Saturday, 23 January 2021

Kemenangan Untuk Rakyat Manggarai (Catatan Pilkada ke-11)

 


Kanisius Teobaldus Deki

 

Jelang tanggal 9 Desember 2020, eskalasi ketegangan meningkat. Beberapa kasus kekerasan terhadap anggota Laskar 88 terjadi begitu cepat. Peristiwa pemukulan hingga terluka menjadi kenyataan yang mencengangkan. Pertanyaan yang muncul adalah “haruskah setiap soal diselesaikan dengan kekerasan?”Sungguh peristiwa yang sangat disesali. Kita masih menunggu hasil penyelesaian kasus-kasus pemukulan itu oleh pihak berwajib. Setidaknya, kendati Pilkada sudah berlalu, kebenaran harus diungkap dan keadilan menjadi kenyataan bagi semua pihak.

Pada subuh 9 Desember 2020, cuaca kurang mendukung. Angin kencang bertiup. Hujan mengguyur. Di banyak tempat, hujan dan angin badai seakan-akan berlomba nyali dengan penyelenggara Pilkada dan para pemilih. Namun cuaca yang kurang mendukung tidak mengganggu atau menghalangi niat para pemilik suara untuk bergegas menuju TPS. Catatan KPUD Manggarai memperlihatkan angka partisipasi pemilih terbilang baik yakni 78,3% melebihi target nasional 77,5%.

Artikel ini ingin menganalisis Pilkada Manggarai, sebuah catatan apresiatif terhadap pola berdemokrasi di Manggarai dan rencana masa depan untuk kabupaten tercinta ini.

Kemenangan Rakyat

Prosesi Pilkada berjalan lancar, aman, jujur dan adil. Dari seluruh penjuru Manggarai dilaporkan bahwa penyelenggaraan Pilkada tanpa kendala. Dengan system scaning C-1, pada pkl.14.00 wita, sudah banyak dokumen scaning C-1 masuk ke computer perekap di setiap Sekretariat Paslon. Hingga pkl. 17.00, hampir setengah dokumen C-1 terdata di computer. Di Sekretariat H2N ada dua tim hitung cepat (quick count). Tim pertama, memperlihatkan hasil Deno-Madur meraih 38,7 %, sedangkan Hery-Heri meraih 61,3%. Hitung cepat ini menetapkan margin of error 1%. Tim kedua, memeroleh hasil, Deno-Madur mendulang 37% dan Hery-Heri mendulang 63%, margin of error ditetapkan 3%. Hitungan cepat ini tentu saja menjadi pembuka tabir kemenangan yang pengukuhannya masih menunggu Keputusan KPUD Manggarai.

Paslon Hery-Heri yang melakukan konferensi pers (press conference) pada pkl. 18.00 menyampaikan bahwa H2N menang atas Paslon DM. Kemenangan ini adalah kemenangan rakyat Manggarai yang menginginkan perubahan. Dalam kesempatan itu, hadir Tim Kerja, 10 Parpol Pengusung dan Pendukung: PDIP, Golkar, PKB, Hanura, PKS, Gerindra, Perindo, PKPI, PSI dan Garuda dan para pendukung serta insan pers. Tempik sorak sorai tak bisa dielak. Kegembiraan meluap-luap. Dalam sekejab, Sekretariat H2N di Wae Palo penuh sesak.

Bersamaan dengan itu, kemah terop di Watu, rumah kediaman Hery Nabit, calon Bupati, didatangi banyak orang dari seluruh penjuru Manggarai. Malam itu, kebahagiaan terpancar dalam seluruh wajah tetamu yang datang. Kemenangan ini sudah ditunggu-tunggu sejak Pilkada tahun 2010. Pada Pilkada 2015, Hery-Adolf (Head) hampir menang dengan kekalahan tipis. DM waktu itu meraih 73.675 suara (50,64%) sedangkan Head memeroleh 71.820 suara (49,36%). Selisihnya sangat tipis yakni 1.855 suara (1,28%).

Kembang api diluncurkan ke angkasa. Suaranya memecah keheningan malam. Pecahan api berwarna-warni menghiasi kegelapan malam menambah kesemarakan. Suara hiruk pikuk kendaraan dan manusia berbaur menjadi satu. Petugas keamanan sigap di tempat-tempat keramaian.

Selang 7 hari kemudian, pada 16 Desember 2020, KPUD Manggarai mengeluarkan Surat Keputusan Penetapan Rekapitulasi Hasil Perhitungan Suara Pilkada Manggarai tahun 2020 dengan Nomor 130/HK.03.1-Kpt/5310/Kab/XII/2020. Dalam Sura Penetapan itu, KPUD menyatakan bahwa Paslon Nomor Urut 1 Deno-Madur meraih 67.354 suara (39,34%) dan Paslon Nomor Urut 2 Hery-Heri meraih 103.872 suara (60,66%). Kekalahan DM sungguh telak dan tak tersangkakan sebelumnya. Perbedaan jumlah suara sangat jauh, 36.518 (21,32%).

Faktor-faktor Penentu

Apa yang menjadi factor penentu kemenangan H2N? Apa yang menjadi factor penentu kekalahan DM? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang terus melintas di pikiran banyak orang. DM memang tidak sendirian terjungkal ke jurang kekalahan. Para incumbent lain di NTT juga mengalami hal yang sama. Pos Kupang edisi cetak pada 11 Desember 2020 mencatat sebanyak 8 incumbent tertinggal jauh dalam perhitungan suara sementara.

Bahkan hingga hasil akhir perhitungan suara, kenyataan itu tidak mengalami perubahan. Bupati Sabu Raijua, Rihi Heke, Bupati Malaka Stefanus Bria Seran, Bupati Sumba Barat Agustinus Niga Dapawole, Bupati Ngadha Paulus Soliwoa, Bupati Belu Wilybrodus Lay juga mengalami kekalahan yang sama. Petahana Wabup juga mengalami nasib serupa: Sumba Timur Umbu Lili Pekuwali, Manggarai Barat Maria Geong dan Sumba Barat Marthen Ngailu Toni.

Analisis yang berkembang hingga para incumbent ini dapat dikalahkan memperlihatkan beberapa factor penting. Pertama, secara nasional Presiden Jokowi dijadikan panutan. Ada begitu banyak gebrakan Jokowi menyentuh masyarakat hingga lapisan paling bawah. Gebrakan-gebrakan dalam pembangunan memberikan aksentuasi tersendiri bagi masyarakat yang merasakan dan mengalaminya. Dalam situasi nasional yang memiliki perkembangan kemajuan yang tampak nyata, gema perubahan menjadi pilihan yang utama.

Kedua, miskin inovasi. Rakyat membutuhkan inovasi baru dalam pembangunan. Rupanya para incumbent terhalang usia. Rata-rata incumbent memiliki usia di atas 60 tahun. Padahal inovasi-inovasi inilah yang dibutuhkan masyarakat dalam setiap bidang kehidupan: infrastruktur, sumber daya manusia, pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan. Ketiadaan inovasi menyebabkan masyarakat jenuh dengan pola kepemimpinan incumbent.

Ketiga, gerakan kaum milenial. Di Manggarai, kelompok sayap H2N seperti Laskar 88, Weta de Hery-Heri dan Perempuan Bangkit menyedot perhatian public dalam masa kampanye. Mereka memainkan peran strategis dengan militansi yang terukur. Uniknya, kelompok-kelompok sayap ini bertumbuh spontan di mana-mana. Mereka memiliki banyak ide kreatif yang menarik simpati dari warga pemilih. Meski tanpa satu struktur yang hirarkis, kelompok-kelompok sayap ini otonom di semua wilayah. Garis koordinasinya sangat sederhana. Mereka menciptakan ruang-ruang baru berdemokrasi dengan keberanian untuk menolak politik uang (money politics) dan politik kekerasan (non-violence politics). Gerakan kaum milenial dalam wajah Laskar 88, Weta de Hery-Heri dan Perempuan Bangkit memberi artikulasi baru pada politik di Manggarai yang bebas dari tekanan dan suap. Bahkan mereka tidak segan-segan mencegat para pihak yang dicurigai akan membahayakan demokrasi di Manggarai.

Keempat, keberhasilan pendidikan politik. Pendidikan politik yang dilakukan oleh banyak pihak menunjukkan hasil yang positif. Peran para pemikir dan partai politik dalam melakukan kampanye-kampanye politik perlahan-lahan membuahkan hasil. Masyarakat mulai sadar bahwa hakikat berdemokrasi adalah mereka menentukan nasibnya sendiri melalui kandidat dan program pembangunan yang mereka canangkan. Kemampuan membaca program pembangunan menyebabkan mereka memilih sesuai dengan hati nurani mereka.

Kelima, ketokohan kandidat dan program kerja baru. Sejak tahun 2010, Hery Nabit sudah menjadi petarung, melawan incumbent Christian Rotok-Kamelus Deno. Hery Nabit waktu itu berpasangan dengan Yustina Ndung. Sejak saat itu, Hery Nabit memiliki pendukung fanatic. Di Pilkada 2015, Hery Nabit berpasangan dengan Adolf Gabur, ketua DPD Partai Hanura Kabupaten Manggarai. Nyaris menang! Walaupun kembali kalah untuk kedua kalinya, pendukung fanatic Hery tetap setia menjadi muatan dasar di setiap moment Pilkada. Di Pilkada 2020, tokoh-tokoh besar Manggarai yang sebelumnya mendukung DM kini hijrah ke H2N. Alasan mereka sederhana, kemajuan yang dijanjikan DM tahun 2015 tak kunjung jadi kenyataan. Dari sisi ini, ketokohan Hery Nabit selaku kandidat bupati menjadi salah satu kunci kemenangan H2N. sebuah kemenangan yang fantastis.

Sejalan dengan ketokohan, program kerja yang ditawarkan juga sungguh menyentuh kalbu. Empati H2N terhadap petani, nelayan, pendidikan, kesehatan, para guru honorer, menjadi sentrum perhatian masyarakat.

Keenam, kerja tim yang solid. Teamwork pada H2N disebut sebagai Koalisi Rakyat Manggarai. Kerja tim sangat rapih, dari kabupaten hingga kampong. Dengan soliditas yang terus terbangun, termasuk dengan partai politik, semua elemen masyarakat, terlibat aktif. Program yang terencana, evaluasi yang terus menerus menjadi salah satu kunci kemenangan H2N.

Ketujuh, kerelaan masyarakat. Dalam banyak kesempatan, masyarakat mengundang H2N untuk datang ke kampong mereka. Masyarakat sudah menyiapkan segala sesuatu secara sukrela dan tanggung renteng. Hery-Heri diminta datang. Bahkan di beberapa tempat, karena sudah kesulitan waktu hampir tak terlayani. Namun masyarakat memastikan bahwa segala hal mereka sudah siapkan, kandidat dan tim tak perlu repot lagi. Ini adalah situasi yang lahir dari kerinduan memiliki pemimpin baru. Di mana-mana situasi ini dirasakan dan dialami sebagai sebuah berkat. Filosofinya, untuk menemukan pemimpin yang sejati, itu adalah tugas dan tanggung jawab bersama. Masyarakat tidak lagi diminta untuk berpartisipasi, melampaui harapan itu, mereka adalah partisipasi itu.

Kerja Besar ke Depan

Politik Pilkada dengan segala ceritanya kini telah berakhir. Kerja besar sedang menanti. Rakyat Manggarai sudah mencatat program-program pembangunan yang akan diimplementasi oleh H2N. Mereka rindu apa yang menjadi janji kampanye menjadi kenyataan. Karena, pada galibnya, seorang pemimpin dipilih untuk kemaslahatan dan kesejahteraan banyak orang.

Jelang pelantikkan pada 14 Februari 2021, kiranya terdapat cukup waktu untuk melakukan sinkronisasi program pembangunan ke OPD-OPD, Badan atau Bagian, Perumda-Perumda serta semua struktur dan kelembagaan pemerintah yang mendukung. Sejalan dengan itu, perlu sebuah grand design strategy. Menurut hemat saya, ada beberapa hal yang sedianya dilakukan:

Pertama, Penyiapan RPJMD. RPJMD sesuai ketentuan adalah kerja eksekutif sesuai amanat undang-undang. Namun perlu sinkronisasi program pembangunan dengan yang sudah dinyatakan dalam kampanye politik. Dengan demikian, program-program itu sudah direncanakan dalam Rencana Kerja Tahunan (RKT) pada semua OPD, Perumda dan unsur-unsur lainnya.

Kedua, restrukturisasi manajemen. Pada semua level (OPD, Perumda, Camat, Lurah) dilakukan evaluasi menyeluruh untuk melihat kapasitas, kapabilitas dan kualitas kepemimpinan dan tim kerja. Evaluasi ini diperlukan untuk menjaring pemimpin-pemimpin handal yang memenangkan program pembangunan Bupati dan Wakil Bupati terpilih. Prinsip “the right man on the right place” dijadikan sebagai salah satu pilihan untuk memenangkan program pembangunan untuk rakyat.

Perumda seperti PDAM dan MMI diberdayakan untuk mendatangkan keuntungan bagi daerah. Evaluasi dan restrukturisasi juga menjadi hal yang mungkin jika capaian kinerjanya belum maksimal. Tujuannya jelas, demi kemajuan perusahaan dan kesejahteraan masyarakat Manggarai.

Ketiga, pembinaan ASN dan Tenaga Kontrak Daerah. Sebagai warga Negara ASN memiliki hak politik yang sama. Namun sebagai abdi masyarakat mereka memiliki tugas mengayomi, mencerahkan dan mencerdaskan masyarakat. Dalam praktik berpolitik selama masa Pilkada, ditemukan oknum-oknum tertentu yang berprilaku melawan hakikat dirinya sebagai abdi Negara dan masyarakat.

Jika ada keterlibatan yang keliru melalui fake account di social media itu merupakan bentuk-bentuk penyimpangan yang harus ditangani melalui pembinaan dan pendampingan lebih lanjut. Sejalan dengan itu, reevaluasi atas tenaga kontrak daerah juga dilakukan. Fokusnya adalah pada kinerja, kualitas dan etos kerja. Daerah ini membutuhkan orang-orang yang memiliki tanggung jawab dalam bekerja memajukan Manggarai. Tuntutan ini bersifat mutlak karena baik ASN maupun Tenaga Kontrak Daerah dibiayai oleh pajak rakyat.

Keempat, kerja sama multipihak. Pembangunan tidak bisa berjalan karena kerja sendiri. Ini adalah megaproject yang membutuhkan kerja sama banyak pihak. Karena itu, dibutuhkan tools evaluation (perangkat evaluasi) atas pembangunan serta waktu berkala untuk duduk bersama membuat evaluasi atas kinerja Bupati-Wakil Bupati. Dalam kaitan dengan ini, kiranya dibutuhkan sebuah Sekretariat Bersama (Sekber) untuk merancang bangun program pembangunan, pengawasan dan evaluasi atasnya. Di beberapa tempat Sekber ini menjadi bagian dari Bappeda (BP4).

Jangan Takut!

Perolehan suara H2N dalam Pilkada ini sangatlah fantastis. Perolehan tertinggi di seluruh NTT. Itu adalah kepercayaan sebagian besar rakyat Manggarai untuk menjalankan roda pembangunan. Kepercayaan itu juga mengisyaratkan agar Hery Nabit dan Heri Ngabut membangun Manggarai dalam kuasa penuh. Hal-hal mana saja yang diperlukan demi kesejahteraan rakyat Manggarai hendaklah diambil dengan penuh keberanian, tanpa rasa takut.

Rasa takut yang benar hanyalah kepada kebenaran, keadilan dan kebaikan. Bertindak tegas terhadap pihak-pihak yang memperlambat arus pembangunan adalah sesuatu yang seharusnya. Selamat bekerja, Tuhan memberkati!***

No comments:

Post a Comment