Tuesday 3 March 2020

Membangun Kerajaan Allah-Membentuk Komunitas Kasih


100 Tahun
Paroki Katedral Ruteng
   
Kanisius Teobaldus Deki, S.Fil., M.Th

James Harvey Robinson mendefinisikan sejarah sebagai segala yang diketahui tentang sesuatu yang telah dilakukan, atau dipikirkan, atau diharapkan atau dirasakan manusia.[1] Sejalan dengan itu, Carl Becker mengatakan bahwa sejarah adalah ingatan tentang hal-hal yang telah dikatakan dan diperbuat.[2] Dari dua defenisi itu, diketahui bahwa unsur penting dalam sejarah adalah kenyataan dan peristiwa yang benar-benar terjadi di masa lalu (past actuality), para pelaku, saksi mata dan dokumen-dokumen tertulis (historical resources) serta efek dari masa lalu terhadap masa kini.

Sebagai sebuah kajian historis, kami melakukan klasifikasi atas sumber-sumber. Utamanya, buku ini mengandalkan lima sumber sekaligus dalam dialektika yang berkesinambungan: catatan-catatan berupa dokumen tertulis, surta menyurat, foto, saksi mata yang masih hidup dan referensi buku, artikel dan berita (cetak dan online).
Secara umum, sumber-sumber dapat diklasifikasi dalam dua jenis yakni peninggalan-peninggalan (relics atau remains) dan catatan (records). Peninggalan-peninggalan manusia, surat, sastra, dokumen umum, catatan berbagai urusan dan sejumlah inskripsi tertentu. Untuk mendukung hal itu, penelisikan terhadap bahasa, adat istiadat dan lembaga-lembaga (pemerintah, adat), alat-alat dan artefak-artefak lainnya.
Catatan tertulis berupa dokumen, kronik, biografi, genealogi, memoir, catatan harian dan sejumlah inskripsi tertentu. Demi melengkapi itu, sumber-sumber lisan: sejarah lisan (oral history), ingatan lisan (oral reminder), tradisi lisan (oral tradition) berupa cerita atau kisahan, balada, anekdot, saga dan fonograf.
Dari pengalaman, kami bersyukur menemukan dokumen penting seperti Buku Pencatatan Baptis Paroki Katedral sejak awal misi di Manggarai, Surat-surat, buku-buku biografi para misionaris, biografi para imam pribumi, buku-buku sejarah gereja universal, sejarah gereja Indonesia, sejarah gereja Nusa Tenggara.[3]
Kendati sumber-sumber ini tidak secara khusus membahas tentang sejarah Gereja di Manggarai, namun di sana-sini terdapat ulasan tentang Manggarai walau secara sporadik. Perlu diapresiasi kerja publikasi yang dilakukan oleh Romo Eduard Djebarus Pr, seorang pastor dari Keuskupan Larantuka, yang menulis empat jilid buku penting bersama P. Dami Mukese SVD tentang biografi para misionaris Belanda.[4] Sejarah Pendidikan di Flores dan sejarah Paroki Sita. Publikasi-publikasi ini membantu kami untuk menelusuri jejak karya para misionaris yang tidak terekam di sumber tertulis lainnya.
Sumber tertulis lain diperoleh dari karya Dr. Y. Bettray tentang sejarah Gereja Keuskupan Ruteng dan karya Karel Streenbrink dalam tiga jilid berkaitan dengan orang-orang Katolik di Indonesia (1808-2005)[5] dan A History of Christianity in Indonesia yang disusun bersama Jan Aritonang.[6]
Foto-foto untuk memperkuat presentasi narasi diperoleh dari berbagai tempat baik Sekretariat Paroki, koleksi privat beberapa keluarga di Ruteng dan unduhan dari Digital Collections of KITLV: Universiteit Leiden, 2016-2019 dan koleksi pribadi Frans Yoseph Djalang. Khusus untuk semua kontributor foto kami ucapkan terima kasih banyak.
Sumber-sumber itu memberi arah dan pedoman langkah bagi kami untuk mengonfirmasi juga beberapa sumber-sumber tertulis (secondary sorces) dari sejarah profane (sosial dan politik), khususnya kehadiran Goa, Bima dan Belanda di Manggarai.  Karya Damian N. Toda tentang Historiografi Manggarai[7] menjadi salah satu sumber yang diandalkan. Konfirmasi juga dilakukan dengan beberapa narasumber pelaku yang masih hidup (primary sources).[8] Ini tentu tidak mudah. Sebuah studi komparatif yang berusaha menyelaraskan semua hal dan peristiwa dalam satu buku yang diharapkan komprehensif.
Selain menyajikan sebuah panorama sejarah (bab I-III), buku ini kami maksudkan membangun simpul-simpul baru bagi pertumbuhan dan perkembangan Gereja Katedral untuk 100 tahun yang akan datang. Karena itu, dibangun konstruksi-konstruksi wacana yang dimaksudkan sebagai titik pijak rancang bangun untuk maksud itu. Melalui bab IV terdapat hasil FGD (focus group discussion) dengan tokoh-tokoh dan umat terpilih (selected persons). Kepada kita dipresentasikan pokok-pokok penting pemikiran yang kiranya menjadi ingatan penting bagi terbentuknya Rencana Strategis (Renstra) Paroki Katedral untuk waktu yang akan datang. Pembidangan dibuat berbasis lima panca tugas perutusan gereja.
Bab V menyajikan beberapa input pakar yang kita mintai pikiran tentang tema-tema tertentu. Sayangnya, ada sekian yang diharapkan memberikan input berhalangan sehingga ada tema-tema tertentu tidak bisa dibedah. Terima kasih khusus kepada: Dr. Fransiskus Borgias (Universitas Parahyangan-Bandung), Rm. Alfons Segar Pr (Vikjen Keuskupan Rteng), Hortensio Mandaru (Lembagai Alkitab Indonesia-Jakarta), Dr. Mantovany Tapung (UKI Santo Paulus-Ruteng), Tarsis Hurmali (Yayasan Ayo Indonesia), Domi Waso, M.Th (Kemenag Kabupaten Manggarai), Rm. Mansuetus Hariman, Pr (Pastor Paroki Kumba), Rm. Yosef Tarong Pr (Komisi Kepemudaan Keuskupan Ruteng 1992), dr. Immaculata Veronika Djeluhut, M.Kes (Direktris RSUD Dr, Ben Mboi Ruteng) dan Dr. Hubertus Muda SVD (Lembaga van Bekkum-Verheijen).
Hal yang sama juga menjadi harapan bagi sharing iman para tokoh yang secara khusus ditampilkan pada bab VI buku ini. Mgr. Wilhelmus van Bekkum, SVD (uskup pertama Manggarai), Rm. Beben Gaguk Pr (Pastor Kapelan Paroki Katedral 2011-2014), Drs. Hyro Nawang (Ketua DPP Paroki Katedral 2005-2010), Erlan Yusran, S.H, M.H (Ketua DPP Paroki Katedral 2010-2023), Innocentius Peni (Ketua Badan Pengawas Keuangan Paroki Katedral 2010-2019), Ibu Maria Djelamut, BA (ketua organisasi rohani Legio Maria dan GIM), bapa Damianus Pantu (Ketua KBG St. Blasius, Rowang 1996-2020), bapa Tarsi Y. Budiman (Bendahara Paroki Katedral), Feliks Edon (Ketua Seksi Liturgi Paroki Katedral), Yulita Jebarut (anggota THS-THM), Laurens Guntur (Ketua OMK 2012-2015), Tarsi Narong (Umat KBG St. Rafael Redong), dan Bernadus Pais Nasur (Pendiri Yayasan Yapenkat Swakarsa). Terima kasih berlimpah untuk semua sharing iman yang boleh dibagikan dalam buku ini. Masih cukup banyak nama yang tidak memberikan naskah pengalaman mereka karena berbagai kesibukan.
Ada banyak pihak yang memberi kontribusi. Karena itu layaklah kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak berikut ini:
1.        Mgr. Silvester San Pr, Administrator Apostolik Keuskupan Ruteng yang telah menjadi gembala keuskupan ini sejak 2017 hingga terpilihnya uskup baru pada 13 November 2019 dan ditahbiskan pada 19 Maret 2020. Mgr. San telah melayani umat Keuskupan Ruteng, termasuk umat Paroki Katedral dengan sungguh-sungguh dan penuh cinta kasih.
2.      Rm. Benediktus Bensi Pr, pastor paroki katedral saat ini, para pastor paroki dan para romo kapelan yang telah berkarya di paroki ini atas semua partisipasinya dalam memberikan input dalam penyusunan buku ini: Rm. Alfons Segar Pr, Rm. Laurens Sopang Pr dan Rm. Deny Sulbadri Pr. Mereka membagikan pengalaman hidup mereka masing-masing untuk para pembaca buku ini.
3.       Ketua DPP saat ini, bapa Erlan Yusran, S.H, M.H bersama semua anggota DPP telah bertugas melayani kebutuhan umat paroki ini. Mereka telah memberikan diri dalam pelayanan sekuat tenaga dan perhatian yang total. Terima kasih untuk bapa Herman Djegaut (Ketua DPP periode 1992-1998, 2002-2005), bapa Hyro Nawang (Ketua DPP periode 2005-2010). Juga para ketua Wilayah dan ketua KBG yang tak bisa disebutkan satu per satu.
4.      Semua narasumber yang bersedia diwawancarai. Mereka telah meluangkan begitu banyak waktu. Tanpa mereka buku ini tidak memiliki isi dan bentuk. Terima kasih untuk Rm. Maxi Haber Pr yang membolehkan penggunaan referensi dari perpustakaan pribadinya di rumah keuskupan Ruteng.
5.      Terima kasih kepada Ibu Sinta, Ibu Helen, Pak Max dan semua tim sekretariat Paroki Katedral yang telah membantu kami menyediakan data, dokumen dan berbagai hal yang mendukung isi buku ini. Keramahan yang mereka tampilkan, kopi arabica yang nikmat dan suguhan pisang goreng panas, ikut memberi daya dongkrak penyelesaian buku ini tepat waktu.
6.      Teman-teman diskusi yang selalu menyertai penulisan buku ini, para Pengurus di Kopkardios: Pak Damas Agas dan Pak Domi Waso, rekan-rekan dosen kampus STIE Karya serta semua sahabat yang dengan caranya masing-masing memberi dukungan.
7.      Total supporting penulis peroleh dari keluarga kecil di Jl, Robusta 46: Yosefina Pantu, S.Kom, Joseph Aristarchus de Deki (Star) dan Elijah Carstenzs de Deki (Atenzs) untuk semua kebaikan dan kesempatan yang boleh penulis terima dalam proses penelitian, penyusunan dan finishing buku ini. Juga untuk segala kebaikan Mbak Ida Prasetyowati dan Mas Amir yang memproses lay-out dan printing buku ini, berganda terima kasih.
Dalam membangun epistemology buku ini, kami lalu sadar bahwa membicarakan Paroki Katedral berarti membicarakan Keuskupan Ruteng. Cikal bakal Keuskupan Ruteng dari terbentuknya Stasi kemudian Dekenat lalu Vikariat. Bersamaan dengan kelahiran Vikariat, Paroki Ruteng langsung menjadi Paroki Katedral sebagai tempat kedudukan Uskup. Oleh karena itu, menjadi mustahil hanya membincangkan Paroki Katderal tanpa Keuskupan pun sebaliknya. Buku ini mempresentasikan dua entitas itu secara bersamaan dalam citarasa komparasi yang saling melengkapi. Itu makanya, membahas Katedral secara spesifik kelihatannya butuh waktu yang cukup panjang. Bisa jadi, pada suatu saat akan ada publikasi khusus yang membicarakan dua objek itu secara maksimal hanya untuk satu tema atau bidang.
Buku ini tentu jauh dari sempurna. Di sana-sini masih banyak kekurangan. Tentu akan ada banyak perbaikan setelah cetakan pertama ini. Karenanya, koreksi dan catatan kritis yang konstruktif-analitik dari pembaca kami terima dengan senang hati.

Ruteng, 1 Desember 2019

Kanisius Teobaldus Deki, S.Fil., M.Th


[1] James Harvey Robinson, The New History (New York: The Free Press, 1965), hal. xi-xii.
[2] Carl Becker, Everyman His Own Historian (Chicago: Quadrangle Books, 1966), hal. 235
[3] Semua sumber yang digunakan dalam buku ini dinyatakan dalam catatan kaki (footnote) dan daftar pustaka (bibliography).
[4] Judul buku empat jilid: Indahnya Kaki Mereka-Telusur Jejak Para Misionaris Belanda (Ende: Provinsi SVD Ende & Nederlan, 2004).
[5] Diterbitkan oleh Penerbit Ledalero, Jilid I: 2006, Kilid II: 2006 dan Jilid III: 2018.
[6] Diterbitkan oleh Koninklijke Brill NV, Leiden, The Netherlands, 2008.
[7] Diterbitkan oleh Penerbit Nusa Indah 1999.
[8] Daftar Narasumber kami Lampirkan dalam bagian catatan kaki (footnote) dari buku ini, kecuali atas permintaan sendiri tidak dimasukkan ataupun peserta FGD.

2 comments: