Kanisius Teobaldus Deki*
Adalah Socrates, filsuf sohor yang lahir di
Athena pada tahun 470 SM dan wafat tahun 399 SM, pernah menyaksikan keruntuhan
Athena sebagai kota yang menjadi salah satu ikon kemajuan politik, ekonomi,
kebudayaan dan pengetahuan sejagad di zamannya. Penyebab kejatuhan Athena
adalah karena lenyapnya demokrasi yang diganti secara paksa oleh tirani. Pernah
Athena bangkit kembali untuk membaharui dirinya dengan system demokrasi (404
SM), namun luluh lantak di bawah bayang-bayang kekuasaan para tiran yang
membudayakan monarki sebagai pilihan mutlak.
Pengalaman Socrates selalu bergema pada
setiap generasi. Ada semacam pembimbangan terhadap polarisasi kekuasaan pada
satu tangan (semisal ide tentang wakil bupati sebagai “ban serep”). Hal itu
bukan tanpa alasan. Kekuasaan semacam itu cenderung berciri feodalistik dan
beraroma destruktif. Kecemasan itu lalu mendorong John Locke, filsuf
berkebangsaan Inggris, membentengi sebuah bangsa melalui pemisahan kekuasaan
dalam Negara: legislative, eksekutif, federative yang kemudian disempurnakan
oleh Trias Politica Montesque, filsuf
Prancis, yakni legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Fungsi legislative berarti
negara membuat undang-undang. Fungsi eksekutif menegaskan negara melaksanakan
undang-undang. Fungsi yudikatif bermaksud melakukan pengawasan agar seluruh
peraturan yang dibuat dapat ditaati.
Dalam perjalanan hampir semua Negara
demokrasi, jatuh-bangun, bongkar pasang konsep bernegara menjadi sebuah
kenyataan tak terbantahkan demi mencapai apa yang disebut sebagai kemakmuran
dan kesejahteraan bersama (bonum commune).
Pembimbangan menyangkut banyak hal lalu menjadi sebuah metode, yang oleh Rene
Descartes disebut sebagai “dubium
methodicum”, sebuah kesangsian metodis. Sesuatu harus dibimbangkan untuk
menemukan kepastian. Untuk menemukan kepastian itu, merujuk pada Socrates,
diperlukan “maieutika tekhne” yakni seni kebidanan untuk membantu seorang ibu
melahirkan bayinya. Seorang bidan hanyalah penolong, tetap ibu itu yang harus
berusaha mengeluarkan bayinya. Demikianlah, metode elenchos Socrates menguat dalam hal ini. Melalui
pertanyaan-pertanyaan penuntun, Socrates mengajukan gagasannya kepada lawan
bicaranya, mengujinya dan mengeritik ataupun melakukan otokritik sampai
menemukan kebenaran yang sesungguhnya.
Keberadaan Sokcrates menjadi bagian dari
diskusi panjang untuk Garda Muda DM melahirkan pilihan dalam dukungan politik
di pentas Pilkada 2015 di Manggarai. Tulisan ini lebih sebagai sebuah mimesis perjalanan Garda Muda yang
menjatuhkan pilihan pada paslon nomor urut satu Dr. Deno Kamelus dan Drs. Madur
Viktor.
Buah dari Kongres
Pemuda Manggarai Raya
Pada tanggal 11-13 Agustus 2014,
berkumpullah orang muda Manggarai di Aula Missio dari berbagai tempat. Hadir
saat itu tak kurang dari 100 orang muda dari pelbagai profesi (dosen, peneliti,
PNS, karyawan swasta, wirausaha, mahasiswa, pegiat LSM, Imam, biarawan, pegiat
seni, pegiat media, dll). Orang-orang ini datang dari berbagai tempat antara
lain Jakarta, Yogyakarta, Kupang, Manado dan daratan Flores, pria maupun
wanita.
Salah satu keputusan Kongres kala itu ialah
merumuskan kembali peran kaum muda Manggarai dalam bidang politik. Bahwa salah
satu kekurangan terbesar dari pelaksanaan kekuasaan selama ini adalah absentnya
kaum intelektual muda di pusaran kekuasaan. Kaum intelektual muda Manggarai
masih berposisi sebagai nabi jalanan yang
melontarkan kritik tajam atas pelaksanaan pembangunan tanpa mau ikut terlibat
di dalamnya.
Dampaknya, seolah tidak ada persambungan
maksud. Padahal, pendekatan persuasive dapat dijadikan tawaran solutif untuk
menggoalkan apa yang menjadi maksud dan ide pembangunan kaum intelektual muda.
Itulah sebabnya, sejak Kongres Pemuda Manggarai Raya menggemakan orang muda
peduli politik, niat suci untuk meleburkan diri dalam kancah itu demi perubahan
menguat pada sanubari masing-masing peserta.
Memilih DM karena
Analisis
Teras de Lucas dan beberapa tempat lain
adalah ruang-ruang berkumpul peserta Kongres pascaperhelatan akbar itu
berakhir. Ada diskusi yang terus meluas, melampaui esensi dan susbtansi
persoalan-persoalan yang dihadapi masyarakat Manggarai Raya. Diskusi-diskusi
itu kian mengerucut membentuk simpulan-simpulan logis yang mengentalkan
komitmen untuk bertindak.
Pertanyaan yang diajukan adalah “pada pesta
demokrasi Pilkada 2015, kepada siapa Kongres mengarahkan dukungan?” Pertanyaan
itu sulit diberi jawaban sebagai komunitas. Pasalnya, setiap peserta kongres
tentu sudah memiliki alasan untuk memilih dan mendukung paslon tertentu. Karena
itu, masing-masing peserta Kongres membangun diskusi yang kemudian memberikan
jawaban berdasarkan fakta objektif tentang visi-misi, integritas diri paslon
dan elektabilitasnya di tengah masyarakat. Ada semacam kesepakatan lisan untuk
tidak menyertakan Kongres ke dalam dukung mendukung paslon. Sementara itu,
dukungan hanyalah berciri pribadi atau mewakili komunitas dengan entitas baru.
Dari pelbagai kesempatan bertemu dan
berdiskusi, pilihan orang-orang muda ini jatuh kepada Dr. Deno Kamelus dan Drs.
Madur Viktor. Menurut hasil diskusi dan temuan melalui pelbagai pooling
pendapat, kemampuan yang dua orang ini dapat diandalkan untuk melanjutkan
pembangunan Manggarai lima tahun yang akan datang.
Hasil diskusi itu antara lain mengemuka
dalam beberapa tirisan pikiran: Pertama,
Pak Deno dan Pak Viktor sangat komunikatif. Mereka mudah bergaul dengan semua
orang dari pelbagai lapisan. Ini modal dalam pembangunan. Kemampuan
berkomunikasi. Pembangunan tidak bias dikelola oleh segelintir orang.
Pembangunan membutuhkan kehadiran pihak lain. Kemampuan dialogis mereka sangat
diandalkan dalam hal ini. Sejauh pengamatan, mereka memandang setiap orang
setara. Tidak ada yang superior dan inferior. Kedua, pengetahuan dan pengalaman. Mereka memiliki pengetahuan di
bidang pemerintahan. Pengetahuan ini mereka
up grade terus sehingga mampu disinergikan dengan pengalaman baik sebagai
akademisi maupun sebagai birokrat. Mereka tidak asal membuat janji yang bombastic
tanpa dasar ilmiah dan anggaran yang bias merealisasikan program-program
pemerintah. Ketiga, mereka memiliki
visi dan misi yang bias membawa Manggarai sebagai kabupaten yang sejahtera. Keempat, mereka memiliki komitmen yang
yang kuat untuk membangun Manggarai. Hal itu tercermin pada semangat mereka
mengunjungi berbagai kampong yang ada di Manggarai. Mereka menyampaikan program
kerja tanpa menjelek-jelekkan pihak lain. Mereka menunjukkan sebuah model
politik yang santun. Hasil diskusi inilah yang kemudian menjadi dasar kelahiran
Garda Muda DM1.
Garda Muda untuk
Pembangunan
Kelahiran Garda Muda DM1 tak terlepas dari
spirit orang-orang muda pembaharu yang melihat bahwa karakteristik kepribadian
paslon nomor urut satu yang dialogis, mudah berdiskusi, merakyat dan tidak
ekslusif menjadi penanda utama. Itulah sebabnya, tak kurang dari 2.000 orang
muda menggelar deklarasi Garda Muda dengan tema “Doa 1.000 Lilin Pilkada Damai”
pada tanggal 27 September 2015. Deklarasi yang menyentuh kalbu ini mengeraskan
hati orang-orang muda Manggarai untuk memajukan Manggarai berbasis mutu total.
Semangat yang sama menghentak kesadaran para
pemuda di kecamatan-kecamatan lain. Di bulan Oktober, Garda Muda kecamatan
Satar Mese dan Satar Mese Barat mendeklarasikan diri di Paka-Iteng. Tak kurang
dari 1.200 orang muda yang bergerak menyatakan diri sebagai generasi pembaharu.
Kegiatan kampanye damai dinyatakan melalui
aksi-aksi positif seperti diskusi yang konstruktif di pelbagai seminar,
penggalangan darah melalui donor darah dalam kerja sama dengan PMI, mengunjungi
para pedagang di pasar, mendesain kampanye yang ramah terhadap anak dan budaya.
Deklarasi Garda Muda DM1 di Cancar kecamatan
Ruteng yang dihadiri oleh 3.000an orang muda dari kecamatan Ruteng, Lelak dan
Rahong Utara pada 21 November 2015 membuktikan bahwa semangat pembaharuan
menjadi pilihan mutlak orang muda dalam membangun Manggarai. Sebuah pembaharuan
yang tidak bias dijalankan sendiri oleh orang Muda. Pilihannya adalah berjalan
bersama paslon nomor urut satu Dr. Deno Kamelus dan Drs. Madur Viktor.
Hal serupa juga dengan kampanye penutupan
zona paslon nomor urut satu pada Minggu, 29 November 2015. Orang muda tumpah
ruah di jalanan, berjejal mendukung paslon nomor urut satu. Banyaknya orang
muda yang mendukung merupakan sebuah kenyataan yang menyodorkan fakta bahwa
pasangan ini layak untuk didaulat menjadi pemimpin Manggarai lima tahun yang
akan datang. Sebuah pilihan sikap dari 15.000 anggota Garda Muda di setiap
kecamatan untuk membebaskan Manggarai dari kungkungan para tiran kemiskinan.***
*)Peneliti, staf
pengajar STKIP St. Paulus Ruteng.
Diposkan pertama oleh: www.nusalale.com (30/11/2015)
No comments:
Post a Comment