Kanisius T. Deki
Dalam
Symposium Sokrates berbicara secara
khusus tentang cinta. Diskusi-diskusi seputar persoalan cinta diutarakan.
Phaidros berpendapat bahwa cinta adalah Dewi Agung serta indah di surga dan di
bumi. Cinta adalah sumber segalanya dan karena itu merupakan dewi paling utama.
Menurut Phaidros, Cinta membuat orang segan akan hal-hal yang buruk, dan
berkeinginan akan hal-hal yang baik. Karena itu tanpa cinta, mustahil manusia
atau negara menghasilkan keindahan dan keagungan dalam karya mereka. Cinta juga
akan memberikan kekuatan kepada orang-orang yang mencintai itu langsung dari
dalam dirinya sendiri. Phaidros melanjutkan bahwa hanya orang-orang yang
mencintai rela berkorban untuk mati.[1] Selanjutnya Agathon mengatakan jika ada cinta tidak
mungkin terjadi pengebirian terhadap satu sama lain serta kejahatan-kejahatan
lainnya. Yang ada hanyalah persahabatan dan perdamaian. Cinta juga menjauhkan
perpecahan dan mendekatkan persahabatan, mendatangkan kelembutan dan meniadakan
kekerasan, senang memberi kebaikan dan benci kejahatan, sangat ramah dan halus,
indah bagi yang bijaksana dan mengagumkan bagi para Dewa.[2]
Sambil
berpijak pada pidato Diotima di Mantineia, Sokrates mengatakan bahwa
hakekat Cinta adalah sebagai penolong yang paling baik bagi
manusia. Karena itu cinta hendaknya dihormati, seperti ia sendiri juga
menghormatinya, sehingga oleh sebab itu Sokrates mengamalkannya. Ia juga
mendorong orang lain untuk berbuat demikian. Bagaimana jalan menuju kepada
cinta? Sokrates mengatakan bahwa jalan yang benar untuk mendekati hal-hal yang
mengandung cinta adalah mulai dari hal-hal yang indah, mendakilah ke atas demi
kebaikan keindahan itu dengan jalan satu per satu, kemudian melihat hal-hal yang indah, lalu menuju tubuh
yang indah, menuju cita-cita dan pengalaman yang indah, sehingga dari
pengalaman yang indah menuju cara belajar yang indah, dan dari cara belajar
yang indah itu nanti akan sampai pada cara belajar yang sempurna dan
semata-mata belajar keindahan itu sendiri sampai mengetahui kesempurnaan
keindahan. Dan dalam kehidupan semacam itulah hidup mempunyai nilainya yaitu
ketika dia merenungkan keindahan itu sendiri. Dengan demikian dia sudah
melahirkan kebajikan yang sesungguhnya dan memeliharanya.[3]
Menelaah
pendapat Sokrates kita dapat mengatakan bahwa ia sebenarnya membuat kesimpulan
atas pandangan Phaidros dan Agathon. Namun apa yang menjadi kelebihan Sokrates ialah
memberikan dimensi baru pada cinta yakni: cinta selain bernilai di dalam
dirinya sendiri (in se), cinta demi
cinta, juga bernilai untuk sesuatu yang lain. Dengan demikian, cinta memiliki
efek sosial.
No comments:
Post a Comment