Sunday, 6 March 2016

Garda Muda DM1 Tapak-tapak Orang Muda di Pentas Politik



Kanisius Teobaldus Deki*

Adalah Socrates, filsuf sohor yang lahir di Athena pada tahun 470 SM dan wafat tahun 399 SM, pernah menyaksikan keruntuhan Athena sebagai kota yang menjadi salah satu ikon kemajuan politik, ekonomi, kebudayaan dan pengetahuan sejagad di zamannya. Penyebab kejatuhan Athena adalah karena lenyapnya demokrasi yang diganti secara paksa oleh tirani. Pernah Athena bangkit kembali untuk membaharui dirinya dengan system demokrasi (404 SM), namun luluh lantak di bawah bayang-bayang kekuasaan para tiran yang membudayakan monarki sebagai pilihan mutlak.
Pengalaman Socrates selalu bergema pada setiap generasi. Ada semacam pembimbangan terhadap polarisasi kekuasaan pada satu tangan (semisal ide tentang wakil bupati sebagai “ban serep”). Hal itu bukan tanpa alasan. Kekuasaan semacam itu cenderung berciri feodalistik dan beraroma destruktif. Kecemasan itu lalu mendorong John Locke, filsuf berkebangsaan Inggris, membentengi sebuah bangsa melalui pemisahan kekuasaan dalam Negara: legislative, eksekutif, federative yang kemudian disempurnakan oleh Trias Politica Montesque, filsuf Prancis, yakni legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Fungsi legislative berarti negara membuat undang-undang. Fungsi eksekutif menegaskan negara melaksanakan undang-undang. Fungsi yudikatif bermaksud melakukan pengawasan agar seluruh peraturan yang dibuat dapat ditaati.
Dalam perjalanan hampir semua Negara demokrasi, jatuh-bangun, bongkar pasang konsep bernegara menjadi sebuah kenyataan tak terbantahkan demi mencapai apa yang disebut sebagai kemakmuran dan kesejahteraan bersama (bonum commune). Pembimbangan menyangkut banyak hal lalu menjadi sebuah metode, yang oleh Rene Descartes disebut sebagai “dubium methodicum”, sebuah kesangsian metodis. Sesuatu harus dibimbangkan untuk menemukan kepastian. Untuk menemukan kepastian itu, merujuk pada Socrates, diperlukan “maieutika tekhne” yakni seni kebidanan untuk membantu seorang ibu melahirkan bayinya. Seorang bidan hanyalah penolong, tetap ibu itu yang harus berusaha mengeluarkan bayinya. Demikianlah, metode elenchos Socrates menguat dalam hal ini. Melalui pertanyaan-pertanyaan penuntun, Socrates mengajukan gagasannya kepada lawan bicaranya, mengujinya dan mengeritik ataupun melakukan otokritik sampai menemukan kebenaran yang sesungguhnya.
Keberadaan Sokcrates menjadi bagian dari diskusi panjang untuk Garda Muda DM melahirkan pilihan dalam dukungan politik di pentas Pilkada 2015 di Manggarai. Tulisan ini lebih sebagai sebuah mimesis perjalanan Garda Muda yang menjatuhkan pilihan pada paslon nomor urut satu Dr. Deno Kamelus dan Drs. Madur Viktor.


Buah dari Kongres Pemuda Manggarai Raya
Pada tanggal 11-13 Agustus 2014, berkumpullah orang muda Manggarai di Aula Missio dari berbagai tempat. Hadir saat itu tak kurang dari 100 orang muda dari pelbagai profesi (dosen, peneliti, PNS, karyawan swasta, wirausaha, mahasiswa, pegiat LSM, Imam, biarawan, pegiat seni, pegiat media, dll). Orang-orang ini datang dari berbagai tempat antara lain Jakarta, Yogyakarta, Kupang, Manado dan daratan Flores, pria maupun wanita.
Salah satu keputusan Kongres kala itu ialah merumuskan kembali peran kaum muda Manggarai dalam bidang politik. Bahwa salah satu kekurangan terbesar dari pelaksanaan kekuasaan selama ini adalah absentnya kaum intelektual muda di pusaran kekuasaan. Kaum intelektual muda Manggarai masih berposisi sebagai nabi jalanan yang melontarkan kritik tajam atas pelaksanaan pembangunan tanpa mau ikut terlibat di dalamnya.
Dampaknya, seolah tidak ada persambungan maksud. Padahal, pendekatan persuasive dapat dijadikan tawaran solutif untuk menggoalkan apa yang menjadi maksud dan ide pembangunan kaum intelektual muda. Itulah sebabnya, sejak Kongres Pemuda Manggarai Raya menggemakan orang muda peduli politik, niat suci untuk meleburkan diri dalam kancah itu demi perubahan menguat pada sanubari masing-masing peserta.

Memilih DM karena Analisis
Teras de Lucas dan beberapa tempat lain adalah ruang-ruang berkumpul peserta Kongres pascaperhelatan akbar itu berakhir. Ada diskusi yang terus meluas, melampaui esensi dan susbtansi persoalan-persoalan yang dihadapi masyarakat Manggarai Raya. Diskusi-diskusi itu kian mengerucut membentuk simpulan-simpulan logis yang mengentalkan komitmen untuk bertindak.
Pertanyaan yang diajukan adalah “pada pesta demokrasi Pilkada 2015, kepada siapa Kongres mengarahkan dukungan?” Pertanyaan itu sulit diberi jawaban sebagai komunitas. Pasalnya, setiap peserta kongres tentu sudah memiliki alasan untuk memilih dan mendukung paslon tertentu. Karena itu, masing-masing peserta Kongres membangun diskusi yang kemudian memberikan jawaban berdasarkan fakta objektif tentang visi-misi, integritas diri paslon dan elektabilitasnya di tengah masyarakat. Ada semacam kesepakatan lisan untuk tidak menyertakan Kongres ke dalam dukung mendukung paslon. Sementara itu, dukungan hanyalah berciri pribadi atau mewakili komunitas dengan entitas baru.
Dari pelbagai kesempatan bertemu dan berdiskusi, pilihan orang-orang muda ini jatuh kepada Dr. Deno Kamelus dan Drs. Madur Viktor. Menurut hasil diskusi dan temuan melalui pelbagai pooling pendapat, kemampuan yang dua orang ini dapat diandalkan untuk melanjutkan pembangunan Manggarai lima tahun yang akan datang.
Hasil diskusi itu antara lain mengemuka dalam beberapa tirisan pikiran: Pertama, Pak Deno dan Pak Viktor sangat komunikatif. Mereka mudah bergaul dengan semua orang dari pelbagai lapisan. Ini modal dalam pembangunan. Kemampuan berkomunikasi. Pembangunan tidak bias dikelola oleh segelintir orang. Pembangunan membutuhkan kehadiran pihak lain. Kemampuan dialogis mereka sangat diandalkan dalam hal ini. Sejauh pengamatan, mereka memandang setiap orang setara. Tidak ada yang superior dan inferior. Kedua, pengetahuan dan pengalaman. Mereka memiliki pengetahuan di bidang pemerintahan. Pengetahuan ini mereka up grade terus sehingga mampu disinergikan dengan pengalaman baik sebagai akademisi maupun sebagai birokrat. Mereka tidak asal membuat janji yang bombastic tanpa dasar ilmiah dan anggaran yang bias merealisasikan program-program pemerintah. Ketiga, mereka memiliki visi dan misi yang bias membawa Manggarai sebagai kabupaten yang sejahtera. Keempat, mereka memiliki komitmen yang yang kuat untuk membangun Manggarai. Hal itu tercermin pada semangat mereka mengunjungi berbagai kampong yang ada di Manggarai. Mereka menyampaikan program kerja tanpa menjelek-jelekkan pihak lain. Mereka menunjukkan sebuah model politik yang santun. Hasil diskusi inilah yang kemudian menjadi dasar kelahiran Garda Muda DM1.

Garda Muda untuk Pembangunan
Kelahiran Garda Muda DM1 tak terlepas dari spirit orang-orang muda pembaharu yang melihat bahwa karakteristik kepribadian paslon nomor urut satu yang dialogis, mudah berdiskusi, merakyat dan tidak ekslusif menjadi penanda utama. Itulah sebabnya, tak kurang dari 2.000 orang muda menggelar deklarasi Garda Muda dengan tema “Doa 1.000 Lilin Pilkada Damai” pada tanggal 27 September 2015. Deklarasi yang menyentuh kalbu ini mengeraskan hati orang-orang muda Manggarai untuk memajukan Manggarai berbasis mutu total.
Semangat yang sama menghentak kesadaran para pemuda di kecamatan-kecamatan lain. Di bulan Oktober, Garda Muda kecamatan Satar Mese dan Satar Mese Barat mendeklarasikan diri di Paka-Iteng. Tak kurang dari 1.200 orang muda yang bergerak menyatakan diri sebagai generasi pembaharu.
Kegiatan kampanye damai dinyatakan melalui aksi-aksi positif seperti diskusi yang konstruktif di pelbagai seminar, penggalangan darah melalui donor darah dalam kerja sama dengan PMI, mengunjungi para pedagang di pasar, mendesain kampanye yang ramah terhadap anak dan budaya.
Deklarasi Garda Muda DM1 di Cancar kecamatan Ruteng yang dihadiri oleh 3.000an orang muda dari kecamatan Ruteng, Lelak dan Rahong Utara pada 21 November 2015 membuktikan bahwa semangat pembaharuan menjadi pilihan mutlak orang muda dalam membangun Manggarai. Sebuah pembaharuan yang tidak bias dijalankan sendiri oleh orang Muda. Pilihannya adalah berjalan bersama paslon nomor urut satu Dr. Deno Kamelus dan Drs. Madur Viktor.
Hal serupa juga dengan kampanye penutupan zona paslon nomor urut satu pada Minggu, 29 November 2015. Orang muda tumpah ruah di jalanan, berjejal mendukung paslon nomor urut satu. Banyaknya orang muda yang mendukung merupakan sebuah kenyataan yang menyodorkan fakta bahwa pasangan ini layak untuk didaulat menjadi pemimpin Manggarai lima tahun yang akan datang. Sebuah pilihan sikap dari 15.000 anggota Garda Muda di setiap kecamatan untuk membebaskan Manggarai dari kungkungan para tiran kemiskinan.***

*)Peneliti, staf pengajar STKIP St. Paulus Ruteng.
Diposkan pertama oleh: www.nusalale.com (30/11/2015)

No comments:

Post a Comment