Oleh
Kanisius Teobaldus Deki
17 Juli
2007 momentum bersejarah bagi Manggarai dan khususnya Manggarai Timur. Setelah
berjalan dalam sebuah perseteruan yang kian meruncing, entahkah kabupaten baru
ini jadi atau sekedar sebuah isu politis, dan meraibkan sekian banyak rupiah
dari pundi-pundi daerah, serta tak luput polemik tentang perlu tidaknya anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Manggarai ke Jakarta yang lebih banyak dilihat
sebagai kesempatan pelesir oleh sekian banyak orang, akhirnya, peristiwa
tanggal 17 Juli menjadi saat keramat yang mesti ditulis dengan tinta emas oleh
setiap insan Manggarai, khususnya penghuni wilayah geografis Manggarai Timur.
Pertentangan, pertikaian apapun yang pernah terkonstruksi dalam ide Manggarai
Timur Kabupaten, tinggal sebagai sebuah catatan sejarah yang terekam dalam
lembaran-lembaran kertas yang kian lusuh ataupun, kalau masih tertinggal dalam
hati sebagai sebuah “luka”, cumalah secuil kisah yang hampir pasti dapat dengan
mudah dilupakan karena gema kebahagiaan pengumuman itu.
Tak
pelak lagi, pengumuman itu, seperti siraman air hujan yang membasahi lahan
gersang lagi kerontang, telah dibuat babak belur oleh panasnya mentari
bertahun-tahun. Ada nuansa sejuk dalam berita itu. Kegelisahan dan kecemasan
semua pihak yang terikat secara emosional pun rasional pada Manggarai Timur dan
masa depannya, akhirnya sirna. Itulah sebabnya, gema tepuk tangan anggota Dewan
di gedung DPR Senayan, masih terngiang di gendang telinga banyak orang. Diskusi
tentang keterlibatan anggota DPRD Manggarai tidak penting lagi walau jika
ditelisiki secara rasional akan menimbulkan diskusi panjang. Semua pihak yang
memerhati Manggarai Timur sepakat dalam satu kata: bahagia. Kebahagiaan itulah
yang coba dirayakan dalam berbagai moment: misa syukur dan sederetan acara yang
menyertainya di Jakarta pun di Manggarai. Ada kesan kuat seolah-olah predikat
“kabupaten” menuntaskan harapan kebahagiaan yang masih tersisa oleh karena
penyebaran “kue” pembangunan yang belum merata. Kebahagiaan yang terekspresi
secara spontan merupakan sebuah ungkapan yang wajar dan sah-sah saja.
Bahwasannya, sebuah perjuangan yang telah dirajut dengan susah-payah,
jatuh-bangun, kini telah menuai hasil yang membawa begitu banyak kemungkinan
untuk merenda taplak kesejahteraan Manggarai Timur di masa depan.
Berada
pada pusaran lautan kegembiraan tersebab pengumuman itu, terselib sebuah
kegalauan dalam dunia rasionalitas saya. Ada semacam perasaan “tak menentu” di
tengah kebahagiaan itu. Mula-mula perasaan itu, dalam rentang waktu yang telah
lebih sebulan, tak saya hiraukan tersebab asumsi pemikiran bahwa terlalu cepat
untuk membuat sebuah penilaian atas proses yang baru mulai ini. Tetapi ruang
kegelisahan itu semakin diperlebar oleh berbagai fenomena yang berkembang dalam
masyarakat. Berbagai opini yang terungkap secara lisan dalam diskusi-diskusi
nonformal dan percakapan harian akhirnya menguatkan niat saya untuk coba
menampilkan kepada publik tirisan refleksi yang, mungkin saja, menjadi pemicu
untuk mencapai KMT yang sejahtera. Akhirnya, kenyataan itu menyisakan satu
pertanyaan penting: “Apakah harapan dan cita-cita yang terlebur dalam niat
membentuk kabupaten baru dapat tercapai?” Pertanyaan ini menurut hemat saya
adalah muara dari semua perjuangan panjang untuk membuat Manggarai Timur jadi
kabupaten. Dengan kata lain, adakah sesuatu yang baik datang dari kabupaten
baru ini? Istilah “baik”, sebuah kategori moral, memang sarat dengan berbagai
interpretasi dan bisa mengundang diskusi panjang, antara lain: baik menurut
siapa, baik untuk siapa, baik dengan cara apa, dsb. Tanpa bermaksud membawa
kajian ini kepada interpretasi yang variatif, riilnya, di hadapan fakta
ketertinggalan dan kemiskinan, apa yang dapat disodorkan predikat “kabupaten”
kepada sebuah Manggarai Timur yang sejahtera?
Di
hadapan berbagai macam pertanyaan yang sempat masuk ke pentas rasionalitas,
terdapat beberapa point penting yang perlu diwacanakan dan diskusikan
bersama demi terciptanya Manggarai Timur sejahtera.
Pertama, Pemimpin yang bervisi-misi kerakyatan. Usai
pengumuman pengesahan KMT, ramai diperbincangkan tentang siapakah figur yang
paling cocok untuk menjadi Penjabat di KMT. Muncullah nama-nama yang diusungkan
dengan berbagai alasan yang melatarinya. Sebuah fenomena yang biasa di tengah
fakta pemekaran. Terdapat klasifikasi kelompok atas para kandidat. Kelompok
pertama mengatakan bahwa yang paling cocok adalah calon yang datang dari
Manggarai Timur. Alasan yang mencuat ke permukaan, karena mereka lebih mengenal
wilayah KMT dengan segudang persoalannya. Kelompok kedua mengatakan, janganlah
orang dari wilayah KMT yang menjadi penjabat karena akan berakibat buruk pada
praktek akumulasi kekayaan demi suksesi bupati pada periode awal bupati resmi. Lebih tepat kalau memilih
orang dari luar wilayah KMT.
Terlepas
dari wacana yang berkembang seperti argumentasi di atas, ada ungkapan bahwa
pemimpin ibarat nahkoda kapal. Di tangannya ada kemudi yang mengatur haluan
kapal. Kapal dapat sampai ke tujuan dengan selamat atau malah karam lalu paling
tragis, membenamkan diri ke dasar laut karena kesalahan menentukan arah dan
dalam mempertimbangkan faktor-faktor pendukung. Di tengah hura-hara akibat
banyaknya kepala daerah yang dimeja-hijaukan karena kasus korupsi, dan maraknya
pergunjingan kolaborasi tidak sehat antara kepala daerah dengan pengusaha dalam
rangka mengeruk uang negara demi kepentingan pribadi, KMT dihadapkan dengan
pilihan krusial. Ada dilema yang sulit didamaikan. Pertama, KMT baru lahir dan
membutuhkan kerja keras seorang pemimpin yang pandai menemukan
persoalan-persoalan aktual, menjalin kerja sama dengan banyak pihak dan mencari
solusi yang kontekstual. Di sini, pemimpin mensinergiskan kekuatannya dengan stakeholder-stakeholder
yang ada: masyarakat, dunia usaha dan akademisi. Ada anggapan otomatis bahwa
dominasi pengusaha dalam sebuah kabupaten akan membuat percepatan roda
pembangunan. Dominasi ini, jika tidak selektif akan membawa malapetaka pada
marginalisasi masyarakat kebanyakan yang juga menjadi incaran adanya kabupaten
baru. Jika pemimpin seperti ini yang diinginkan, maka lakon malapetaka
penindasan akan dimulai dan direncanakan secara sadar. Sebuah tragedi yang kita
pilih sendiri.
Kedua,
pemimpin yang mengandalkan kekuatan lokal sebagai basis untuk mengembangkan
KMT. Tekanannya lebih pada penghindaran dominasi yang berlebihan pihak luar.
Ada perimbangan peran masyarakat dan dunia usaha. Jika ini yang dipilih, bisa
jadi perkembangannya lamban karena kemungkinan modal usaha minim, tetapi akan
membawa dampak positif, yakni penguatan kapasitas masyarakat lokal.
Argumentasinya, bukan percepatan pembangunan yang dibutuhkan melainkan
kehidupan sejahtera yang berkelanjutan. Di hadapan budaya instanisme yang kian
menjerat budaya manusia modern, ada keinginan untuk membuat pembangunan fisik menjadi
primadona. Padahal, pembangunan yang menitikberatkan hanya pada bidang fisik
tanpa ditopang keseimbangan bidang lain akan menjadi timpang. Kesejahteraan
yang dicita-citakan bukanlah parsial melainkan holistik. Jadi, pemimpin KMT
bukan hanya punya visi dan misi tetapi juga komitmen untuk tetap realistis,
kritis, kontekstual dalam merealisasikan perannya sebagai nahkoda KMT.
Kedua, Ekonomi kerakyatan baru KMT. Wilayah KMT
sangat kaya akan hasil alam. Berbeda dengan KMB dan Manggarai, luas hutan KMT relatif
lebih besar dan tanahnya lebih subur. Hal itu dapat dilihat dari perolehan
hasil hutan dan perkebunan yang selama ini mendominasi di pasar. Selain itu,
masih banyak lahan tidur di wilayah KMT yang belum digarap. Tetapi ada ironi di
sana. Seperti lagu Koes Plus, “tongkat kayu dan batu jadi tanaman”, ekonomi KMT
masih terbilang jauh dari sejahtera. Pemimpin yang arif akan menjadikan
kesuburan dan kekayaan alam sebagai peluang untuk mengurangi kemiskinan demi
mencapai kehidupan yang layak.
Di atas
lahan yang subur dan kekayaan alam yang melimpah, pilihan ekonomi macam apa
yang paling cocok? Ketika jalan-jalan dibuat dan daerah isolasi semakin
terbuka, pengusaha telah masuk ke kampung-kampung untuk melakukan transaksi.
Pengusaha dengan modal besar akan mematikan pengusaha dengan modal kecil.
Padahal yang diperlukan adalah dibukanya sentra-sentra pemasaran di banyak
titik sehingga memudahkan para petani menjual hasilnya secara layak. Ketika
ekonomi masyarakat dicekoki oleh sistem ijon dan koperasi belum merasuki
kehidupan, diperlukan sebuah komitmen untuk menemukan sistem ekonomi yang arif
demi kemajuan yang signifikan.
Ketiga, Partisipasi Masyarakat dalam pembangunan. Hingar
bingar berita tentang Manggarai Timur kabupaten telah meramaikan bursa
penjualan tanah di sekitar lokasi yang diancang-ancangkan jadi ibu kota. Para
pemilik uang dari Ruteng dan wilayah lain mulai memainkan jurus pembelian yang
dramatis. Pemilik tanah, yang tercekik oleh tuntutan kebutuhan akhirnya menjual
tanahnya dengan harga murah. Sementara itu, para pengusaha yang pandai membaca
peluang, meraih kesempatan untuk memiliki sebanyak mungkin tanah di wilayah
“calon” ibu kota. Masyarakat yang memiliki ekonomi lemah akhirnya terjungkal ke
jurang peminggiran. Mereka yang tak sanggup berkompetisi dalam pertarungan
ekonomis menjadi “orang asing” di wilayah sendiri.
Pertanyaan
yang muncul ialah, “Untuk siapa kabupaten baru ini jika terbanyak rakyat tak
dapat terlibat secara penuh dalam pembangunan?” Jika pertanyaan ini dikritisi,
maka kita akan bersemuka dengan upaya strategis untuk membawa keterlibatan
semakin banyak orang dalam pembangunan. Upaya-upaya inilah yang perlu
dipikirkan dan didiskusikan. Kerap terjadi bahwa masyarakat kita terjebak dalam
arus euforia “predikat” kabupaten baru tanpa tahu memaknainya. Alienasi adalah
sebuah kemungkinan jika kebijakan pemerintah dan kesadaran masyarakat tidak
bertemu dalam alur visi dan misi pelibatan yang sama. Manggarai Timur, setelah
jadi kabupaten bisa jadi seperti kabupaten lainnya pengap dengan kesenjangan
dan keterasingan bila hanya memenangkan kepentingan segelintir orang yang akan
menjadi “penjajah” baru bagi sesamanya. Akhirnya, pertanyaan yang tersisa
ialah, “Mau ke mana kita membawa (diri) kabupaten ini?”
* (Dipublikasikan
pertama oleh Majalah Diaspora Edisi
2009)
Ayo bosku Semuanya,
ReplyDeleteYuk iseng bermain game untuk mendapatkan uang tambahan setiap harinya Hanya di arena-domino.vip
Modal Kecil Dapat Puluhan Juta ^^
Bareng saya dan teman-temanku yang cantik-cantik loh !
Info Situs www.arena-domino.vip
yukk di add WA : +855964967353