawahnya.
Dari sisi SDM, masyarakat Manggarai sudah dominan melek huruf. Pola hidup yang sehat juga sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari budaya hidup bersih. Kekayaan inilah yang menjadi tumpuan pembangunan kesejahteraan rakyat Manggarai. Bagaimana menghubungkan SDA dengan SDM adalah ruang yang dapat digunakan oleh Deno-Madur dalam kebijakan pembangunan mereka.

Memberi Jawaban Aktual
Di tengah hiruk pikuk protes yang tak pernah sepi, bagaimana Deno-Madur bisa membangun Manggarai? Ada empat aspek utama yang perlu dibenahi.
Pertama, krisis air yang melanda Manggarai adalah ancaman besar untuk kehidupan masyarakat banyak. Karena itu, upaya perlindungan memperbaiki mutu pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian lingkungan hidup diarahkan untuk menurunkan jumlah lahan kritis. Selain itu penegakan hukum bagi perambah kawasan hutan serta meningkatkan pemanfaatan lahan melalui pengembangan tanaman kehutanan dan perkebunan. Kondisi kawasan hutan di daerah ini banyak mengalami degradasi akibat pembalakan liar oleh orang -orang yang tidak bertanggungjawab  yang menimbulkan adanya lahan kritis baik di dalam maupun di luar kawasan hutan.

Kedua, pertumbuhan lapangan kerja. Dengan makin banyaknya angka kelahiran dan pertumbuhan jumlah penduduk angka produktif makin besar, penyediaan tenag kerja juga makin dibutuhkan. Dalam area ini, pemerintah sedapat mungkin memanfaatkan tanah Manggarai yang subur untuk menjadi lahan bagi agroindustri dengan pembudidayaan tanaman holtikultura. Pendidikan dan keterampilan yang cukup bagi pencari kerja luar daerah merupakan syarat mutlak sehingga mereka dapat bekerja di sector yang dapat memberikan upah yang layak. Hal ini mesti sejalan dengan usaha memberikan pelayanan adminsitratif yang memudah pencari kerja sehingga mereka dapat meninggalkan daerah dengan dokumen resmi dan lengkap.

Ketiga, infrastruktur masih diperlukan untuk daerah-daerah tertentu: rumah yang dialiri arus listrik, akses jalan aspal menuju kampong, fasilitas pendidikan, kesehatan yang pada intinya membukatikan intervensi negera (pemerintah) terhadap rakyatnya. Usaha pemerintah untuk mengupayakan bagi hasil listrik geothermal harus mendapat dukungan yang luas dari masyarakat.
Keempat, Manggarai memiliki kekayaan budaya yang luar biasa. Warisan leluhur. Manggarai tak bisa dilepas-pisahkan begitu saja dengan kebudayaan sebagai identitas khasnya. Dalam seluruh tatanan kehidupan, inspirasi budaya lonto-leok harus menjadi penciri para pemimpin mengambil keputusan. Berembug mendiskusikan sesuatu datang dari pengandaian bahwa pemimpin tidak berjalan sendirian. Dia memiliki rekan dalam multi level. Karena itu, menghadirkan budaya dan nilainya dalam seluruh aras pembangunan adalah kemutlakan yang tak dapat dinegasikan begitu saja. Hal ini pada akhirnya memuliakan semua yang disebut Manggarai.

Tentu Deno-Madur tak bisa berjalan sendiri. Masyarakat tidak bisa tinggal diam dan pasif. Pembangunan yang hanya bertumpu pada pemimpin tentu tidak akan berjalan sesuai harapan kita bersama. Masyarakat perlu menciptakan iklim yang kondusif sehingga mereka dapat bekerja dengan baik. Pertentangan dan pertikaian tidak akan menyelesaikan masalah. Mari kita bahu membahu mendukung Deno-Madur untuk membangun Manggarai bersama-sama dari kecintaan yang tulus dan iklas.***

Dipublikasikan pertama oleh: www.nusalale.com pada 16 Februari 2016.

No comments:

Post a Comment