Saturday, 19 September 2020

Pilkada Momentum Perubahan Bagi Manggarai yang Lebih Baik

 



(Catatan Pilkada ke-4)

Kanisius Teobaldus Deki

Ribuan massa pendukung Hery-Heri memadati tempat acara di Kampung Watu pada 5 September 2020. Hadir saat itu tokoh masyarakat dan politik Manggarai seperti Drs. Christian Rotok, mantan bupati 2 periode, Drs. Frans Padju Leok, mantan Sekda Manggarai dan Penjabat Bupati Manggarai Timur, Seltus Mitak, S.H, mantan Sekda Manggarai, Rofinus Mbon, S.H, mantan Sekda Manggarai Barat. Belum termasuk tokoh adat dan masyarakat yang datang dari pelbagai kecamatan dan kelurahan atau desa. Tokoh-tokoh ini secara sadar hadir untuk memberikan dukungan politik bagi H2N.

Ada satu focus tema yang sama hari itu. Semua orator memiliki perspektif yang sama. Ketua-ketua DPD/DPC Partai Politik menyuarakan saatnya Manggarai harus berubah ke arah yang lebih baik. Selama 5 tahun kepemimpinan Deno-Madur belum membawa perubahan yang diharapkan. “Mengapa kita ingin maju dan memenangkan Pilkada ini, karena kita belum melihat kemajuan yang significant oleh pemimpin sebelumnya. Jikalau saja ada perubahan, lebih baik sedikit saja, maka tak perlu bersusah-susah. Mereka kita percayakan lagi. Namun karena yang kita harapkan tidak terjadi, maka kita maju untuk membawa Manggarai lebih baik dari kemarin”, kata Pak Hery Nabit dalam orasi politiknya.

Membaca Ketertinggalan Manggarai

Selaku calon Bupati, Pak Hery Nabit menandaskan begitu banyak persoalan masyarakat Manggarai yang belum terpecahkan. Mayoritas penduduk Manggarai adalah petani. Sector yang menyumbang paling besar PAD kabupaten kita juga datang dari pertanian, perkebunan, kelautan dan kehutanan. Namun betapa kebutuhan petani tidak terurus dengan baik. “Jikalau kami terpilih, kami tidak biarkan petani-petani kekurangan pupuk lagi. Kami berusaha agar pupuk datang tepat waktu sejalan dengan jumlah kebutuhan petani”, ujar Pak Hery. Selama ini memang petani menjerit karena langkanya ketersediaan pupuk. Selain itu, untuk mengurangi ketergantungan kepada pupuk dari luar, mereka juga berikhtiar untuk memberdayakan petani demi menghasilkan pupuk sendiri.

Pertumbuhan ekonomi kita yang seret juga disebabkan oleh kecilnya jumlah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). “Kita ingin agar masyarakat kita tidak lagi hanya menjadi penyiap bahan baku, tetapi juga menghasilkan produk jadi. Kita akan bekerja sama dengan dunia usaha untuk menyalurkan produk-produk kita. Kita akan tumbuhkan minat entrepreneur pada generasi muda sehingga pertumbuhan ekonomi kita lebih baik”, ungkapnya. Hasl ini memang beralasan. Jumlah UMKM kita lebih kecil dari banyak daerah di NTT.

Sejalan dengan itu, untuk membangun ekonomi kerakyatan, kuantitas dan kualitas koperasi di Manggarai harus diperhatikan. “Kita terus mendorong agar kehidupan perekonomian kita dibangun dengan mengutamakan kekuatan sendiri. Kita punya banyak potensi yang seharus bisa lebih dioptimalkan lagi. Sector keuangan misalnya, selain lembaga bank, kita kembangkan koperasi sebagai sokoguru perekonomian bangsa dan daerah. Kita perkuat koperasi-koperasi yang sudah ada, kita kerja sama dengan Pusat Koperasi Kredit Manggarai (Puskopdit), bangun koperasi yang benar di tempat yang belum punya, sehingga rakyat merasakan manfaatnya secara nyata”, jelasnya.

Sector perdagangan menjadi salah satu penggerak ekonomi. Ada banyak potensi yang terus dikembangkan di Manggarai. Komoditi-komoditi eksport seperti kopi, cengkeh, fanili, cokelat, jambu mente, jahe, dll dikembangkan terus supaya hasil produksinya meningkat dan mutunya terjamin. Tanaman-tanaman baru seperti porang dikembangkan terus sehingga memberi manfaat bagi petani. “Untuk kopi arabika kita sudah mengantongi Sertifikat Indikasi Geografis. Itu artinya sudah ada pengakuan nasional dan dunia bagi mutu kopi kita. Bahwa kopi kita bermutu tinggi. Tinggal saja bagaimana program-program di bidang ini diinovasi supaya produktivitas kita meningkat dan memberi kontribusi bagi petani”, ungkapnya. Memang, sejak SIG diumumkan ke publik, belum ada geliat pemerintah  dalam bentuk program menuju kepada implementasi yang riil. Jika ISG ini menjadi nyata dalam program pemberdayaan petani dan peningkatan mutu, maka kopi-kopi kita menjadi produk prioritas yang dicari pasar luar negeri.

Inovasi pertanian juga dilakukan. Ada banyak lahan tidur di Manggarai. Lahan-lahan itu dibiarkan menjadi belukar. Tidak dimanfaatkan. “Kita bangun pertanian dengan focus-fokus sesuai kondisi tanah. Ada tanah yang bisa ditanami kopi, kita tanam kopi. Juga untuk tanaman-tanaman yang lainnya. Tanah kita subur. Mari kita bekerja giat agar tanah-tanah ini memberikan manfaat. Tidak ada lagi lahan yang dibiarkan terlantar dan tidak dimanfaatkan. Pemerintah perlu melakukan intervensi”, katanya.

Sejalan dengan penetapan Labuan Bajo sebagai destinasi pariwisata super premium, kabupaten Manggarai adalah kabupaten penyanggah kebutuhan-kebutuhan daerah pariwisata itu. “Penetapan itu harus memberi efek positif bagi kita. Pertanyaannya, apa yang harus kita buat? Kita baca kebutuhan mereka, kita buat program yang memberi manfaat bagi pelaku usaha dan petani sehingga produk-produk kita bisa terjual. Kelemahan selama ini adalah pada level pimpinan daerah belum membangun komunikasi dan kerja sama yang sistematis dengan kabupaten Manggarai Barat dan dunia usaha di sana. Kita perlu bangun komunikasi”, tandasnya. Evaluasi memperlihatkan program Simantri belum berhasil meningkatkan perekonomian masyarakat Manggarai. Manajemen pemasaran belum dibuat sistematis. Ketika produksi menjadi banyak, petani kelabakan. Sudah susah payah menghasilkan, tidak bisa menjadi uang. “Ini kita perlu perbaiki. Rakyat tidak boleh rugi”, komitmennya.

Manggarai Butuh Pemimpin Baru

Dari sebagian fakta-fakta ini, Manggarai butuh perubahan. Perubahan pada focus, program dan metode pembangunan. Pembacaan atas potensi Manggarai mewajibkan sisi tilik kritis untuk membangun inovasi baru. “Jika melihat potensi yang ada di Manggarai ini, tak seharusnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) kita seperti ini saja. Kita masih bisa memaksimalkannya. Kesejahteraan adalah tujuan akhir dari pembangunan dan kemajuan. Selama kita masih dengan metode yang lama maka pembangunan berjalan di tempat. “Dengan memperkuat focus pembangunan berbasis pemetaan potensi daerah, akan muncul banyak UMKM, berarti banyak lapangan kerja yang dibuka. Tingkat pengangguran bisa ditekan. Jika banyak usia produktif yang bekerja di berbagai sector maka akan banyak income (pendapatan) yang akhirnya akan memberi efek positif pada PAD”, tandasnya.

Untuk mencapai perubahan itu, leadernya memberi pengaruh yang kuat. Perubahan pada leader sedemikian penting sehingga erat kaitannya dengan rencana capaian pembangunan. “Perubahan-perubahan itu tidak bisa dijalankan dengan pemimpin seperti saat ini. Kita akan tertinggal jauh. Daerah ini butuh energy lebih. Karena itu, pada Pilkada ini momentum perubahan itu harus kita buat”, katanya.

Pada seorang leader, kemampuan-kemampuan strategis harus dipunyainya. Setidaknya, minimal tiga hal ini. Pertama, kemampuan organisitoris yang handal. Bisa membangun teamwork yang bagus, memberi motivasi dan spirit. Seorang manajer yang sanggup memetakan kemampuan person-person yang ada dalam tim untuk bekerja sesuai visi, misi dan program kerja daerah.

Kedua, attitude. Ada kemauan yang kuat untuk mengabdi sepenuh hati. Daerah ini butuh orang yang segenap jiwa dan raganya ada untuk Manggarai. Attitude itu muncul pada disposisi batin seorang pemimpin. “Kita tidak menjalankan sesuatu demi keuntungan sendiri. Evaluasi atas kinerja kepemimpinan selama 5 tahun terakhir sungguh memrihatinkan. Berkantor di desa malah banyak mendatangkan kerugian daripada manfaat positifnya. Kita tidak ingin rakyat dan pemerintahan desa kita digarong oleh system tatakelola organisasi pemerintahan yang salah”, ujarnya. Attitude menurut Pak Hery adalah bagian dari morality. “Jikalau tidak ada kemauan kuat untuk membawa daerah ini kepada kemajuan dan kesejahteraan masyarakat maka itu tandanya moralitas pemimpin harus dipertanyakan”, imbuhnya.

Ketiga, pembangunan jaringan (networking). Kita mesti membangun jaringan yang kuat dengan semua pihak. Pemerintah Pusat dan Provinsi juga dengan kabupaten-kabupaten lain. Demikian halnya dengan dunia usaha dan partai politik. “Ketergantungan kita kepada dana trasferan pusat sangat tinggi. Mari kita bangun jaringan supaya dana-dana pusat mengalir untuk membiayai kebutuhan pembangunan kita di daerah. Kerja sama dengan Parpol menjadi penting. Mereka ada jaringan di semua level: DPR dan Kementerian. Begitu juga dengan dunia usaha. Kita akan membangun kerja sama dengan Negara-negara lain yang membutuhkan tenaga kerja trampil. Kita akan kirim tamatan STIKES ke luar negeri. Kita punya kemampuan untuk membangun jaringan kerja sama internasional semacam itu”, jelas Pak Hery, tamatan Institute of Social Studies- Den Haag Belanda ini.

Dalam alur itulah mengganti pemimpin merupakan sebuah keharusan. Pernyataan “ganti bupati-wakil bupati” bukan sekadar sebuah jargon melainkan kebutuhan bagi kemajuan dan kesejahteraan rakyat Manggarai. Posisi pemimpin seperti sopir yang memegang stir. Dia bisa membawa kemudi ke jurang jika dia lengah dan tidak punya kemauan baik. Saat untuk mengubah telah tiba melalui Pilkada.  Perubahan itu harus menjadi kenyataan untuk Manggarai yang lebih baik bersama Hery-Heri.***  (Bersambung).

No comments:

Post a Comment