Kanisius Teobaldus Deki
Keadilan tidak boleh dimanipulasi. Foto: www.fee.org
Dalam
banyak dialog Sokrates berdiskusi tentang apa itu keadilan dan kebenaran.
Bahkan hidupnya sendiri menunjukkan bahwa ia sendiri menjadi figur yang setia
menentang kelaliman dan ketidakadilan para pemimpin zamannya. Sokrates menjadi
pahlawan karena membela keadilan dan kebenaran. Dalam buku Republik Plato menampilkan Sokrates yang berdiskusi tentang esensi
keadilan dengan Thrasymachos. Menurut Franz Magnis-Suseno, dialog ini dapat
dimengerti sebagai salah satu langkah dalam usaha Plato membuka kesadaran bahwa
gaya hidup yang bermutu, yang menuju kebahagiaan, tidak tercapai melalui
egoisme dan pemuasan nafsu, melainkan dengan mengangkat diri pada nilai-nilai
abadi. Keadilan bukan sekedar tirai asap kepentingan para penguasa, melainkan
prasyarat kesejahteraan dan kebahagiaan yang sebenarnya. Maka keadilan adalah
keutamaan terpenting yang harus dikejar.[1]
Keadilan
mempunyai arti sentral dalam hidup manusia. Dan sebaliknya ketidakadilan
membawa manusia kepada tindakan sewenang-wenangan. Sokrates menegaskan hal itu
dalam Republik, sebagai berikut:
Rupa-rupanya di mana-mana, dalam
negara, dalam keluarga atau dalam ketentaraan di manapun, ketidakadilan
mempunyai akibat bahwa bertindak bersama menjadi tidak mungkin, karena terjadi
perpecahan-perpecahan dan pertengkaran, dan di mana-mana ketidakadilan
menyebabkan bahwa apa pun akan bermusuhan dengan dirinya sendiri dan dengan
segenap lawan dan dengan semua yang adil. Menurut hematku, ketidakadilan
mempunyai akibat-akibat alami yang sama dalam individu. Individu akan mempunyai
budi yang terpecah belah dan tidak akan mampu untuk bertindak karena tidak
bertekad satu; dan ia akan bermusuhan dengan semua yang adil dan dengan dirinya
sendiri.[2]
Berbeda dengan
ketidakadilan, menurut Sokrates keadilan dekat dengan Tuhan karena para dewa
adalah bagi mereka yang adil.[3] Keadilan juga merupakan keunggulan atau keutamaan jiwa
dan ketidakadilan adalah kelemahannya.[4] Sokrates kemudian membuat kesimpulan bahwa jiwa yang
adil, atau orang yang adil akan hidup dengan baik, dan yang tidak adil dengan
tidak baik. Sokrates juga menegaskan bahwa hidup dengan tidak adil tidak pernah
dapat lebih menguntungkan daripada hidup yang adil.[5] Jadi, keadilan sebenarnya membuat hidup manusia
mencapai keutuhannya, yakni kesempurnaan jiwanya sendiri.
No comments:
Post a Comment