Tuesday, 17 March 2020

Perempuan Membangun Gereja


Catatan 100 Tahun Paroki Katedral Ruteng
Kanisius Teobaldus Deki

Dosen STIE Karya, Penulis Buku 100 Tahun Paroki Katedral

Perempuan Flores-Foto Kurt Piscatty
Catatan: 
Artikel ini butuh pengembangan. Silahkan memberikan masukkan.
Sudah sejak lama para perempuan ikut secara langsung dalam membangun gereja di Manggarai. Mereka adalah para ibu dari guru-guru yang mendampingi suami ke mana saja suami mereka ditugaskan. Perkembangan terus berlanjut. Terbukalah mata mereka untuk ikut serta secara langsung. Pada 16 Desember 1968 di Ruteng terbentuklah organisasi Wanita Katolik. Mereka membangun kursus menjahit, memasak dan menanam sayur-sayuran.[1] Dari organisasi ini diketahui bahwa pada tahun 1967 ada 20 orang mengikuti kursus-kursus yang diselenggarakan dalam dua gelombang. Tahun 1968 ada 10 orang untuk satu gelombang.
Untuk melaksanakan program ini ada ibu G. Maun sebagai ketua dan anggota-anggotanya Ibu R. Mecco, ibu M. Agus, ibu J. Pandang. Mereka juga membuka kegiatan yang sama untuk wilayah Timung, Karot, Lawir dan Pagal. Mereka bahkan menyebut dirinya sebagai Sekolah Rumah Tangga (SRT).[2]
Dukungan Gereja Katolik melalui Uskup Ruteng, Mgr. van Bekkum sangatlah besar. Juga melalui pendampingan P. Niko Bot dan P. Hila Gudi. Mereka secara mandiri mengumpulkan uang dan mencari sponsor agar kursus ini berjalan dengan baik.[3] Sebagai misal, untuk rencana anggaran biaya tahun 1969 sebanyak Rp. 64.000 dimintai bantuan pada Mgr. van Bekkum.[4]
Para wanita tidak hanya bergabung pada SRT. Ada juga Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) Cabang Ruteng yang dimulai tahun 1949 sebagai “Organisasi Wanita Fatima”[5] dan diperkokoh tahun 1956. Sebagai WKRI[6] Dalam sebuah laporan tentang Anggota Aktif WKRI tahun 1965 diketahui kepengurusan sebagai berikut:
Ketua : Ny. Ald. Kumaat Wowor; Wakil Ketua: Theresia Djemali; Panitera I: Ny. M. Agus; Panitera II: Ny. N. Pandang; Bendahara I: Ny. Theresia Mece; Bendahara II: Ny. Fien Papu; Pembantu: Ny. Paulina Berahi; Anggota: Ny. Agatha Djegaut, Thr. Diul, M. Hagul, Martha Ambre, Marthina Soe, El. Anggal, Agatha Dare, Sus. Djedoma, M. Kumpul, Lucia Kaunang, Monica Apul, Barbara Heng dan Joh Kabut.
Dalam surat ini tugas WKRI adalah menolong pemerintah dan ABRI dalam operasi pemulihan keamanan dengan moral dan material. WKRI Cabang Ruteng “Fatima” berdikari, menjunjung tinggi kedisiplinan dan memeroleh penasihat rohani yang ditunjuk oleh Wali Gereja.[7] Pada sebuah pertemuan yang dilangsungkan di Ruangan SKKP 17 Juli 1965, Uskup Ruteng Mgr. van Bekkum menyambut baik segala bentuk niat dan upaya kaum perempuan untuk memberdayakan dirinya. Bapak Uskup meminta kepada WKRI untuk membangun jaringan dengan para suster atau biara yang memiliki perhatian terhadap perjuangan perempuan, memajukan pendidikan lanjutan untuk kaum perempuan, dan menghubungi organisasi perempuan Katolik di Jerman melalui bantuan P. Markus Malar yang baru pulang dari cutinya.[8]
Dalam kaitan dengan peristiwa Gerakan 30 September (G.30.S) WKRI menyampaikan surat pernyataan terbuka yang isinya 1) Berbelasungkawa dengan gugurnya para jenderal di Lubang Buaya. 2) Mengutuk habis-habisan PKI dan ormas-ormasnya yang tak bertuhan dan berperikemanusiaan. 3) Mengutuk habis-habisan Gerwani yang kejam ngeri dan bengis, yang telah menganiaya para jenderal di Lubang Buaya. 4) Membantu pemerintah secara moril dan material untuk menumpas segala bentuk gerakan PKI dan Gerwani.[9]
WKRI memiliki beberapa Cabang, antara lain: Ruteng, Reok, Lamba/Todo, Denge, Borong, Kuwus Ranggu. Jumlah anggotanya: Ruteng berjumlah 52 orang, Reok 40 orang, Lamba/Todo 170 orang, Denge 30 orang, Borong 65 orang dan Ranggu Kuwus 60 orang. Anggota WKRI bahkan mengumpulkan uang sebanyak Rp. 40.000 untuk disumbangkan kepada Pemerintah dan ABRI guna menumpas G.30.S.[10]
Melalui surat No. 6/WKRI/I/1967 disampaikan kepada seluruh gereja di Manggarai tentang kehadiran organisasi Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI). Surat ini merupakan kelanjutan dari Pengurus Komda NTT untuk membentuk Badan Pengurus Sub Komda sebagai bagian tak terpisahkan dari Partai Katolik. Adapun susunan kepengurusan WKRI Sub Komda Manggarai diketuai oleh Theresia Sedia, Wakil Ketua Nyonya M. Agus dan Panitera I D. Nabit.[11]
Pendampingan rohani terhadap organisasi ini diberikan oleh seorang pastor Moderator, P. Hila Gudi.[12] Mereka selalu menyampaikan laporan kegiatan dan permohonan pendampingan. Hal ini sungguh disadari sebagai bagian tak terpisahkan dari perutusan mereka sebagai rasul.[13]
Lama tak terdengar tentang WKRI di paroki Katedral. Melalui Surat Keputusan 11/DPD NTT/XII/2017 diperoleh susunan organisasi WKRI periode 2017-2021. Itu berarti WKRI sudah hidup kembali sebagai sebuah organisasi perempuan yang pernah memberikan sumbangan berharga bagi Gereja. Terdapat 88 orang sebagai anggota. Duduk sebagai penasehat rohani Rm. Benediktus Bensi Pr, penasehat organisasi perempuan, Ibu Filomena Jemimit Madur. Pengurus intinya, ketua, Yosephine Christianie, wakil ketua, Petronela Nori Woda, Sekretaris I, Yacinta A. Jelina, Sekretaris II, Kristina Nindi Watang, Bendahara I, Jeane Gampu, Bendahara II, Lusi Hildegardis Sukacita.[14]
Ada 5 bidang dalam WKRI, bidang Organisasi (Ketua: Dorothea Bohas, 13 anggota), bidang Pendidikan (Ketua: Fransiska Bangkur, 12 anggota), bidang Kesejahteraan (Ketua: Inocensia Hesty Ngajang, 19 anggota), bidang Hubungan Masyarakat (Ketua: Christina B. Tarigan, 17 anggota), bidang Usaha Dana (Ketua; Tuty Djarut, 21 anggota).
Melalui Surat, Ketua Presidium WKRI NTT menyampaikan ucapan terima kasih kepada pemegang mandate Ibu Tuty Djarut dan ibu Yustin Romas yang telah menjalankan tugas dengan baik. Terima kasih juga diarahkan kepada pastor paroki Rm. Benediktus Bensi Pr, Ketua DPP bapa Erlan Yusran, SH, MH, CPL yang telah memfasilitasi pembentukkan WKRI Paroki Katedral Cabang Santa Maria Assumpta-Santo Yoseph Katedral Ruteng.[15]
Ada begitu banyak kegiatan yang dilakukan oleh WKRI paroki Katedral. Secara internal, kegiatan pembekalan untuk peningkatan mutu pelayanan dilakukan. WKRI terlibat dalam kegiatan Vox Populi Institue (Vox Point) dengan tema: Menggagas Masa Depan Indonesia yang lebih maju”[16], Dialog Temu Caleg[17], mengikuti Kogres XX tahun 2018[18] serta pertemuan rutin.
Selain itu, pelayanan eksternal organisasi ini dilakukan untuk membangun pendampingan terhadap kaum muda, misalnya melakukan sosialisasi pentingnya toleransi dalam kehidupan beragama bagi siswa lintas agama di kecamatan Langke Rembong.[19] Kegiatan ini terlaksana karena secara nasional ada fakta ancaman terhadap intoleransi yang luar biasa. Selain itu kegiatan ini adalah pilot project setelah ketua Bidang Humas WKRI Katedral, Christina Br Tarigan, mendapat kesempatan untuk mengikuti Short Term Awards Leadership for Senior Multi-faith Woman Leaders 2019 di Melborne Australia.[20]
Kegiatan di bidang kesehatan dilakukan melalui pendampingan anak yang mengalami stunting (gagal tumbuh). Di paroki Katedral terdapat 21 anak yang mengalami stunting pada tahun 2019. Terdata juga jumlah ibu yang sedang hamil dengan nama kepala keluarganya.[21] Untuk membantu anak-anak, ibu hamil dan keluarga yang mengalami stunting, WKRI mengadakan kegiatan anjangsana ke Wilayah VI dan VII dan memberikan berbagai bantuan.[22]
Dalam bidang pelayanan rohani, WKRI paroki Katedral juga ikut menanggung koor dalam perayaan ekaristi sesuai penjadwalan dari paroki.



[1] Dokumen Hasil Sidang Wanita Katolik Pusat di Ruteng 16 Desember 1968.
[2] Dokumen 12 Juni 1967, Mei 1967, 1 September 1967, 1 November 1967, 1 September 1968.
[3] Dokumen Pertanggungjawaban Keuangan SRT Wanita Katolik tahun 1967.
[4] Dokumen Rapat Wanita Katolik Pusat Ruteng, 20 Desember 1968.
[5] Dokumen Surat Pernyataan 21 Juni 1964. Bdk. Surat 14 April 1954 dari Organisasi Wanita “Fatima”.
[6] Dokumen Surat 18 Desember 1965.
[7] Dokumen Surat 1965.
[8] Dokumen Keputusan WKRI 17 Juli 1965.
[9] Dokumen Surat tertanggal 15 Desember 1965.
[10] Dokumen Surat 28 Desember 1965.
[11] Dokumen Surat 18 April 1967.
[12] Dokumen Surat 26 Juni 1964 dan 27 Juni 1964.
[13] Dokumen Surat 27 Desember 1965.
[14] Dokumen Surat Keputusan, 10 Desember 2017.
[15] Dokumen Surat, 14 Februari 2018.
[16] Dokumen Surat Undangan, 5 Agustus 2019.
[17] Dokumen Surat Undangan, 14 Februari 2019.
[18] Dokumen Surat, 20 Oktober 2018.
[19] Dokumen Surat, 15 Juni 2019.
[20] Dokumen Surat dari Australia Awards, 18 April 2019.
[21] Dokumen Data WKRI bersumber pada Puskesmas Kota tahun 2019.
[22] Dokumen Surat, 18 Februari 2019.

No comments:

Post a Comment