Monday 7 September 2020

Christian Rotok & Kritik Pembangunan

Catatan Pilkada Manggarai (1)





Kanisius Teobaldus Deki

Jelang tahun 2010 di perhelatan Pilkada saya diwawancarai oleh Tabloid Nucalale. Satu halaman penuh. Isinya saya menyampaikan bahwa pembangunan Manggarai belum maksimal. Wartawan tabloid itu, sdr. Jimmy Carvalo kebetulan ke kantor bupati, masuk ke ruang kerja Bupati. Dia melihat tabloidnya di atas meja, halaman bagian wawancara saya terbuka. Tak disangka, reaksi sang bupati Manggarai kala itu, tidak mempersoalkan apa yang menjadi isi pikiran dalam wawancara itu. Kritik yang saya sampaikan rupanya bukan soal bagi Pak Chris. Malah sebagai input berharga untuk mengubah jika ternyata apa yang disampaikan masyarakat benar.

Saya makin akrab dengan beliau saat perhelatan Pilkada 2015. Kami berada di tim yang sama. Kami mendukung segenap hati, segala daya upaya yang baik dan benar kami keluarkan. Saya bersama rekan-rekan muda membentuk front perjuangan sendiri, yg menurut hemat kami memiliki daya pengaruh yang besar untuk memenangkan pertarungan itu. Jadilah waktu itu kami menang. Kegembiraan tentu sudah menjadi alasan yang wajar atas sebuah perjuangan.

Ada kisah menarik saat kampanye akbar 7 November 2015. Saat itu kami sama-sama dipanggung. Sedang rame-ramenya orasi dipentas, tiba2 hujan mengguyur dengan deras. Sontak para audiens melarikan diri dari arena. Panggungpun nyaris kosong. Tiba-tiba terlintas di pikiran untuk mengambil langkah supaya audiens tidak pergi terus dan sia-sia kami bekerja mempersiapkan acara. Kami memaksa Bapa Christian untuk ke panggung saat hujan terus turun. Pak Christ sigap. Dia ambil topi salah satu kawan. Dipakainya topi itu. Sorak sorai terdengar ramai. Semua kembali semangat setelah sempat down bagaimana mengakali situasi ini. Kandidat juga diajak serta keliling lapangan. Orasi dijalankan di bawah guyuran hujan. Suasana berubah kembali semangat. "Kalian yang tanggung jawab kalau suami saya sakit", kata Mama Ika. Kampanye selesai. Setelahnya, kemenangan kami raih.

Tahun 2018 Pak Christ maju sebagai Calon Wakil Gubernur berpasangan dengan Pak Esthon. "Nanti Nick dan teman2 yang urus deklarasi kami", ujar beliau spontan. Saat itu saya merasa bangga dipercaya. Kamipun mengurus deklarasi dengan baik. Sebuah kepercayaan yang saya maknai sebagai tugas untuk mendidik saya melayani orang lain. Bisa jadi, di mata beliau, suatu saat saya berkiprah di politik dan sudah terbiasa belajar melayani dan bekerja untuk orang lain.

Di tahun 2019, kami sama-sama maju di medan Pileg. Saya maju untuk calon kabupaten dan beliau untuk calon pusat dari partai berbeda. Sayangnya, kami sama-sama belum berhasil. Namun tali silaturahmi terus berlanjut dalam berbagai acara, termasuk juga diskusi, yang di dalamnya terdapat kritik pembangunan. Kami membuat evaluasi atas banyak hal.

Kami temukan beberapa hal penting. Pertama, PAD kita masih sangat kecil. Itu berarti ada pertumbuhan ekonomi namun melambat. Kemampuan membayar pajak misalnya erat hubungan dengan jumlah pendapatan yang diterima. Sementara salah satu unsur PAD adalah pajak. Trend PAD Kabupaten Manggarai 2016-2019 malah terus menurun.

Kedua, hal pertama tadi berkaitan erat dengan jumlah uang beredar di tengah masyarakat. Uang yang beredar di daerah kita pertama-tama bersumber pada jumlah dana APBD yang mayoritasnya adalah dana transferan pusat baik dalam bentuk DAU maupun DAK. Malah jumlah dana transferan pusat tahun 2010-2015 lebih besar daripada tahun 2016-2019. Kondisi ini terjadi karena kemampuan loby daerah ke pusat rendah dan sinergisitas kerja sama dengan DPR Pusat/DPRD Provinsi kecil. Penciptaan komunikasi tidak intens. Demikian halnya kerja sama dengan partai-partai politik (Parpol) tidak jalan. Bagaimanapun Parpol inilah yang duduk di kursi Dewan dan menguasai kementerian-kementerian.

Ketiga, dijumpai bahwa beberapa sector penting seperti  lapangan kerja, peningkatan mutu produk, harga produk yang tetap rendah menyebabkan pertumbuhan ekonomi kita kecil. Harga kopi misalnya malah cenderung turun. Bukan karena pengusaha bermain harga tetapi karena pemerintah belum membuat terobosan sendiri untuk memperbaiki harga. Intervensi harga tidak dilakukan.

Keempat, predikat “kota terkotor” membuktikan bahwa Pemerintah tidak memunyai program yang sungguh-sungguh menopang kehidupan yang berkualitas. Jika kita ke kota Bajawa, jalan boulevard dipenuhi bunga. Di Labuan Bajo hal yang sama jadi pemandangan mata. Setiap dinas bertanggungjawab terhadap tanaman bunga. Padahal pasokan air kita lebih baik bila dibandingkan dengan Labuan Bajo.

Masih banyak hal yang bisa dikuantifikasi: angka kemiskinan, pengangguran, infrastruktur, pendidikan, kesehatan yang menunjukkan bahwa kepercayaan yang telah diberikan belum maksimal dijalankan.



Persis tgl 31 Agustus 2020, saya berjumpa beliau. Kami mengundang beliau untuk hadir dalam acara Penyerahan SK Ketua DPD Partai Perindo kepada kami di rumah. Saat itu beliau didaulat untuk bicara, berpesan selaku orangtua. Beliau mengakui bahwa dirinya sudah tua dan alihgenerasi itu sesuatu yang harus dalam kehidupan. Motivasi, pengetahuan, kerelaan dan cinta akan tanah Manggarai ini erat terpatri dalam nubarinya.

Pada 5 September 2020, beliau juga diundang hadir dalam Deklarasi Koalisi Front Perjuangan Rakyat Manggarai untuk Hery-Heri. Pembicaraannya biasa-biasa saja, bertutur tentang masa lalu, memotivasi untuk membangun perubahan. "Saya diundang berkali-kali untuk datang ke acara ini. Pagi orang lain, siang orang lain dan malam orang lain", ujar Pak Christ. "Sekarang saya sudah ada di sini!". Dikatakan Pak Christ bahwa Pak Hery Nabit dikirim study olehnya demi masa depan daerah ini. Walaupun Pak Hery pernah bertarung melawan dirinya di arena Pilkada Manggarai (2010), Pak Christ tetap memandang positif Pak Hery dan tidak menaruh dendam. Sepertinya Pak Christ memberi sinyal bahwa lawan tanding kita dalam sebuah arena pertarungan adalah pihak yg sedang menguji mutu kita. Jika kita berhasil mengalahkan dia, kita sedang membuktikan kualitas diri kita secara fair. "Kamu kembalilah bekerja", pesan beliau saat Pak Hery melapor usai Pilkada.

Saya belajar banyak pada beliau. Belajar untuk menjadi pemimpin ataupun pelayan rakyat dengan hati yang terbuka terhadap kritikan ataupun masukkan yang konstruktif. Belajar untuk tetap menaruh respek terhadap semua orang. Terima kasih Bapa Christian, tetaplah jadi Bapa semua anak tanah Manggarai. Keteladanan dan kesejukan jiwamu menjadi kemudi arah bagi kemajuan daerah ini.

Jika ada yang menghina pribadi ini, orang itu akan melawan rakyat Manggarai Raya yang mencintai dan menghargai ketulusan Pak Christ. Bapa Christ, Mori sembeng Ite sekeluarga dan semua orang yang berkehendak baik untuk tanah ini.***

 

2 comments:

  1. Dan alangkah mulianya jika kita tidak saling menghina.

    ReplyDelete
  2. Betul sekali mama. Etikalah yang membuat kita disebut sebagai manusia.

    ReplyDelete