Friday, 11 September 2020

Pengusaha Jadi Pemimpin Daerah, Why Not?

(Catatan Pilkada Bagian ke-3)



Kanisius Teobaldus Deki

Pada 10 Juni 2019 saya bertolak ke Labuan Bajo. Saya memenuhi undangan Pak Gubernur NTT untuk mengikuti Rapat Koordinasi (Rakor) Gubernur dengan para bupati/walikota bersama pelaku usaha dan petinggi lembaga keuangan se-NTT. Bagi saya, ini kesempatan yang strategis untuk ikut langsung dalam diskusi tentang pembangunan NTT. Pagi 11 Juni 2019, pkl. 08.30 saya memasuki lobby hotel Ayana yang masyur itu. Lalu registrasi. Sebuah ketakjuban yang sulit dihindari saat menyaksikan keindahan Labuan Bajo dan pulau-pulaunya dari lobby hotel.

Tempat Rakor di lantai bagian bawah. Saya menuruni gedung dengan lift. Di sana sudah banyak yang hadir. Para bupati dan wali kota sudah siap di ruang rapat. Demikianpun petinggi lembaga keuangan, baik bank maupun koperasi. Saya duduk bersebelahan dengan direktur utama bank NTT. Bagi saya, pertemuan ini memiliki nilai yang sangat besar daya ungkitnya untuk membangun kebijakan pembangunan di NTT. Ada banyak hal yang membantu untuk memperluas wawasan sekaligus memperkuat komitmen pelayanan untuk bidang kerja masing-masing.

Tiga Fokus Utama Pak Gubernur

Para bupati dan walikota masing-masing diberi kesempatan untuk presentasi. Kami diminta menjadi penanggap. Biasalah, pada kesempatan ini, para kepala daerah unjuk kemampuan dan prestasi. Sesudahnya Gubernur mengomentari semua presentasi itu. Pertama, Pak Viktor membaca peta potensi daerah setiap kabupaten/kota. “Untuk Manggarai produk unggulan kalian adalah kopi. Hendaklah seluruh NTT mendapat pasokan kopi dari Manggarai. Semua hotel di sini menyediakan kopi asli Manggarai. Manggarai harus dikenal karena produksi kopinya yang mendunia”, berapi-api Pak Viktor saat itu bicara.

Memang pernyataan Pak Viktor ini sungguh mengena. Sejak zaman dahulu Manggarai menjadi terkenal karena produksi kopinya. Kopi Manggarai dikenal di berbagai Negara. Pada zaman Pak Gaspar Ehok dan Pak Christ menjadi bupati, sector ini sungguh diperhatikan. “Kami tidak lagi mendapat perhatian dari pemerintah. Anakan kopi yang kami miliki masih dari Bupati sebelumnya. Pendampingan oleh PPL untuk petani tanaman perdagangan tidak ada”, ujar petani saat kami melakukan assessment petani kopi dampingan Yayasan Ayo Indonesia di 12 desa dalam 5 kecamatan kabupaten Manggarai.

Hal kedua yang disentil oleh Pak Gubernur saat di Ayana adalah peran strategis kepala daerah untuk memajukan pertumbuhan ekonomi masing-masing wilayah. Bupati/Walikota adalah actor utama dalam merencanakan pertumbuhan ekonomi melalui penguatan sector-sektor unggulan daerah, manajemennya hingga distribusinya. “Tugas Bupati atau Walikota itu bukan untuk melantik pejabat, duduk diam dalam kantor. Itu tugas wakil Bupati dan Sekda. Tugas dia adalah menjual produk daerahnya. Dia pergi ke Negara-negara lain untuk menawarkan produk unggulannya sehingga mendatangkan keuntungan bagi daerahnya”, lanjut Pak Viktor.

Pak Viktor mencontohkan dirinya. Dia pergi ke luar negeri, nginap di hotel. Dia minum wine yang hargnya belasan hingga puluhan juta rupiah. Lalu dia teringat, kualitas tuak yang dimiliki rakyat NTT tidak jauh berbeda dengan minuman luar negeri. “Saya lalu punya niat menjadikan tuak NTT dengan branding yang baik, lalu lahirlah Sophia. Harga per botolnya lebih dari 1 juta rupiah. Dengan begitu ada keuntungan yang lebih besar baik bagi petani maupun dunia industry”, ungkapnya.

Hal ketiga adalah peran lembaga keuangan. Dikatakan Pak Gubernur bahwa lembaga keuangan, baik bank dan koperasi kredit punya peran besar untuk pengembangan ekonomi rakyat. Dunia usaha harus bekerja sama dengan lembaga keuangan untuk mengembangkan usahanya. Semakin banyak lembaga usaha, kebutuhan akan tenaga kerja semakin besar, peredaran uang juga besar dan pendapatan perkapita meningkat. “Bank NTT dan Koperasi Kredit saya andalkan untuk penyiapan modal usaha”, ujar Pak Viktor.

Saat itu saya bicara sebagai pemimpin koperasi kredit. Saya sampaikan bahwa lembaga kami bekerja sama dengan Asosiasi Petani Kopi Manggarai (Asnikom). Kami menyediakan dana bagi petani sehingga mereka tidak bergantung pada rentenir. Ada pinjaman musiman. Kami mendapat apresiasi untuk inovasi itu.

Lalu saya datang ke kondisi Manggarai. Memang sampai sejauh ini, pemerintah daerah belum membuat pemetaan instansi-instansi mana saja yang memungkinkan peningkatan pendapatan masyarakat. Bidang Koperasi misalnya berkantor dengan bidang-bidang lain: UMKM, tenaga kerja, transmigrasi, perijinan satu atap, dll. Banyaknya urusan membuktikan bahwa bidang koperasi dipandang sebelah mata, padahal koperasi adalah sokoguru perekonomian bangsa ini. Hal mana ketiadaan perhatian Pemerintah membuat koperasi kita belum semaju daerah lain di NTT.

Belajar dari Jokowi

Dalam perhelatan Politik Pilkada seperti saat ini, wacana tentang pengusaha jadi pemimpin daerah seolah berarah negative. Logika yang dibangun adalah akan ada pengerukan kekayaan daerah bagi keuntungan pribadi. “Jika kita memilih pengusaha menjadi pemimpin dia akan mencari keuntungan bagi dirinya!” Begitulah pernyataan yang dinyatakan agar mengarahkan pendukung untuk tidak memilih Hery Nabit. Pernyataan ini terbangun dari sebuah asumsi yang berlebihan.

Jika menilik sejarah bangsa Indonesia, foundator bangsa adalah para cendikia dan orang pergerakan. Soekarno yang aktivis bergandengan dengan Muhammad Hatta seorang ekonom. Dialah yang menghendaki Negara ini berbasis ekonomi gotong royong dalam wadah koperasi. Mereka menjalankan roda pemerintahan dengan susah payah. Mencari bantuan finansial hingga berhasil membangun pertumbuhan ekonomi. Tidak terdengar mereka memperkaya diri. Soekarno meninggal dalam kemiskinan. Kritik terhadap Soeharto menjadi sedemikian kencang karena bisnis anak-anaknya. Mereka mengarahkan kekuasaan untuk kepentingannya dan kroni-kroninya. Akhirnya, kekuasaan itu tumbang.

Jokowi menjadi contoh hidup bagaimana seorang pengusaha bekerja dalam kesederhanaan dan kesahajaannya membangun Indonesia. Sebagai pengusaha meubeler di Solo ia mampu menunjukkan dedikasi untuk kota itu sampai menjadi kota yang sukses dalam banyak hal. Demikian halnya di Jakarta saat menjadi gubernur. Ia tetap pribadi yang bersih. Jauh dari hiruk pikuk mencari keuntungan bagi diri, keluarga dan sahabatnya.

Ketika untuk kedua kalinya dipercaya rakyat Indonesia, Jokowi melihat bahwa perubahan paradigma kepemimpinan harus dilakukan demi akselerasi percepatan pembangunan bangsa ini. Perubahan itu bukan saja pada program kerja yang strategis dan urgen, tetapi juga pada person, orang yang memimpin kementerian dan BUMN. Ada banyak tokoh dari kalangan professional dan pengusaha yang dilibatkan dalam kabinet dan instansi pemerintah lainnya.

Waktu itu banyak suara keras yang menentang keputusan Jokowi. Namun Jokowi tetap jalan. Ia memunyai target percepatan pembangunan. Ia berusaha membangun Indonesia dengan energy yang lebih. Memang terlihat, pergerakan orang-orang kepercayaan Jokowi ini membangun prestasi luar biasa. Sebuah pilihan yang tidak salah sebagai orang yang mencintai Negara ini.

Dalam Pilkada kali ini, majunya pasangan Hery-Heri ada dalam ikhtiar Jokowi dan spirit Viktor yang selalu ingin mengeluarkan NTT dari ketertinggalan dan kungkungan kemiskinan. Manggarai tanah yang subur. Penduduknya bukan kumpulan orang malas. Mereka hanya butuh spirit seorang yang memiliki mental usaha. Jika mereka menanam tomat, sayur, buah-buahan ada yang membeli secara tetap. Ada link dengan dunia usaha (hotel dan restoran), bukan terlunta-lunta dan jadi layu di pinggir jalan Labuan Bajo. Jika mereka menanam kopi, fanili dan cengkeh harganya baik, karena ada pemimpin yang paham alur usaha yang bergelut secara nyata dalam dunia itu. Karena, jika rakyat sudah menanam dan memelihara dengan susah payah tanpa ada yang membeli, itu adalah sebuah PHP (pemberian harapan palsu).

Manggarai ini harus jaya lagi. Posisi kabupaten Manggarai sangat strategis saat Labuan Bajo menjadi “Super Premium Destination” pariwisata dunia. Kabupaten ini mengambil bagian dalam pasokan pangan dan kebutuhan lainnya. Hentikan sudah PHP, kita harus bergerak dalam paradigma baru bersama pemimpin baru. Pengusaha jadi pemimpin daerah adalah keniscayaan demi Manggarai yang lebih maju dan sejahtera. Hery-Heri siap untuk rakyat Manggarai!***


8 comments:

  1. Selamat malam kaka. ulasan yang luar biasa. seorang visioner harus memiliki jiwa ekonomis, saatnya Manggarai bangkit dalam kekayaan yang dimiliki.

    ReplyDelete
  2. Mantap dan sangat mencerahkan ..

    ReplyDelete
  3. mencerahkan sekali e pak,, terima kasih ulasannya pak.🙏

    ReplyDelete
  4. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  5. Kita butuh bupati yang memiliki.jiwa kewirausahaan...mantap pa.Nik

    ReplyDelete
  6. Sepakat kk Nik, Dengan Meningkatnya Tingkat kelulusan sarjana Strata1 dan diploma setiap tahunnya NTT Pada Umumnya Dan manggarai pada khususnya Kita sangat butuhkan seorang pemimpin dari sektor sewasta, dengan harapan bisa membangkitkan dan menggali sumber2 potensial dari sektor sewasta sehinggaga generasi2 kita tidak hanya berpatokan pada CPNS saja.

    ReplyDelete
  7. Slm super pa heri anak petani kecil bersuara pa ,mohon diperjuangkan harga komoditi ,yg saat ini dipermaikan hargax oleh pengusaha 2 di manggarai ,kami berharap kirax bapak terpilih dlm pemilihan 9 desember akan datang ,agar pemerintah berperan penting dlm ketetapan harga komoditi hasil pertanian ,sehingga petani sungguh2 puas dengan harga hasil tani mereka ,dengan rendah harga harga komuditiy hasil pertanian di mangarai maka berakibatkan masayarakat bralih prowesi dri peni menjadi prantau krja klapa sawit,disini kami berharap agar natix Bapak,untuk pro rayat kecil!!

    ReplyDelete
  8. perkuat Tim HERY-HERI sampai keakar rumput. awas serangan fajar nanti.

    ReplyDelete