Catatan 100 Tahun Paroki Katedral Ruteng
Kanisius Teobaldus Deki
Dosen STIE Karya, Penulis Buku 100 Tahun Paroki Katedral
Perempuan Flores-Foto Kurt Piscatty
Catatan:
Artikel ini butuh pengembangan. Silahkan memberikan masukkan.
Sudah sejak lama para perempuan ikut secara langsung dalam membangun
gereja di Manggarai. Mereka adalah para ibu dari guru-guru yang mendampingi
suami ke mana saja suami mereka ditugaskan. Perkembangan terus berlanjut.
Terbukalah mata mereka untuk ikut serta secara langsung. Pada 16 Desember 1968
di Ruteng terbentuklah organisasi Wanita Katolik. Mereka membangun kursus
menjahit, memasak dan menanam sayur-sayuran.[1]
Dari organisasi ini diketahui bahwa pada tahun 1967 ada 20 orang mengikuti
kursus-kursus yang diselenggarakan dalam dua gelombang. Tahun 1968 ada 10 orang
untuk satu gelombang.
Untuk melaksanakan program ini ada ibu G. Maun sebagai ketua dan
anggota-anggotanya Ibu R. Mecco, ibu M. Agus, ibu J. Pandang. Mereka juga
membuka kegiatan yang sama untuk wilayah Timung, Karot, Lawir dan Pagal. Mereka
bahkan menyebut dirinya sebagai Sekolah Rumah Tangga (SRT).[2]
Dukungan Gereja Katolik melalui Uskup Ruteng, Mgr. van Bekkum sangatlah
besar. Juga melalui pendampingan P. Niko Bot dan P. Hila Gudi. Mereka secara
mandiri mengumpulkan uang dan mencari sponsor agar kursus ini berjalan dengan
baik.[3]
Sebagai misal, untuk rencana anggaran biaya tahun 1969 sebanyak Rp. 64.000
dimintai bantuan pada Mgr. van Bekkum.[4]
Para wanita tidak hanya bergabung pada SRT. Ada juga Wanita Katolik
Republik Indonesia (WKRI) Cabang Ruteng yang dimulai tahun 1949 sebagai
“Organisasi Wanita Fatima”[5]
dan diperkokoh tahun 1956. Sebagai WKRI[6]
Dalam sebuah laporan tentang Anggota Aktif WKRI tahun 1965 diketahui
kepengurusan sebagai berikut:
Ketua : Ny. Ald. Kumaat Wowor; Wakil Ketua: Theresia Djemali; Panitera
I: Ny. M. Agus; Panitera II: Ny. N. Pandang; Bendahara I: Ny. Theresia Mece;
Bendahara II: Ny. Fien Papu; Pembantu: Ny. Paulina Berahi; Anggota: Ny. Agatha
Djegaut, Thr. Diul, M. Hagul, Martha Ambre, Marthina Soe, El. Anggal, Agatha
Dare, Sus. Djedoma, M. Kumpul, Lucia Kaunang, Monica Apul, Barbara Heng dan Joh
Kabut.
Dalam surat ini tugas WKRI adalah menolong pemerintah dan ABRI dalam
operasi pemulihan keamanan dengan moral dan material. WKRI Cabang Ruteng
“Fatima” berdikari, menjunjung tinggi kedisiplinan dan memeroleh penasihat
rohani yang ditunjuk oleh Wali Gereja.[7]
Pada sebuah pertemuan yang dilangsungkan di Ruangan SKKP 17 Juli 1965, Uskup
Ruteng Mgr. van Bekkum menyambut baik segala bentuk niat dan upaya kaum
perempuan untuk memberdayakan dirinya. Bapak Uskup meminta kepada WKRI untuk
membangun jaringan dengan para suster atau biara yang memiliki perhatian
terhadap perjuangan perempuan, memajukan pendidikan lanjutan untuk kaum perempuan,
dan menghubungi organisasi perempuan Katolik di Jerman melalui bantuan P.
Markus Malar yang baru pulang dari cutinya.[8]
Dalam kaitan dengan peristiwa Gerakan 30 September (G.30.S) WKRI
menyampaikan surat pernyataan terbuka yang isinya 1) Berbelasungkawa dengan
gugurnya para jenderal di Lubang Buaya. 2) Mengutuk habis-habisan PKI dan
ormas-ormasnya yang tak bertuhan dan berperikemanusiaan. 3) Mengutuk
habis-habisan Gerwani yang kejam ngeri dan bengis, yang telah menganiaya para
jenderal di Lubang Buaya. 4) Membantu pemerintah secara moril dan material
untuk menumpas segala bentuk gerakan PKI dan Gerwani.[9]
WKRI memiliki beberapa Cabang, antara lain: Ruteng, Reok, Lamba/Todo,
Denge, Borong, Kuwus Ranggu. Jumlah anggotanya: Ruteng berjumlah 52 orang, Reok
40 orang, Lamba/Todo 170 orang, Denge 30 orang, Borong 65 orang dan Ranggu
Kuwus 60 orang. Anggota WKRI bahkan mengumpulkan uang sebanyak Rp. 40.000 untuk
disumbangkan kepada Pemerintah dan ABRI guna menumpas G.30.S.[10]
Melalui surat No. 6/WKRI/I/1967 disampaikan kepada seluruh gereja di
Manggarai tentang kehadiran organisasi Wanita Katolik Republik Indonesia
(WKRI). Surat ini merupakan kelanjutan dari Pengurus Komda NTT untuk membentuk
Badan Pengurus Sub Komda sebagai bagian tak terpisahkan dari Partai Katolik.
Adapun susunan kepengurusan WKRI Sub Komda Manggarai diketuai oleh Theresia
Sedia, Wakil Ketua Nyonya M. Agus dan Panitera I D. Nabit.[11]
Pendampingan rohani terhadap organisasi ini diberikan oleh seorang
pastor Moderator, P. Hila Gudi.[12]
Mereka selalu menyampaikan laporan kegiatan dan permohonan pendampingan. Hal
ini sungguh disadari sebagai bagian tak terpisahkan dari perutusan mereka
sebagai rasul.[13]
Lama tak terdengar tentang WKRI di paroki Katedral. Melalui Surat
Keputusan 11/DPD NTT/XII/2017 diperoleh susunan organisasi WKRI periode
2017-2021. Itu berarti WKRI sudah hidup kembali sebagai sebuah organisasi
perempuan yang pernah memberikan sumbangan berharga bagi Gereja. Terdapat 88
orang sebagai anggota. Duduk sebagai penasehat rohani Rm. Benediktus Bensi Pr,
penasehat organisasi perempuan, Ibu Filomena Jemimit Madur. Pengurus intinya,
ketua, Yosephine Christianie, wakil ketua, Petronela Nori Woda, Sekretaris I,
Yacinta A. Jelina, Sekretaris II, Kristina Nindi Watang, Bendahara I, Jeane Gampu,
Bendahara II, Lusi Hildegardis Sukacita.[14]
Ada 5 bidang dalam WKRI, bidang Organisasi (Ketua: Dorothea Bohas, 13
anggota), bidang Pendidikan (Ketua: Fransiska Bangkur, 12 anggota), bidang
Kesejahteraan (Ketua: Inocensia Hesty Ngajang, 19 anggota), bidang Hubungan
Masyarakat (Ketua: Christina B. Tarigan, 17 anggota), bidang Usaha Dana (Ketua;
Tuty Djarut, 21 anggota).
Melalui Surat, Ketua Presidium WKRI NTT menyampaikan ucapan terima kasih
kepada pemegang mandate Ibu Tuty Djarut dan ibu Yustin Romas yang telah
menjalankan tugas dengan baik. Terima kasih juga diarahkan kepada pastor paroki
Rm. Benediktus Bensi Pr, Ketua DPP bapa Erlan Yusran, SH, MH, CPL yang telah
memfasilitasi pembentukkan WKRI Paroki Katedral Cabang Santa Maria
Assumpta-Santo Yoseph Katedral Ruteng.[15]
Ada begitu banyak kegiatan yang dilakukan oleh WKRI paroki Katedral.
Secara internal, kegiatan pembekalan untuk peningkatan mutu pelayanan
dilakukan. WKRI terlibat dalam kegiatan Vox Populi Institue (Vox Point) dengan
tema: Menggagas Masa Depan Indonesia yang lebih maju”[16],
Dialog Temu Caleg[17],
mengikuti Kogres XX tahun 2018[18]
serta pertemuan rutin.
Selain itu, pelayanan eksternal organisasi ini dilakukan untuk membangun
pendampingan terhadap kaum muda, misalnya melakukan sosialisasi pentingnya
toleransi dalam kehidupan beragama bagi siswa lintas agama di kecamatan Langke
Rembong.[19] Kegiatan ini terlaksana
karena secara nasional ada fakta ancaman terhadap intoleransi yang luar biasa.
Selain itu kegiatan ini adalah pilot project setelah ketua Bidang Humas WKRI
Katedral, Christina Br Tarigan, mendapat kesempatan untuk mengikuti Short Term Awards Leadership for Senior
Multi-faith Woman Leaders 2019 di Melborne Australia.[20]
Kegiatan di bidang kesehatan dilakukan melalui pendampingan anak yang
mengalami stunting (gagal tumbuh). Di
paroki Katedral terdapat 21 anak yang mengalami stunting pada tahun 2019. Terdata juga jumlah ibu yang sedang hamil
dengan nama kepala keluarganya.[21]
Untuk membantu anak-anak, ibu hamil dan keluarga yang mengalami stunting, WKRI
mengadakan kegiatan anjangsana ke Wilayah VI dan VII dan memberikan berbagai
bantuan.[22]
Dalam bidang pelayanan rohani, WKRI paroki Katedral juga ikut menanggung
koor dalam perayaan ekaristi sesuai penjadwalan dari paroki.
[1] Dokumen Hasil Sidang Wanita Katolik Pusat di Ruteng 16 Desember 1968.
[2] Dokumen 12 Juni 1967, Mei 1967, 1
September 1967, 1 November 1967, 1 September 1968.
[3] Dokumen Pertanggungjawaban Keuangan SRT Wanita Katolik tahun 1967.
[4] Dokumen Rapat Wanita Katolik Pusat Ruteng, 20 Desember 1968.
[5] Dokumen Surat Pernyataan 21 Juni 1964. Bdk. Surat 14 April 1954 dari
Organisasi Wanita “Fatima”.
[6] Dokumen Surat 18 Desember 1965.
[7] Dokumen Surat 1965.
[8] Dokumen Keputusan WKRI 17 Juli 1965.
[9] Dokumen Surat tertanggal 15 Desember 1965.
[10] Dokumen Surat 28 Desember 1965.
[11] Dokumen Surat 18 April 1967.
[12] Dokumen Surat 26 Juni 1964 dan 27 Juni 1964.
[13] Dokumen Surat 27 Desember 1965.
[14] Dokumen Surat Keputusan, 10 Desember 2017.
[15] Dokumen Surat, 14 Februari 2018.
[16] Dokumen Surat Undangan, 5 Agustus 2019.
[17] Dokumen Surat Undangan, 14 Februari 2019.
[18] Dokumen Surat, 20 Oktober 2018.
[19] Dokumen Surat, 15 Juni 2019.
[20] Dokumen Surat dari Australia Awards, 18 April 2019.
[21] Dokumen Data WKRI bersumber pada
Puskesmas Kota tahun 2019.
[22] Dokumen Surat, 18 Februari 2019.
No comments:
Post a Comment