Kanisius Teobaldus Deki
Ada yang
istimewa pada pada
5 September 2020, saat Deklarasi Koalisi Front Perjuangan Rakyat Manggarai
untuk Hery-Heri. Pak Christian Rotok, bupati Manggarai 2 periode, hadir di
tengah acara itu. Kehadiran beliau disambut dengan tepuk tangan meriah. Tampik sorak-sorai
tak terelakkan. Kehadirannya memiliki daya magnet yang sangat besar untuk memberi
spirit kepada 2.000an peserta yang hadir memenuhi tenda deklarasi.
Setelah acara
orasi politik Partai Pengusung dan Partai Pendukung, Pak Christ didaulat untuk
memberikan sambutan ataupun pidato. Karena ini adalah gawean politik maka
pidato beliau tentu dipandang sebagai sebuah pidato politik.
Saya duduk di
kursi berjarak 2,5 meter dari tempat beliau berpidato. Saat diberi kesempatan
oleh pembawa acara, Pak Christ mengingatkan dirinya sendiri sebagai orang yang
sudah lanjut usia, “Salah satu ciri orang lanjut usia, omongannya
sendiri dia lupa. Untuk mengatasi soal itu neka
lewe bail tombo (tidak usahlah omong panjang-panjang)”, katanya disambut tepuk
tangan meriah dari peserta yang hadir.
Lalu dirinya
menuturkan bahwa ada keluarga yang datang ke rumahnya untuk menyampaikan bahwa
Pak Hery mau maju. Beberapa hari yang lalu juga datang orang yang mengundang. “Pagi
orang lain, siang orang lain, malam orang lain”, ujarnya. Dirinya seakan perlu
bercerita tentang tempus (waktu):
pagi, siang, malam dan persona (pribadi)
yang berbeda-beda. Ini menunjukkan betapa keluarga dan Pak Hery Nabit sungguh
membutuhkan dirinya hadir di acara deklarasi. “Saya mau bilang, saya sudah ada
di sini”, katanya. Sebagai seorang tokoh pak Christ sadar bahwa kemendesakan
untuk hadir dalam acara ini adalah sebuah pilihan hati yang tidak lagi bisa
ditolak.
Dalam pidato
selanjutnya, Pak Christ membaca situasi. Peserta yang hadir dengan simbol masing-masing.
Tim kerja Hery-Heri yang tampil gagah-apik dengan seragamnya. Para petinggi
partai politik dengan kostum partai. Para relawan serta undangan datang dengan
pakaian yang resmi (formal outfit).
“Saya minta
maaf, saya sampai dengan baju yang lain dengan yang lain. Bahkan sudah buruk
baju ini. Bo minder saya minder masuk. Sisa ini saja baju yang saya miliki.
Baju yang saya pernah miliki sudah compang-camping. Bete keta taung e (semuanya sudah robek). Eme manga baju di’as meu ta de (Jika kalian memiliki baju yang baik).
Saya bilang sama ibu, tahan sedikit belanja di pasar supaya beli baju baru.
Mama bilang, ma’u toe manga ata werud soo
cepisa (mudah-mudahan ada yang baru ke depan)”, katanya.
Pernyataan inilah
yang memicu banyak penafsiran. Walau tak menyebut nama, dalam
pernyataan-pernyataan metaforisnya, Pak Christ seakan menyimbolkan kekuasaan
pada baju. Bajunya yang lama sudah sobek, berharap ada baju yang baru. Jikalau sedikit
agak bergeser dari situasi politik kekinian, Pak Christ sebenarnya sedang
membicarakan dirinya. Dua kali gagal menjadi calon gubernur dan wakil gubernur,
sekali gagal dalam Pileg. Beliau berharap akan ada keberhasilan untuk masa
depan. Namun apa lacur, bagian ini dipersepsikan sedang mengarahkan opini massa
ke Pilkada 9 Desember 2020.
Pada bagian
berikutnya, Pak Christ mau memperlihatkan jalinan peristiwa yang misterius. “Pada
saat ini saya mau mengumumkan, ketika kepemimpinan Credo akan segera berakhir,
saya buat acara Ulang Tahunnya di Klumpang. Pada saat itu saya untuk pertama
kalinya mengumumkan calon pengganti saya. Orang yang protes saat itu adalah
Heri Ngabut. “Cukup satu kali e”,
kata Heri. Saat itu saya bilang,
tergantung kualitas orang itu. Kali ngong
weki run (padahal memaksudkan dirinya sendiri). Jawaban saya hari ini saya
tepati. One ite nai ngalis-tuka ngengga”,
ujarnya.
Pak Christ
mungkin juga terkejut dengan dirinya sendiri dengan peristiwa yang terjadi di
Klumpang. Bahwa Hery Nabit yang jadi lawan politiknya kini berpasangan dengan
Hery Ngabut yang meminta: cukup satu kali! Ada dua kemungkinan pilihan Pak
Christ untuk hadir dalam acara deklarasi koalisi Hery-Heri. Pertama, kesadaran akan regenerasi
kepemimpinan sebagai sesuatu yang wajar dalam alam demokrasi. Bisa jadi, 2
periode dirinya sudah cukup untuk memimpin. Lebih dari itu akan ada kejenuhan
yang berakibat fatal: ketidakmajuan daerah karena ketiadaan inovasi dan capaian
pembangunan yang rendah mengakibatkan rakyat tidak sejahtera. Dalam skala
nasional, kejatuhan Soeharto disebabkan karena terlalu lama berkuasa dan
perkembangan dan kemajuan Indonesia terhambat.
Kedua, tujuan dari kekuasaan politik
adalah kesejahteraan masyarakat. Selama lima tahun kepemimpinan setelah
dirinya, tentu ada aspek-aspek kebijakan pembangunan yang malah mengalami
kemunduran. Jikalau ini menjadi catatan evaluative Pak Christ, maka tidak
mungkin beliau merelakan ini berlanjut. Itu artinya harus ada usaha untuk
melakukan alih generasi dan pribadi-pribadi itu ada pada Hery-Heri. Tongkat estafet
pembangunan diberikan kepada mereka sebagai perutusan baru.
Di bagian
terakhir, Pak Christ menitipkan pesan. Siapapun tidak boleh membebankan
kandidat, jika terpilih, dengan pelbagai kepentingan indvidualistik dan
kelompok. “Jangan ciptakan suasana yang berdampak pada ngale wae-ngampang tana. Jika
mereka sudah terpilih mereka menjadi pemimpin untuk semua rakyat. Semua rakyat
apapun situasinya adalah miliknya”, tegasnya. Berkaitan dengan perbedaan pilihan
politik dia mengingatkan untuk tetap bersikap sebagai negarawan. “Sayalah yang
mengirim Pak Hery untuk kuliah lanjut. Lalu dia melawan saya dalam Pilkada. Saya
tidak mau buang kader-karder terbaik daerah ini”, ujarnya. Memang setelah kalah
tahun 2010, Pak Hery Nabit datang melapor. Lalu Pak Christ memerintahkan Pak
Hery untuk bekerja sebagaimana biasanya.
Pak
Christian turun panggung. Sorak sorai yang hadir tak dapat dibendung. Masing-masing
pihak memberikan interpretasi atas kata-kata dan kalimat-kalimat pidato politik
Pak Christ. Ketika berpidato Pak Christ menyampaikan gagasan dan konsepnya
dalam kata-kata yang santun dan tanpa menyebut nama orang. Sebagai saksi mata (eye-witness) dalam peristiwa itu, saya tidak menemukan sisi di mana beliau bermaksud
merendahkan pihak lain.
Perubahan Pilihan Politik
Wacana yang
berkembang selanjutnya ada dalam bentuk pertanyaan: Mengapa Pak Christ datang
ke tempat itu? Apakah itu memberi isyarat beliau akan mendukung Paket
Hery-Heri? Secara sederhana bisa dijawab bahwa kehadiran dirinya saat itu
merupakan sebuah bentuk dukungan politik kepada pasangan yang mengundangnya
itu. Sebagai tokoh masyarakat, beliau seolah ingin memberitahu bahwa inilah calon
pemimpin selanjutnya.
Tentu perubahan pilihan politik ini susah dicerna dan diterima oleh Deno-Madur. Dalam konsep logis Pak Deno, kedatangan
dirinya di Manggarai adalah sebuah kehadiran karena undangan Pak Christ tahun
2004. Selama 10 tahun mendampingi Pak Chris dalam 2 periode kepemimpinan
bukanlah waktu yang sedikit. Pak Christ adalah pribadi yang konsisten. Dirinya
mendukung sepenuh hati tatkala tahun 2015 pasangan DM maju di pentas Pilkada. Hasilnya
saat itu, DM menang tipis dari pasangan Hery-Adolf. Tentu masyarakat Manggarai
tetap mengakui, ada peran luar biasa Pak Christ dan tim saat itu sehingga DM
menang.
Namun Pak
Christ adalah tipe pribadi yang jujur, apa adanya. Evaluasi atas kinerja 5
tahun DM memberi haluan baru bagi dirinya di pentas Pilkada 2020. Dia ingin
tercatat sebagai pelaku perubahan (agent
of change) dalam sejarah peradaban Manggarai. Ketika pembangunan tidak
berjalan semestinya, dia ingin perubahan itu terjadi di sini dan saat ini (hic et nunc)!
Tetap Menjadi Tokoh
Pak Deno
dalam orasi politk sehari sesudahnya mencerca Pak Christ sedemikian keras. Pak
Deno marah-marah teramat sangat. Gesture dan penampilan Pak Deno dengan parang panjang terikat di
pinggang memperlihatkan kegarangan dan kegeraman yang luar biasa. Dalam catatan
Yance Janggat (castra.com), itu dilihatnya sebagai tanda kepanikan. Semua publik
Manggarai terpaku pada tanya: “Mengapa sedemikian marah Pak Deno pada Pak
Christ?”
Apakah yang
sudah dilakukannya bukan sebuah kemajuan? Apakah prestasi-prestasi yang ditorehnya
tidak ada artinya? Pak Crist tidak memungkiri itu. Namun mungkin dalam
perspektif Pak Christ laju pertumbuhan kita bergerak lambat. Kita butuh energy lebih.
Hal itu dilihatnya ada dalam pasangan Hery-Heri.
Kemarahan
Pak Deno disadari sungguh-sungguh oleh Pak Christ. Iapun meminta maaf dengan
penuh ketulusan. Melalui pemberitaan media, pernyataan permohonan maaf
disyiarkan, salah satunya oleh media tagar.id. "Saya (Christian Rotok)
sudah menonton dan mendengar kembali video tersebut di atas, tidak ada satu
katapun menyebut nama seseorang," katanya.
Namun jika ada pihak-pihak yang
merasa dihina atas semua kata-katanya dalam rekaman video tersebut di
atas, maka dari hati yang paling dalam Christian Rotok menyampaikan permohonan
maaf yang sebesar-besarnya.
"Saya Christian Rotok,
adalah seorang manusia yang tidak sempurna. Dan dalam ketak- sempurnaan itulah
saya tidak patut dan tidak layak untuk dihargai oleh siapapun juga, kecuali
dari anak kandung saya. Meraka wajib menghormati dan menghargai orang tua
yang telah melahirkan dan membesarkan mereka," katanya.
Permohonan
maaf Pak Christian mempresentasikan dirinya sebagai tokoh politik, pemerintah
dan masyarakat yang kawakan. Jika salah ia meminta maaf. Jika benar ia tidak
takut mengatakannya. Namun ia tetaplah tokoh bagi semua orang. Itu adalah
karakter pemimpin sesungguhnya. Inilah yang akan diingat anak-cucunya, warga
Manggarai di masa yang akan datang. Sebuah keutamaan (arรชte) seorang ksatria yang lebih mementingkan kesejahteraan
bersama (bonum commune) daripada
sebuah kekuasaan yang tak banyak berpengaruh pada masyarakat yang dipimpinnya. Terima
kasih Pak Christ!***
Mantap buanget tulisanya, setujuh๐๐๐๐๐๐
ReplyDeleteTerima kasih Ite sudah membaca. Salam Demokrasi Sehat.
DeleteHery-Heri harus bersyukur dengan publishnya tulisan Dite Nana.
ReplyDeleteTerima kasih Opa sudah membaca. Mari terus berdiskusi untuk kehidupan yang lebih baik.Doakan kami selalu Opa. Salam ke Kupang.
DeleteMantap ulasannya Pak Nik....
ReplyDeleteTerima kasih Ite sudah membaca. Mari terus berdiskusi untuk kehidupan yang lebih baik.
DeleteSuper kae
ReplyDeleteChristian Rotok adalah seorang figur bagi masyarakat Manggarai, pantas dan layak jika setiap sabda yang keluar dari mulutnya membuat orang banyak "histeris". ada yang bahagia dan ada juga yang geram. sehingga respon terhadap sabdanya pun bervariasi. ada yang mengapresiasi dan ada kesal dan kecewa.
ReplyDeletepada konteks saya hanya fokus pada respon kesal yang ditampilkan oleh sahabat lama. dari perspektif sosio-cultural bangsa Manggarai, benarkah dandanan (selek) adat yang ditampilkan oleh sahabat lama tersebut? dan pada saat mana dandanan adat dengan menggunakan parang disamping pinggang itu ditampilkan? bukankah yang menjadi dandanan adat budaya Manggarai dalam konteks hajatan seperti ini adalah sebuah Kris (Kiris)? lagi-lagi tentang dandanan adat sabahat lama bapak Christian Rotok, apa makna dibalik itu?
terimakasih atas ulasan yang sangat menarik dari kaka Nick, dan kalau bisa untuk ulasan berikutnya tentang makna dandanan (selek) adat dari pa Deno dan Pa Madur. tabe dan selamat malam kakak.
Luar biasa seorang politikus di tanah manggarai ini...
ReplyDeleteTerima kasih Ite sudah membaca. Mari terus berdiskusi untuk kehidupan yang lebih baik.
DeleteLuar biasa ulasannya...
ReplyDeleteTerima kasih Ite sudah membaca. Mari terus berdiskusi untuk kehidupan yang lebih baik.
DeleteLuar biasa ulasannya...
ReplyDeleteTerima kasih Ite sudah membaca. Mari terus berdiskusi untuk kehidupan yang lebih baik.
Delete