Kanisius Teobaldus Deki
Sokrates
dalam Apologia menceritakan kisah
tentang dirinya mengapa ia disebut bijaksana. Sokrates menyadari siapa dirinya. Kesadaran akan diri sendiri sangat
penting untuk mengenal diri. Dengan mengenal diri secara baik manusia akan
menjadi bijaksana. Sokrates menandaskan hal itu dengan berkata:
“That, I take it, would be fairly spoken; and I
shall try to show you what it is that has given me this name and ill repute.
Pray listen. Some of you, perhaps, will take me to be joking, but be assured
that I shall tell you the simple truth. The fact is, fellow citizen, that I
have got this name through my possession of certain wisdom. What sort of wisdom
is it? A wisdom, doubtless, that appertains to man. We respect to this,
perhaps, I actually am wise; whereas those others whom I just now mentioned may
possibly be wise with a wisdom more than human, or else I do not know what to
say of it; as for me, I certainly do not possess it, and whoever says I do is
lying, and seeks to injure me.”[1]
(Saya
yakin, itu akan menjadi buah bibir, dan saya akan berusaha untuk menunjukkan
kepada kalian julukan dan reputasi yang diberikan kepada saya. Mohon dengar.
Barangkali beberapa di antara kalian berpendapat bahwa saya sedang bergurau,
tetapi percayalah bahwa saya akan katakan kepada kalian kebenaran yang sejati.
Faktanya, saudara-saudara sebangsa, adalah bahwa saya mendapat julukan ini
melalui kebijaksanaan tertentu yang telah saya miliki. Kebijaksanaan macam apa
itu? Tak dapat diragukan lagi, yaitu suatu kebijaksanaan yang berkaitan erat
dengan manusia. Kita hormati kebijaksanaan ini, dan barangkali, saya memang
adalah orang yang bijaksana; sedangkan mereka yang baru saja saya sebutkan tadi
mudah-mudahan bisa menjadi bijaksana dengan suatu kebijaksanaan lebih dari yang
biasa, jika tidak, saya tidak tahu harus mengatakan apa tentang kebijaksanaan
itu sejauh menyangkut saya, saya sungguh tidak memilikinya, dan siapa saja yang
mengatakan bahwa saya memiliki kebijaksanaan itu adalah penipu dan berusaha
menghancurkan saya).
Karena itu bagi Sokrates permenungan sangat penting.
Permenungan merupakan langkah awal untuk mengenal diri. Semakin seseorang masuk
ke dalam dirinya melalui permenungan atau daya refleksi maka manusia akan
mencapai pemahaman benar tentang dirinya sendiri. Ia akan mengenal dirinya
sendiri dengan baik. Dari pemahaman yang benar tentang diri, Sokrates yakin,
manusia akan mencapai suatu kebijaksanaan yang menghantarnya kepada
kebahagiaan.
No comments:
Post a Comment