(Catatan
Pilkada ke-4)
Kanisius
Teobaldus Deki
Ribuan
massa pendukung Hery-Heri memadati tempat acara di Kampung Watu pada 5
September 2020. Hadir saat itu tokoh masyarakat dan politik Manggarai seperti
Drs. Christian Rotok, mantan bupati 2 periode, Drs. Frans Padju Leok, mantan
Sekda Manggarai dan Penjabat Bupati Manggarai Timur, Seltus Mitak, S.H, mantan
Sekda Manggarai, Rofinus Mbon, S.H, mantan Sekda Manggarai Barat. Belum
termasuk tokoh adat dan masyarakat yang datang dari pelbagai kecamatan dan
kelurahan atau desa. Tokoh-tokoh ini secara sadar hadir untuk memberikan dukungan politik
bagi H2N.
Ada
satu focus tema yang sama hari itu. Semua orator memiliki perspektif yang sama.
Ketua-ketua DPD/DPC Partai Politik menyuarakan saatnya Manggarai harus berubah
ke arah yang lebih baik. Selama 5 tahun kepemimpinan Deno-Madur belum membawa
perubahan yang diharapkan. “Mengapa kita ingin maju dan memenangkan Pilkada
ini, karena kita belum melihat kemajuan yang significant oleh pemimpin
sebelumnya. Jikalau saja ada perubahan, lebih baik sedikit saja, maka tak perlu
bersusah-susah. Mereka kita percayakan lagi. Namun karena yang kita harapkan
tidak terjadi, maka kita maju untuk membawa Manggarai lebih baik dari kemarin”,
kata Pak Hery Nabit dalam orasi politiknya.
Membaca
Ketertinggalan Manggarai
Selaku
calon Bupati, Pak Hery Nabit menandaskan begitu banyak persoalan masyarakat
Manggarai yang belum terpecahkan. Mayoritas penduduk Manggarai adalah petani.
Sector yang menyumbang paling besar PAD kabupaten kita juga datang dari
pertanian, perkebunan, kelautan dan kehutanan. Namun betapa kebutuhan petani
tidak terurus dengan baik. “Jikalau kami terpilih, kami tidak biarkan
petani-petani kekurangan pupuk lagi. Kami berusaha agar pupuk datang tepat
waktu sejalan dengan jumlah kebutuhan petani”, ujar Pak Hery. Selama ini memang
petani menjerit karena langkanya ketersediaan pupuk. Selain itu, untuk
mengurangi ketergantungan kepada pupuk dari luar, mereka juga berikhtiar untuk
memberdayakan petani demi menghasilkan pupuk sendiri.
Pertumbuhan
ekonomi kita yang seret juga disebabkan oleh kecilnya jumlah Usaha Mikro Kecil
dan Menengah (UMKM). “Kita ingin agar masyarakat kita tidak lagi hanya menjadi
penyiap bahan baku, tetapi juga menghasilkan produk jadi. Kita akan bekerja
sama dengan dunia usaha untuk menyalurkan produk-produk kita. Kita akan
tumbuhkan minat entrepreneur pada
generasi muda sehingga pertumbuhan ekonomi kita lebih baik”, ungkapnya. Hasl ini
memang beralasan. Jumlah UMKM kita lebih kecil dari banyak daerah di NTT.
Sejalan
dengan itu, untuk membangun ekonomi kerakyatan, kuantitas dan kualitas koperasi
di Manggarai harus diperhatikan. “Kita terus mendorong agar kehidupan
perekonomian kita dibangun dengan mengutamakan kekuatan sendiri. Kita punya
banyak potensi yang seharus bisa lebih dioptimalkan lagi. Sector keuangan
misalnya, selain lembaga bank, kita kembangkan koperasi sebagai sokoguru
perekonomian bangsa dan daerah. Kita perkuat koperasi-koperasi yang sudah ada, kita
kerja sama dengan Pusat Koperasi Kredit Manggarai (Puskopdit), bangun koperasi
yang benar di tempat yang belum punya, sehingga rakyat merasakan manfaatnya
secara nyata”, jelasnya.
Sector
perdagangan menjadi salah satu penggerak ekonomi. Ada banyak potensi yang terus
dikembangkan di Manggarai. Komoditi-komoditi eksport seperti kopi, cengkeh,
fanili, cokelat, jambu mente, jahe, dll dikembangkan terus supaya hasil
produksinya meningkat dan mutunya terjamin. Tanaman-tanaman baru seperti porang
dikembangkan terus sehingga memberi manfaat bagi petani. “Untuk kopi arabika kita
sudah mengantongi Sertifikat Indikasi Geografis. Itu artinya sudah ada
pengakuan nasional dan dunia bagi mutu kopi kita. Bahwa kopi kita bermutu
tinggi. Tinggal saja bagaimana program-program di bidang ini diinovasi supaya
produktivitas kita meningkat dan memberi kontribusi bagi petani”, ungkapnya. Memang,
sejak SIG diumumkan ke publik, belum ada geliat pemerintah dalam bentuk program menuju kepada
implementasi yang riil. Jika ISG ini menjadi nyata dalam program pemberdayaan
petani dan peningkatan mutu, maka kopi-kopi kita menjadi produk prioritas yang
dicari pasar luar negeri.
Inovasi
pertanian juga dilakukan. Ada banyak lahan tidur di Manggarai. Lahan-lahan itu
dibiarkan menjadi belukar. Tidak dimanfaatkan. “Kita bangun pertanian dengan focus-fokus
sesuai kondisi tanah. Ada tanah yang bisa ditanami kopi, kita tanam kopi. Juga untuk
tanaman-tanaman yang lainnya. Tanah kita subur. Mari kita bekerja giat agar
tanah-tanah ini memberikan manfaat. Tidak ada lagi lahan yang dibiarkan
terlantar dan tidak dimanfaatkan. Pemerintah perlu melakukan intervensi”,
katanya.
Sejalan
dengan penetapan Labuan Bajo sebagai destinasi pariwisata super premium, kabupaten Manggarai adalah kabupaten penyanggah
kebutuhan-kebutuhan daerah pariwisata itu. “Penetapan itu harus memberi efek
positif bagi kita. Pertanyaannya, apa yang harus kita buat? Kita baca kebutuhan
mereka, kita buat program yang memberi manfaat bagi pelaku usaha dan petani
sehingga produk-produk kita bisa terjual. Kelemahan selama ini adalah pada
level pimpinan daerah belum membangun komunikasi dan kerja sama yang sistematis
dengan kabupaten Manggarai Barat dan dunia usaha di sana. Kita perlu bangun
komunikasi”, tandasnya. Evaluasi memperlihatkan program Simantri belum berhasil
meningkatkan perekonomian masyarakat Manggarai. Manajemen pemasaran belum
dibuat sistematis. Ketika produksi menjadi banyak, petani kelabakan. Sudah susah
payah menghasilkan, tidak bisa menjadi uang. “Ini kita perlu perbaiki. Rakyat
tidak boleh rugi”, komitmennya.
Manggarai
Butuh Pemimpin Baru
Dari
sebagian fakta-fakta ini, Manggarai butuh perubahan. Perubahan pada focus, program
dan metode pembangunan. Pembacaan atas potensi Manggarai mewajibkan sisi tilik
kritis untuk membangun inovasi baru. “Jika melihat potensi yang ada di
Manggarai ini, tak seharusnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) kita seperti ini
saja. Kita masih bisa memaksimalkannya. Kesejahteraan adalah tujuan akhir dari
pembangunan dan kemajuan. Selama kita masih dengan metode yang lama maka
pembangunan berjalan di tempat. “Dengan memperkuat focus pembangunan berbasis
pemetaan potensi daerah, akan muncul banyak UMKM, berarti banyak lapangan kerja
yang dibuka. Tingkat pengangguran bisa ditekan. Jika banyak usia produktif yang
bekerja di berbagai sector maka akan banyak income
(pendapatan) yang akhirnya akan memberi efek positif pada PAD”, tandasnya.
Untuk
mencapai perubahan itu, leadernya
memberi pengaruh yang kuat. Perubahan pada leader
sedemikian penting sehingga erat kaitannya dengan rencana capaian
pembangunan. “Perubahan-perubahan itu tidak bisa dijalankan dengan pemimpin
seperti saat ini. Kita akan tertinggal jauh. Daerah ini butuh energy lebih. Karena
itu, pada Pilkada ini momentum perubahan itu harus kita buat”, katanya.
Pada
seorang leader, kemampuan-kemampuan
strategis harus dipunyainya. Setidaknya, minimal tiga hal ini. Pertama, kemampuan organisitoris yang
handal. Bisa membangun teamwork yang
bagus, memberi motivasi dan spirit. Seorang manajer yang sanggup memetakan
kemampuan person-person yang ada dalam tim untuk bekerja sesuai visi, misi dan
program kerja daerah.
Kedua, attitude. Ada kemauan yang kuat untuk
mengabdi sepenuh hati. Daerah ini butuh orang yang segenap jiwa dan raganya ada
untuk Manggarai. Attitude itu muncul
pada disposisi batin seorang pemimpin. “Kita tidak menjalankan sesuatu demi
keuntungan sendiri. Evaluasi atas kinerja kepemimpinan selama 5 tahun terakhir
sungguh memrihatinkan. Berkantor di desa malah banyak mendatangkan kerugian
daripada manfaat positifnya. Kita tidak ingin rakyat dan pemerintahan desa kita
digarong oleh system tatakelola organisasi pemerintahan yang salah”, ujarnya. Attitude menurut Pak Hery adalah bagian
dari morality. “Jikalau tidak ada
kemauan kuat untuk membawa daerah ini kepada kemajuan dan kesejahteraan
masyarakat maka itu tandanya moralitas pemimpin harus dipertanyakan”, imbuhnya.
Ketiga, pembangunan
jaringan (networking). Kita mesti
membangun jaringan yang kuat dengan semua pihak. Pemerintah Pusat dan Provinsi
juga dengan kabupaten-kabupaten lain. Demikian halnya dengan dunia usaha dan
partai politik. “Ketergantungan kita kepada dana trasferan pusat sangat tinggi.
Mari kita bangun jaringan supaya dana-dana pusat mengalir untuk membiayai
kebutuhan pembangunan kita di daerah. Kerja sama dengan Parpol menjadi penting.
Mereka ada jaringan di semua level: DPR dan Kementerian. Begitu juga dengan
dunia usaha. Kita akan membangun kerja sama dengan Negara-negara lain yang
membutuhkan tenaga kerja trampil. Kita akan kirim tamatan STIKES ke luar
negeri. Kita punya kemampuan untuk membangun jaringan kerja sama internasional
semacam itu”, jelas Pak Hery, tamatan Institute of Social Studies- Den Haag
Belanda ini.
Dalam
alur itulah mengganti pemimpin merupakan sebuah keharusan. Pernyataan “ganti
bupati-wakil bupati” bukan sekadar sebuah jargon melainkan kebutuhan bagi
kemajuan dan kesejahteraan rakyat Manggarai. Posisi pemimpin seperti sopir yang
memegang stir. Dia bisa membawa kemudi ke jurang jika dia lengah dan tidak
punya kemauan baik. Saat untuk mengubah telah tiba melalui Pilkada. Perubahan itu harus menjadi kenyataan untuk
Manggarai yang lebih baik bersama Hery-Heri.*** (Bersambung).
No comments:
Post a Comment