Kanisius
Teobaldus Deki
Dosen
STKIP St. Paulus
Perhelatan demokrasi pemilu kada
telah berakhir. Perjuangan untuk meraih kekuasaan dalam level pemimpin daerah
kabupaten telah usai. Sebuah perjuangan yang tidak bisa dibilang mudah. Prosesi
politik yang melelahkan dan menguras banyak hal. Perhatian, tenaga, financial,
isu, strategi dan kedigdayaan multiaspek. Dari menerima kekalahan begitu saja
sampai usaha untuk memperjuangkan kemenangan di Mahkamah Konstitusi (MK).
Pola-pola dan isi berkampanye yang penuh dengan semangat pertarungan kini
tinggal kenangan. Bahkan, segala bentuk caci maki yang sempat terucap serta
sumpah serapah terhadap lawan kian senyap dari pendengaran. Yang ada kini
hanyalah pertanyaan: mau dibawa ke mana kekuasaan yang telah diraih ini? Serentak sebuah harapan: lahirnya politik
kekuasaan yang diorientasikan pada pegabdian kemaslahatan masyarakat banyak.
Kekuasaan yang mengabdi rakyak dan semesta!
Tanggal 17 Februari 2016 ada tujuh
para kepala daerah kabupaten di provinsi kita dilantik di Kupang. Pelantikkan
adalah sebuah moment pengumuman resmi serta pengabsahan kekuasaan yang
dilimpahkan kepada mereka oleh proses demokrasi. Sekaligus sebuah gong titik
mulai pengabdian kepada rakyat di daerahnya masing-masing.
Fakta Kemiskinan
Menengok angka statistic
pembangunan NTT dari kaca mata nasional, hati kita selalu miris. Betapa tidak,
kita selalu berada di angka akhir. Kesenjangan ekonomi, pendidikan dan
kesehatan masih sangat tinggi. Lihat
saja Indeks Pembangunan Manusia provinsi NTT yang bertengger di angka 32 dari
34 provinsi di Indonesia. Data tahun 2015 memperlihatkan bahwa 66,40% tenaga
kerja adalah tamatan SD. PDRB NTT berada di bawah PDB per kapita nasional.
Rasio penggunaan APBD menunjukkan hampir 67% digunakan untuk belanja pegawai
selebihnya belanja barang dan jasa. Dari
sisi tingkat kemiskinan, NTT berada di atas tingkat kemiskinan nasional.
Fakta berbasis statistic ini tidak
harus membuat kita patah semangat. Fakta-fakta ini mestinya menjadi pemicu untuk
memulai pembangunan NTT dengan cara yang objektif dan inovatif. Walaupun rentan
dengan pelbagai kritikan tentang jargon-jargon pemerintah semisal: provinsi
jagung, provinsi koperasi, provinsi sapi, ini kita makna sebagai sebuah usaha
mencari bentuk yang pas untuk melawan kemiskinan yang mendera masyarakat NTT.
Sebuah upaya untuk menemukan identitas ekonomi yang khas NTT dalam kemultian
wilayahnya. Apalagi ketika memasuki era baru Masyarakat Ekonomi Asia yang
terjangan persaingannya makin sengit dengan wajah pasar global. Dibutuhkan
ketekadan yang kuat dan komitmen bersama dari semua elemen: masyarakat dan
Negara secara bersamaan.
Kerja dan Program
Strategis sebagai Fokus
Kekuasaan dalam alam demokrasi
adalah sebuah proses yang dihasilkan oleh sebuah prosesi politik. Politik, dari
asal kata Yunani “politikos” adalah proses pembentukkan dan pembagian kekuasaan
dalam masyarakat. Di dalam kekuasaan ada ruang yang sangat luas untuk
pembentukkan kebijakan (policy) yang
mengatur kemaslahatan rakyat banyak. Kekuasaan memiliki legitimasi untuk
melakukan perubahan-perubahan demi menciptakan kemajuan dan kesejahteraan
rakyat banyak (bonum commune).
Kekuasaan itu sebuah organum solutis
populi, sebuah intrumen untuk keselamatan rakyat banyak (Pos Kupang, 16
Februari 2016).
Dalam suasana semarak pelantikkan,
kiranya menjadi jelas bahwa ingatan akan peran strategis kekuasaan ini untuk
mensejahterakan rakyat tidak tenggelam dalam aura ramah tamah kemenangan.
Jikapun acara seperti itu dibuat, ia adalah ungkapan syukur untuk semua
partisipasi public (rakyat) dan kepercayaan yang telah diberikan untuk mengabdi.
Dalam aras yang sama, moment seperti itu adalah juga komitmen baru untuk
memulai tugas yang telah diterima dari rakyat.
Di tengah-tengah keriuhan akan
kegembiraan yang teramat sangat ini, ada dua hal yang harusnya menjadi kiblat
para pemimpin daerah yang baru ini di NTT. Pertama,
penciptaan program strategis yang berfokus pada peningkatan ekonomi produktif
dan pembukaan sentra-sentra ekonomi serta lapangan kerja baru. Di bidang kesehatan, penguatan kesadaran
untuk berpola hidup sehat melalui inovasi lingkungan hidup yang bersih dan
pelayanan kesehatan yang mudah dan bermutu. Di bidang pendidikan, perluasan
pelayanan pendidikan yang disertai kemauan kuat menghasilkan pendidikan
berkualitas. Pertanyaan mendasarnya adalah potensi apa di daerah yang dapat
dikembangkan untuk menunjang kehidupan masyarakat dalam multi aspek
kebutuhannya?
Kedua,
kerja. Menarik bahwa setelah dilantik, Presiden Jokowidodo menyebut kabinetnya sebagai
Kabinet Kerja. Hal yang sama juga menjadi imperative bagi kepala daerah
terpilih di NTT. Kita tahu bahwa kinerja pejabat dan pegawai negeri kita belum
maksimal. Masalah disiplin, profesionalisme, kemauan dan komitmen kerja masih
rendah. Kerja dan kerja adalah pilihan untuk memajukan daerah NTT ini yang
disertai semangat pelayanan yang tinggi kepada masyarakat. Belum lagi penguatan
moralitas pegawai, hal mana selama ini kuat menggema.
Jika dua elemen ini menjadi fokus
dari para kepala daerah yang baru, pengabdian kepada kebutuhan rakyat akan
mudah terpenuhi. Tentu seraya menyadari bahwa keberhasilan pembangunan adalah
capaian dari kerja bersama (net working)
semua elemen (stake holder). Selamat
membangun dengan kerja giat yang cerdas.***
Diterbitkan pertama oleh HU Pos Kupang, 18 Februari 2016
Diterbitkan pertama oleh HU Pos Kupang, 18 Februari 2016
No comments:
Post a Comment