Kanisius
Teobaldus Deki
Staf Pengajar STIE Karya, Peneliti Lembaga Nusa Bunga Mandiri
Saya mendengar kabar duka ini pertama dari rekan Lembaga Biblika
Indonesia (LBI), Hortensio Mandaru. Kraeng
Tensi, begitu kami biasa saling menyapa, menanyakan beberapa hal tentang
soal-soal aktual di Manggarai. Ada sebuah percakapan yang hangat antar sahabat,
sesama pembelajar kitab suci. Kendati sejak berhenti mengajar kitab suci di
perguruan tinggi, saya juga sudah tidak bergabung lagi di LBI, keakraban kami
terus berjalan. Di sela-sela pembicaraan itulah Kraeng Tensi memberi info: Romo Nonius, panggilan nama biara dari
pastor Prof. Dr. Berthold Antonius
Pareira O.Carm, telah mangkat. Beliau menghembuskan nafas terakhir di RKZ
Malang pada Jumat, 8 Januari 2021, pkl.22.15 WIB. Sungguh mengejutkan!
Tulisan ini lebih merupakan sebuah memoria akan seorang tokoh sekaligus pakar kitab suci yang sungguh “bekerja segiat-giatnya bagi TUHAN, Allah
semesta alam”, sebagaimana diungkapkan Kitab 1 Raja-raja 19:1 dalam kisah
tentang Nabi Elia. Tak berlebihan kalau saya memberi judul artikel ini: Elia
dari Timur.
Perjumpaan
yang Memukau
Saya berjumpa dengan Romo Nonius saat masih menjalankan masa
pembinaaan sebagai Novis di Biara Ordo Karmel Beato Dionisius Wairklau-Maumere. Pada suatu pagi, ada seorang imam yang
memimpin perayaan ekaristi dengan suara yang sangat kencang meski tanpa
pelantang suara (microphone). Selain
suara yang lantang, kotbah pagi itu sungguh memukau, meski tanpa teks. Dari isi
kotbahnya, terlihat bahwa ia sedang menjadi pewarta yang sungguh-sungguh.
Mimik, pilihan diksi, pesan kotbah sangat mengena. Kontak mata dengan audiens
memberi kesan mendalam bahwa beliau sedang menjadi seorang yang sedang
berdialog.
Usai misa saya bertanya kepada kakak tingkat, siapakah gerangan
imam tadi? Mereka memberi tahu bahwa itu adalah Romo Nonius, imam perdana
Flores untuk Ordo Carmel. Selanjutnya, saya mengikuti setiap aktivitas penting
Romo Nonius dari pemberitaan dalam media internal “Berita Karmel” (BK) yang terbit
setiap bulan.
Pada bulan Juli tahun 2000, saya dipercayakan Ordo untuk mengikuti
sebuah program di Israel. Saya menuju Malang, pusat Ordo Karmel Indonesia. Di
komunitas Kayu Tangan, Malang, saya bertemu lagi dengan Romo Nonius. Ada
percakapan-percakapan yang hangat. Saya menyukai lintasan sejarah kedatangannya
ke Jawa kala itu di tahun 1950an dan perjuangannya sebagai seorang Flores di
tengah kebudayaan Jawa. Dari sorotan matanya, beliau bicara sungguh dari hati.
“Ordo di Flores itu sudah jalan ya, itu tanda-tanda yang bagus. Pada saatnya
kita akan menjadi misionaris di seluruh dunia”, katanya saat sarapan.
Ketika saya hendak ke Jakarta dan selanjutnya terbang ke
Singapore, saya datang bertemu beliau untuk pamitan. Romo Nonius menumpangkan
tangannya di kepala saya dan berdoa sejenak. Lalu, mengambil tangan saya dan
berkata, “Baik-baik di jalan, semoga selamat sampai tujuan, Tuhan menjaga
kamu”, katanya. Saya berterima kasih lalu pergi. Sebagai anak muda berusia 22
tahun, kata-kata peneguhan ini sangat berkesan. Romo Nonius saya rasakan
sebagai seorang Bapa yang mencintai anaknya.
Mengenal
Romo Nonius
Romo Nonius lahir di Maumere pada 13 Juni 1939. Dia adalah anak
dari Yosef Lambertus Nong Selong Pareira dan Lucia Maria da Nona Selong
Pareira. Skolah dasar ditempuhnya di Maumere lalu melanjutkan pendidikan ke
Seminari Menengah Yohanes Berchmans Mataloko. Ketika hendak menyelesaikan
studinya di seminari ada beberapa pilihan jika hendak menjadi imam. Waktu itu,
Seminari Yohanes Berchmans dikelola oleh Misionaris Serikat Sabda Allah (SVD).
Namun ternyata dia lebih memilih untuk masuk Ordo Karmel (O.Carm) di Jawa.
Setelah menjalankan masa studi di Seminari Tinggi Ordo Karmel di
Batu Malang, Romo Nonius ditahbiskan menjadi imam pada 24 Juli 1966 di Gereja
St. Yoseph Maumere. Usai ditahbis, dirinya dipercayakan Ordo untuk studi lanjut
pada bidang kitab suci di Instituum Biblicum (1967-1971), Universitas
Gregoriana, Instituum Gottingen (1971-1972) hingga meraih gelar doctor kitab
suci Perjanjian Lama.
Setelah menyelesaikan pendidikannya, Romo Nonius menjadi pengajar
di seminari tinggi dan Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana Malang. Beliau
mengajar kuliah-kuliah kitab suci dan homiletika. Ia termasuk penulis yang
sangat produktif. Artikel-artikelnya tersebar di banyak majalah dan jurnal. Selain
itu, ia memberikan ret-ret dan rekoleksi bagi komunitas yang membutuhkan
pendampingannya.
Pengabdian pada institusi gereja Indonesia juga dilakukannya pada
tahun 1994-1999 sebagai anggota Komisi Teologi KWI. Sejak kedatangannya ke
Indonesia dirinya bersama pakar kitab suci seperti Dr. Groenen OFM, membaca
ulang terjemahan kitab suci yang ada dan memperbaikinya.
Oleh karena kepakarannya dalam bidang kitab suci dan kekerapannya
menjadi narasumber dalam banyak kegiatan ilmiah yang prestisius pada bidang
kitab suci dan teologi, Romo Nonius menjadi salah satu ikon STFT Widyasasana
Malang. Pengakuan itu datang juga dari Negara dalam wujud penghargaan tertinggi
dunia akademik, professor, pada tahun 2007.
Elia dari
Timur: Mewartakan Kebenaran
Hal paling kentara dari Romo Nonius di setiap tulisannya di Berita
Karmel adalah kisahan tentang perjalanan tugas yang dipercayakan Ordo kepada
beliau sebagai anggota Komisi Internasional Keadilan dan Perdamaian (JPIC=Justice and Peace and Integrity of Creation)
Ordo Karmel. Secara detail ia berkisah tentang pertemuan-pertemuan itu,
bagaimana alur prosesnya, hingga apa yang dihasilkannya. Komisi JPIC ini
berdiri tahun 1992 dan sudah mengadakan 5 kali pertemuan: Roma (1993), Mutare
(1994), Los Angeles (1995), Dordrecht (1996) dan Madrid (1997). Anggotanya 7
orang mewakili wilayah Amerika Utara, Amerika Latin, Eropa Utara, Eropa
Selatan, Afrika, Asia dan Australia (BK 242, Februari 1998). Romo Nonius
mewakili region Asia. Cara dirinya membahasakan pertemuan demi pertemuan
membuat kita sebagai pembaca seolah-olah juga berada di sana dan mengikuti
secara langsung pertemuan penting semacam itu.
Dalam pertemuan 10-13 April 1999 misalnya, ada banyak agenda yang
dibahas. Salah satu point pentingnya adalah bagaimana memperjuangkan keadilan
dan perdamaian sebagai projek bersama umat manusia dalam wadah organisasi besar
seperti Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB). “Advokasi pada lembaga internasional
sebagai sebuah bentuk pelayanan kepada sesama masih merupakan sesuatu hal yang
baru. Sudah lebih dari 40 kongregasi atau ordo yang membentuk biro advokasi
pada PBB”, tulisnya (BK, No.257, Mei 1999). Memang terbersit kesadaran bahwa
perjuangan untuk perdamaian, keadilan dan keutuhan ciptaan merupakan satu misi
penting dalam sejarah keselamatan. Itulah sebabnya, hal itu menjadi fokus
lembaga-lembaga dunia, termasuk lembaga keagamaan.
Hal kedua yang tak pernah absen dalam tradisi Berita Karmel adalah
daftar tentang karya tulis yang dipublikasi oleh segenap para saudara Ordo
Karmel Indonesia. Hampir setiap daftar yang disusun oleh Romo Ari Pawarta untuk
bidang ini, nama Romo Nonius selalu ada (BK. 254 Februari 1999). Romo Nonius
memiliki fokus yang tetap kepada kitab suci baik teologi maupun tafsir atasnya.
Sudah puluhan buku ditulisnya berkaita erat dengan kitab suci sejak tahun 1975.
Buku tafsir kitab Mazmur adalah mahakarya yang banyak menjadi referensi pembaca
kitab suci di Indonesia. Demikian halnya dengan buku seri kotbah dan buku-buku
lainnya. Artikelnya tersebar di banyak majalah beken nasional seperti Mingguan
Hidup, Rohani dan jurnal-jurnal ilmiah sekolah tinggi filsafat dan teologi.
Tatkala membaca tulisan dan bersemuka dengan karya pelayanannya,
Romo Nonius selalu menekankan keyakinannya yang teguh akan Tuhan sebagai sumber
kebenaran sejati. Ia memberikan ret-ret pun rekoleksi untuk banyak kalangan. Ia
memotivasi peserta ret-ret dengan cara-cara yang memukau. Sebuah kehangatan
diciptakannya dalam termin-termin pendampingan sehingga peserta merasa dirangkul
dan dikasihi. Pihak yang ragu dan bimbang diyakinkan, yang lemah dikuatkan,
yang putus asa diberdayakan untuk menemukan kembali kehidupan. Selalu ada
moment pencerahan dalam pertemuan-pertemuan yang dilakukannya.
Seperti nabi Elia yang selalu bekerja bagiTuhan, Romo Nonius,
karmelit dari Timur Indonesia, mempersembahkan seluruh hidupnya untuk
menunjukkan kebenaran Tuhan atas manusia dan semesta. Kebenaran akan
penyelenggaraan ilahi ditunjukkan dalam kesahajaan hidup berkomunitas yang
selalu saling mengandalkan, saling memerhatikan dan mencintai. Dalam pola
hidupnya yang sangat sederhana, apa adanya, ia sedang memperlihatkan bahwa iman
kepada Tuhan dan pelayanan yang iklas pada sesama dan dunia adalah satu-satunya
garansi atas kebahagiaan manusia. Selamat jalan Romo, terima kasih untuk semua
pengabdianmu.***
No comments:
Post a Comment