Saturday 23 January 2021

Prof. Dr. Berthold Antonius Pareira O.Carm: Selamat Jalan Elia dari Timur…



Kanisius Teobaldus Deki

Staf Pengajar STIE Karya, Peneliti Lembaga Nusa Bunga Mandiri

Saya mendengar kabar duka ini pertama dari rekan Lembaga Biblika Indonesia (LBI), Hortensio Mandaru. Kraeng Tensi, begitu kami biasa saling menyapa, menanyakan beberapa hal tentang soal-soal aktual di Manggarai. Ada sebuah percakapan yang hangat antar sahabat, sesama pembelajar kitab suci. Kendati sejak berhenti mengajar kitab suci di perguruan tinggi, saya juga sudah tidak bergabung lagi di LBI, keakraban kami terus berjalan. Di sela-sela pembicaraan itulah Kraeng Tensi memberi info: Romo Nonius, panggilan nama biara dari pastor  Prof. Dr. Berthold Antonius Pareira O.Carm, telah mangkat. Beliau menghembuskan nafas terakhir di RKZ Malang pada Jumat, 8 Januari 2021, pkl.22.15 WIB. Sungguh mengejutkan!

Tulisan ini lebih merupakan sebuah memoria akan seorang tokoh sekaligus pakar kitab suci yang sungguh “bekerja segiat-giatnya bagi TUHAN, Allah semesta alam”, sebagaimana diungkapkan Kitab 1 Raja-raja 19:1 dalam kisah tentang Nabi Elia. Tak berlebihan kalau saya memberi judul artikel ini: Elia dari Timur.

Perjumpaan yang Memukau

Saya berjumpa dengan Romo Nonius saat masih menjalankan masa pembinaaan sebagai Novis di Biara Ordo Karmel Beato Dionisius Wairklau-Maumere.  Pada suatu pagi, ada seorang imam yang memimpin perayaan ekaristi dengan suara yang sangat kencang meski tanpa pelantang suara (microphone). Selain suara yang lantang, kotbah pagi itu sungguh memukau, meski tanpa teks. Dari isi kotbahnya, terlihat bahwa ia sedang menjadi pewarta yang sungguh-sungguh. Mimik, pilihan diksi, pesan kotbah sangat mengena. Kontak mata dengan audiens memberi kesan mendalam bahwa beliau sedang menjadi seorang yang sedang berdialog.

Usai misa saya bertanya kepada kakak tingkat, siapakah gerangan imam tadi? Mereka memberi tahu bahwa itu adalah Romo Nonius, imam perdana Flores untuk Ordo Carmel. Selanjutnya, saya mengikuti setiap aktivitas penting Romo Nonius dari pemberitaan dalam media internal “Berita Karmel” (BK) yang terbit setiap bulan.

Pada bulan Juli tahun 2000, saya dipercayakan Ordo untuk mengikuti sebuah program di Israel. Saya menuju Malang, pusat Ordo Karmel Indonesia. Di komunitas Kayu Tangan, Malang, saya bertemu lagi dengan Romo Nonius. Ada percakapan-percakapan yang hangat. Saya menyukai lintasan sejarah kedatangannya ke Jawa kala itu di tahun 1950an dan perjuangannya sebagai seorang Flores di tengah kebudayaan Jawa. Dari sorotan matanya, beliau bicara sungguh dari hati. “Ordo di Flores itu sudah jalan ya, itu tanda-tanda yang bagus. Pada saatnya kita akan menjadi misionaris di seluruh dunia”, katanya saat sarapan. 

Ketika saya hendak ke Jakarta dan selanjutnya terbang ke Singapore, saya datang bertemu beliau untuk pamitan. Romo Nonius menumpangkan tangannya di kepala saya dan berdoa sejenak. Lalu, mengambil tangan saya dan berkata, “Baik-baik di jalan, semoga selamat sampai tujuan, Tuhan menjaga kamu”, katanya. Saya berterima kasih lalu pergi. Sebagai anak muda berusia 22 tahun, kata-kata peneguhan ini sangat berkesan. Romo Nonius saya rasakan sebagai seorang Bapa yang mencintai anaknya.

Mengenal Romo Nonius

Romo Nonius lahir di Maumere pada 13 Juni 1939. Dia adalah anak dari Yosef Lambertus Nong Selong Pareira dan Lucia Maria da Nona Selong Pareira. Skolah dasar ditempuhnya di Maumere lalu melanjutkan pendidikan ke Seminari Menengah Yohanes Berchmans Mataloko. Ketika hendak menyelesaikan studinya di seminari ada beberapa pilihan jika hendak menjadi imam. Waktu itu, Seminari Yohanes Berchmans dikelola oleh Misionaris Serikat Sabda Allah (SVD). Namun ternyata dia lebih memilih untuk masuk Ordo Karmel (O.Carm) di Jawa.

Setelah menjalankan masa studi di Seminari Tinggi Ordo Karmel di Batu Malang, Romo Nonius ditahbiskan menjadi imam pada 24 Juli 1966 di Gereja St. Yoseph Maumere. Usai ditahbis, dirinya dipercayakan Ordo untuk studi lanjut pada bidang kitab suci di Instituum Biblicum (1967-1971), Universitas Gregoriana, Instituum Gottingen (1971-1972) hingga meraih gelar doctor kitab suci Perjanjian Lama.

Setelah menyelesaikan pendidikannya, Romo Nonius menjadi pengajar di seminari tinggi dan Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana Malang. Beliau mengajar kuliah-kuliah kitab suci dan homiletika. Ia termasuk penulis yang sangat produktif. Artikel-artikelnya tersebar di banyak majalah dan jurnal. Selain itu, ia memberikan ret-ret dan rekoleksi bagi komunitas yang membutuhkan pendampingannya.

Pengabdian pada institusi gereja Indonesia juga dilakukannya pada tahun 1994-1999 sebagai anggota Komisi Teologi KWI. Sejak kedatangannya ke Indonesia dirinya bersama pakar kitab suci seperti Dr. Groenen OFM, membaca ulang terjemahan kitab suci yang ada dan memperbaikinya.

Oleh karena kepakarannya dalam bidang kitab suci dan kekerapannya menjadi narasumber dalam banyak kegiatan ilmiah yang prestisius pada bidang kitab suci dan teologi, Romo Nonius menjadi salah satu ikon STFT Widyasasana Malang. Pengakuan itu datang juga dari Negara dalam wujud penghargaan tertinggi dunia akademik, professor, pada tahun 2007. 

Elia dari Timur: Mewartakan Kebenaran

Hal paling kentara dari Romo Nonius di setiap tulisannya di Berita Karmel adalah kisahan tentang perjalanan tugas yang dipercayakan Ordo kepada beliau sebagai anggota Komisi Internasional Keadilan dan Perdamaian (JPIC=Justice and Peace and Integrity of Creation) Ordo Karmel. Secara detail ia berkisah tentang pertemuan-pertemuan itu, bagaimana alur prosesnya, hingga apa yang dihasilkannya. Komisi JPIC ini berdiri tahun 1992 dan sudah mengadakan 5 kali pertemuan: Roma (1993), Mutare (1994), Los Angeles (1995), Dordrecht (1996) dan Madrid (1997). Anggotanya 7 orang mewakili wilayah Amerika Utara, Amerika Latin, Eropa Utara, Eropa Selatan, Afrika, Asia dan Australia (BK 242, Februari 1998). Romo Nonius mewakili region Asia. Cara dirinya membahasakan pertemuan demi pertemuan membuat kita sebagai pembaca seolah-olah juga berada di sana dan mengikuti secara langsung pertemuan penting semacam itu.

Dalam pertemuan 10-13 April 1999 misalnya, ada banyak agenda yang dibahas. Salah satu point pentingnya adalah bagaimana memperjuangkan keadilan dan perdamaian sebagai projek bersama umat manusia dalam wadah organisasi besar seperti Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB). “Advokasi pada lembaga internasional sebagai sebuah bentuk pelayanan kepada sesama masih merupakan sesuatu hal yang baru. Sudah lebih dari 40 kongregasi atau ordo yang membentuk biro advokasi pada PBB”, tulisnya (BK, No.257, Mei 1999). Memang terbersit kesadaran bahwa perjuangan untuk perdamaian, keadilan dan keutuhan ciptaan merupakan satu misi penting dalam sejarah keselamatan. Itulah sebabnya, hal itu menjadi fokus lembaga-lembaga dunia, termasuk lembaga keagamaan.

Hal kedua yang tak pernah absen dalam tradisi Berita Karmel adalah daftar tentang karya tulis yang dipublikasi oleh segenap para saudara Ordo Karmel Indonesia. Hampir setiap daftar yang disusun oleh Romo Ari Pawarta untuk bidang ini, nama Romo Nonius selalu ada (BK. 254 Februari 1999). Romo Nonius memiliki fokus yang tetap kepada kitab suci baik teologi maupun tafsir atasnya. Sudah puluhan buku ditulisnya berkaita erat dengan kitab suci sejak tahun 1975. Buku tafsir kitab Mazmur adalah mahakarya yang banyak menjadi referensi pembaca kitab suci di Indonesia. Demikian halnya dengan buku seri kotbah dan buku-buku lainnya. Artikelnya tersebar di banyak majalah beken nasional seperti Mingguan Hidup, Rohani dan jurnal-jurnal ilmiah sekolah tinggi filsafat dan teologi.

Tatkala membaca tulisan dan bersemuka dengan karya pelayanannya, Romo Nonius selalu menekankan keyakinannya yang teguh akan Tuhan sebagai sumber kebenaran sejati. Ia memberikan ret-ret pun rekoleksi untuk banyak kalangan. Ia memotivasi peserta ret-ret dengan cara-cara yang memukau. Sebuah kehangatan diciptakannya dalam termin-termin pendampingan sehingga peserta merasa dirangkul dan dikasihi. Pihak yang ragu dan bimbang diyakinkan, yang lemah dikuatkan, yang putus asa diberdayakan untuk menemukan kembali kehidupan. Selalu ada moment pencerahan dalam pertemuan-pertemuan yang dilakukannya.

Seperti nabi Elia yang selalu bekerja bagiTuhan, Romo Nonius, karmelit dari Timur Indonesia, mempersembahkan seluruh hidupnya untuk menunjukkan kebenaran Tuhan atas manusia dan semesta. Kebenaran akan penyelenggaraan ilahi ditunjukkan dalam kesahajaan hidup berkomunitas yang selalu saling mengandalkan, saling memerhatikan dan mencintai. Dalam pola hidupnya yang sangat sederhana, apa adanya, ia sedang memperlihatkan bahwa iman kepada Tuhan dan pelayanan yang iklas pada sesama dan dunia adalah satu-satunya garansi atas kebahagiaan manusia. Selamat jalan Romo, terima kasih untuk semua pengabdianmu.***

 

No comments:

Post a Comment