Wednesday, 20 April 2016

Compang Orang Manggarai



Kanisius Teobaldus Deki
Peneliti Budaya Manggarai-Dosen STKIP St. Paulus

Foto: Compang Gendang Tenda-Ruteng


Kekisruhan “Compang” yang dibangun di Pede melahirkan diskusi yang luas di media massa, khususnya media on-line dan jejaring sosial semisal Facebook. Berbagai konsep dikemukakan untuk mempertanyakan keabsahan sebuah Compang. Serentak di saat bersamaan, diskusi-diskusi itu mempersoalkan arti dan makna Compang bagi orang Manggarai dan kehidupannya.
Kajian ini lebih sebuah presentasi tentang arti dan makna Compang bagi orang Manggarai. Sebuah kajian yang berhubungan erat dengan pertanyaan substansial tentang eksistensi Compang dan bagaimana mendudukkannya dalam diskusi secara seimbang.

Mengenal Compang
Apakah Compang itu? Secara sederhana Compang adalah sebuah tempat khusus untuk persembahan yang letaknya di tengah kampong, tersusun dari batu pilihan dan di tengahnya diletakkan batu ceper (watu lempe). Persembahan ditujukan kepada para roh kampong (naga tanah), roh leluhur (wura agu ceki) dan  Wujud Tertinggi (Morin agu Ngaran, Jari agu Dedek-Tuhan Sang Pemilik, Tuhan Pencipta dan Pengada).
Bentuk Compang hampir sama untuk setiap tempat di Manggarai. Ada yang bulat telur atau elips, ada juga yang segi empat. Pada umumnya, di atas sebuah Compang terdapat haju langke (pohon beringin) yang sengaja ditanam. Soal letak Compang, kerap Compang memiliki posisi antara rumah adat (Mbaru Gendang) dan kuburan (boa). Tinggi Compang bervariasi. Mulai dari 50cm sampai 150cm. Lebarnya mulai dari 100cm sampai 200cm. Panjangnya mulai dari 200cm hingga 300cm. Tak ada tata aturan baku yang secara khusus membahas sola ukuran. Yang pasti, tinggi, lebar dan panjangnya cukup untuk melangsungkan persembahan sesuai dengan maksud dan intensi.

Menggali Arti
Substansi kehadiran sebuah Compang orang Manggarai ada dalam lima pusaran filosofi kehidupan orang Manggarai yakni Mbaru bate ka’eng (rumah tempat tinggal), umat bate duat (kebun tempat bekerja dan menghasilkan panenan), natas bate labar (lapangan bermain), wae bate teku (sumber air untuk ditimba) dan compang bate takung (tempat persembahan).
Compang memiliki arti yang sangat penting dalam siklus kehidupan orang Manggarai. Di Companglah tempat tinggal dari naga golo/naga beo (roh kampong). Naga golo/beo ini menjadi penjaga dan pelindung kampong dari berbagai hal. Khususnya segala malapetaka dan bala yang menimpa kampong. Compang juga menjadi situs sacral yang melaluinya kampong mendapat rejeki kehidupan. Di setiap penti weki peso (upacara syukur tahunan secara komunal), di Compang dipersembahkan syukuran kepada penjaga dan pelindung kampong, para leluhur serta Sang Pencipta. Compang juga menjadi sumber kekuatan. Di setiap warga kampung hendak pergi ke area pertempuran (raha rumbu tanah, rampas), para pelaku perang mengelilingi Compang tujuh kali.
Dalam ritus-ritus besar, semisal membuka lingko weru (kebun komunal baru), membangun rumah adat baru (pande mbaru gendang weru), Roko Molas Poco (pengambilan tiang utama mbaru gendang dari hutan), tetua adat mengawalinya dengan takung (persembahan) di Compang untuk meminta restu sekaligus mohon kesuksesan dari acara dimaksud.
Compang menjadi simbol kekuatan, persatuan, perlindungan dan juga jembatan relasi antara manusia yang masih hidup dengan dunia roh (penjaga kampong, leluhur, Tuhan), alam semesta dan seluruh kosmos. Di beberapa tempat, ada yang menyebutnya “compang dari” yang menurut hemat saya tidak tepat karena meluruhkan arti compang sebenarnya sebagai tempat suci. Compang bukan saja sebuah tempat menerima panas matahari (dari leso), tetapi situs di mana kehidupan dihubungkan secara intens dengan tata ciptaan, pemiliknya, penjaganya dan penciptanya.

Simbolisasi Compang
Compang berhubungan erat dengan lima filosofi kehidupan orang Manggarai; dengan rumah (adat, tinggal), kebun, sumber air dan lapangan bermain. Karena itu, pertama nian, Compang berada dalam satu kesatuan siklus kehidupan orang Manggarai. Compang tidak bisa dilepas-pisahkan dari elemen-elemen lain pemersatu kehidupan orang Manggarai.
Namun orang Manggarai juga sadar bahwa dalam dirinya (in se), Compang memiliki nilai yang sangat kaya. Karena itu, muncullah simbolisasi Compang pada berbagai tempat. Dari eksistensi Compang bermunculan model penafsiran yang pada intinya membangun konsep nilai yang diaraskan padanya. Sama halnya dengan rumah adat, Mbaru Gendang, yang kaya arti kemudian diberi interpretasi baru sekaligus ditempatkan di berbagai kantor bupati dan SKPD.  Compang menjadi simbol kesucian, kekuatan, persatuan pada berbagai tempat lain, semisal kantor bupati di tiga kabupaten Manggarai Raya.
Simbolisasi terhadap Mbaru Gendang dan Compang masih terus dilakukan. Simbolisasi itu datang dari ruang interpretasi untuk mendukung maksud baik tertentu. Selama arasnya masih berhubungan dengan konsep persatuan, kesatuan dan kemaslahatan komunitas masyarakat. Namun kriteriumnya selalu dalam satu hal ini: pendirian compang atau mbaru gendang dalam versi interpretasi harus karena kehendak bersama melalui bantang cama-reje leleng (putuskan secara bersama) dalam lonto leok (rembug bersama). Karena itu adalah inti dari kehadiran simbol-simbol itu.***

Dipublikasikan pertama oleh: www.nusalale.com pada 20 April 2016.

5 comments:

  1. Compang Orang Manggarai

     KOMENTAR SAYA
    Dengan adanya compang keterkaitan antara orang Manggarai dan budaya juga semaki dekat, Compang juga memiliki simbol kekuatan,perlindungan dan juga jembatan dari relasi orang manggarai, tempat- tempat seperti ini dinggap mempunyai sumber kekuatan atau rahmat yang di sebut “pong” kebanyakan masyarakat memahami bahwa kekuatan/keramat (pong) banyak terjadi pada pohon besar. Atas dasar itu,nenek moyang Manggarai menghadirkan kembali pong itu dengan membuat compang,yang disertai haju langke ,sehingga masyarakat terlindung dari ancaman,hambatan,gangguan dan rintangan ketika menyebrangi samudra kehidupan. Memang pada dasarnya tak diminta untuk tunduk pada alam.
    Adanya saling berhubungan kewajibanya antara keduanya sebagai sesama ciptaan, yaitu alam wajib menghidupkan manusia dan manusia wajib melestarikan alam.
    Dengan adanya compang diyakini bahwa roh besar (pong) berdiam dalam compang tersebut,sehingga compang menjadi tempat untuk persembahkan sesajian kepada naga golo dan wura ceki,jika warga tidak memberikan sesajian di atas compang ini maka apabila ada warga kampung yang sakit akan dianggap sebagai kutukan dari arwa leluhur.

    Nama : Yuliana Yasmin
    Npm : 13.31.3108
    Kelas : 3b

    ReplyDelete
  2. Compang Orang Manggarai

     KOMENTAR SAYA
    Dengan adanya compang keterkaitan antara orang Manggarai dan budaya juga semaki dekat, Compang juga memiliki simbol kekuatan,perlindungan dan juga jembatan dari relasi orang manggarai, tempat- tempat seperti ini dinggap mempunyai sumber kekuatan atau rahmat yang di sebut “pong” kebanyakan masyarakat memahami bahwa kekuatan/keramat (pong) banyak terjadi pada pohon besar. Atas dasar itu,nenek moyang Manggarai menghadirkan kembali pong itu dengan membuat compang,yang disertai haju langke ,sehingga masyarakat terlindung dari ancaman,hambatan,gangguan dan rintangan ketika menyebrangi samudra kehidupan. Memang pada dasarnya tak diminta untuk tunduk pada alam.
    Adanya saling berhubungan kewajibanya antara keduanya sebagai sesama ciptaan, yaitu alam wajib menghidupkan manusia dan manusia wajib melestarikan alam.
    Dengan adanya compang diyakini bahwa roh besar (pong) berdiam dalam compang tersebut,sehingga compang menjadi tempat untuk persembahkan sesajian kepada naga golo dan wura ceki,jika warga tidak memberikan sesajian di atas compang ini maka apabila ada warga kampung yang sakit akan dianggap sebagai kutukan dari arwa leluhur.

    Nama : Yuliana Yasmin
    Npm : 13.31.3108
    Kelas : 3b

    ReplyDelete
  3. “COMPANG ORANG MANGGARAI”
    Trimakasih banyak Pa atas tulisannya mengenai “Compang Orang Manggarai” yang salah satu artinya tadi sebagai tempat tingal ( penjaga kampung) . Tulisan ini sangat menarik dan sangat luar biasa. Hal ini menandakan bahwa orang manggarai adalah orang yang memiliki kekhasan tersendiri yang tidak dimiliki oleh orang lain. Keberadaan ini menunjukan realitas dan peduli adat yang masih terpelihara hingga kini, bahkan keberadaan compang ini berada di daerah perkotaan, padahal kalau kita lihat yang sekarang inikan masih ada di berbagai daerah di Mangagarai juga yang tidak memiliki “compang ini, tetapi membanggakan sekali karena kebanyakan di setiap kampung itu memiliki compang daripada yang tidak itu kalau yang saya lihat.
    Berbicara tentang adat Manggarai, mengingatkan kita tentang bagaimana nenek moyang kita dulu yang melihat segala sisi kehidupan yang memberi kekuatan. Mereka melihatnya bahwa kedamaian itu datang dari sisi apapun keadaan kita, kita orang manggarai mempercayai dengan membawa persembahan di “ companng” kita akan dapat rejeki apabila kita menjaga bersama dan memberi persembahan kepada penjaga kampung, kita akan terluput dari bahaya perang, ataupun masalah yang menimpah kampung kita. Keadaan ini memberi pelajaran kepada kita bahwa masih ada orang yang mejaga kita dari segala situasi keadaan kita.
    Keadaan Compang oleh orang Manggarai sadar atau tidaknya itu tergantug bagaimana kita menghadapi tantangan zaman yang semakin tinggi dan juga kehadiran teknologi yang mengakses segala macam informasi yang sangat cepat. Hal ini berpengaruh pada anak muda sekarang yang tidak mengenal adatnya, karena kalau sejak kecil ketika kita ada acara adat dan orang tua tidak memperbolehkan kita untuk melihat atau mendengarnya, maka keaslian adat itu lama-lama akan pudar dan tidak ada artinya lagi. Oleh karena itu, saya pribadi mengucapkan trimakasih kepada bapak karena mempblikasikn ini, hingga dengan cara seperti ini kita sekali- kali menengok apa makna dari setiap apa yang di pesankan oleh nenek moyang kita dulu itu.
    NAMA : MARIA FATIMA IRMA
    KELAS : IIIB
    NPM : 13. 31. 3093

    ReplyDelete

  4. NAMA : RIKARDUS RAMU
    NPM : 13.31.3110
    KELAS : III B
    PRODI : PGSD

    TANGGAPAN MENGENAI COMPANG ORANG MANGGARAI
    COMPANG merupakan sebuah tempat untuk memberi persembahan bagi semboyan-semboyan orang maggarai. Pada dasarnya COMPANG merupakan tempat yang sebelumnya sudah ada tanpa dibuat atau dibentuk oleh masyarakat manggarai. Tetapi sekarang banyak compang yang ada di daerah manggarai yang dapat dibentuk dan di tata riaskan pada bagian luar cumpang demi memperindah dari Compang tersebut sesuai kemajuan yang terjadi atau yang diterima oleh masyarakat manggarai yang ada dalam satu kampung tersebut dikerjakan secara gotog royong demi memperindah atau menjaga kelestarian dari budaya tersebut.
    Pada jaman dahulu COMPANG merupakan sebuah tempat yang ditakuti oleh masyarakat manggarai(MANUSIA),tapi nyatanya sekarang banyak orang(MANUSIA) yang tidak menjaga kelestaria dari budaya tersebut, dan banyak orang manggarai yang sepele dengan hal tersebut, banyak terjadi pada masa sekarang yang tidak menjaga kelestarian dari compang, misalnya banyak masyarakat yang mengikat hewan disekitar compang, persebuatan seperti itu merupakan tindakan yang tindak menjaga symbol dari budaya manggarai dan masih banyak hal lainnya yang terjadi yang bersifat tidak menjaga kelestarian budaya manggarai khususnya pada compang.
    COMPANG mempunyai arti dan nilai-nilai sejarah yang berkaitan erat dengan kepercayaan orang manggarai, seperti kebiasaan yang dilakukan oleh orang manggarai sebagai tempat untuk melakukan persembahan kepada Roh-Roh nenek moyang, dan kegiatan tersebut sering dilakukan pada acara-acara besar adat manggarai, umumnya ketika membuat sebuah acara: caci, congko lokap, penti dan lain-lain yang berkaiatan dengan acara adat manggarai. sebelum melakukan acara-acara tersebut,membuat acara persembahan (teing hang) untuk semboyan-semboyan, naga tana(ata lami beo) yang ada di kampung(beo) tersebut.
    Pada dasarnya budaya manggarai merupakan budaya yang tidak dapat dipengaruhi oleh budaya-budaya luar, karena budaya manggarai memiliki arti dan ciri khas tersediri, seperti mbaru gendang(rumah adat) yang penghuni didalamnya terdiri beberapa kepala keluarga tetapi masih dalam satu keturunan atau masih dalam satu suku, selain itu masih ada beberapa keturunan dari saudari perempuan yang di sebut sebagai anak wina yang masih tinggal dalam satu kampung tersebut, istilah manggarainya anak peang. Hal tersebut yang disebut sebagai panga. Mbaru gendang juga memiki arti yang besar seprti salah satu symbol bagian dari mbaru gendang yaitu rangga kaba(tanduk kerbau) yang di letakan diatap bagian atas mbaru gendang,itu merupakan sebuah lambang keberanian,kekuatan bagi orang manggara

    ReplyDelete

  5. NAMA : RIKARDUS RAMU
    NPM : 13.31.3110
    KELAS : III B
    PRODI : PGSD

    TANGGAPAN MENGENAI COMPANG ORANG MANGGARAI
    COMPANG merupakan sebuah tempat untuk memberi persembahan bagi semboyan-semboyan orang maggarai. Pada dasarnya COMPANG merupakan tempat yang sebelumnya sudah ada tanpa dibuat atau dibentuk oleh masyarakat manggarai. Tetapi sekarang banyak compang yang ada di daerah manggarai yang dapat dibentuk dan di tata riaskan pada bagian luar cumpang demi memperindah dari Compang tersebut sesuai kemajuan yang terjadi atau yang diterima oleh masyarakat manggarai yang ada dalam satu kampung tersebut dikerjakan secara gotog royong demi memperindah atau menjaga kelestarian dari budaya tersebut.
    Pada jaman dahulu COMPANG merupakan sebuah tempat yang ditakuti oleh masyarakat manggarai(MANUSIA),tapi nyatanya sekarang banyak orang(MANUSIA) yang tidak menjaga kelestaria dari budaya tersebut, dan banyak orang manggarai yang sepele dengan hal tersebut, banyak terjadi pada masa sekarang yang tidak menjaga kelestarian dari compang, misalnya banyak masyarakat yang mengikat hewan disekitar compang, persebuatan seperti itu merupakan tindakan yang tindak menjaga symbol dari budaya manggarai dan masih banyak hal lainnya yang terjadi yang bersifat tidak menjaga kelestarian budaya manggarai khususnya pada compang.
    COMPANG mempunyai arti dan nilai-nilai sejarah yang berkaitan erat dengan kepercayaan orang manggarai, seperti kebiasaan yang dilakukan oleh orang manggarai sebagai tempat untuk melakukan persembahan kepada Roh-Roh nenek moyang, dan kegiatan tersebut sering dilakukan pada acara-acara besar adat manggarai, umumnya ketika membuat sebuah acara: caci, congko lokap, penti dan lain-lain yang berkaiatan dengan acara adat manggarai. sebelum melakukan acara-acara tersebut,membuat acara persembahan (teing hang) untuk semboyan-semboyan, naga tana(ata lami beo) yang ada di kampung(beo) tersebut.
    Pada dasarnya budaya manggarai merupakan budaya yang tidak dapat dipengaruhi oleh budaya-budaya luar, karena budaya manggarai memiliki arti dan ciri khas tersediri, seperti mbaru gendang(rumah adat) yang penghuni didalamnya terdiri beberapa kepala keluarga tetapi masih dalam satu keturunan atau masih dalam satu suku, selain itu masih ada beberapa keturunan dari saudari perempuan yang di sebut sebagai anak wina yang masih tinggal dalam satu kampung tersebut, istilah manggarainya anak peang. Hal tersebut yang disebut sebagai panga. Mbaru gendang juga memiki arti yang besar seprti salah satu symbol bagian dari mbaru gendang yaitu rangga kaba(tanduk kerbau) yang di letakan diatap bagian atas mbaru gendang,itu merupakan sebuah lambang keberanian,kekuatan bagi orang manggara

    ReplyDelete