Monday 17 September 2018

Karya Roh Kudus Itu Nyata!


 




Kanisius Teobaldus Deki S.Fil., M.Th
Umat Paroki St. Mikhael Kumba, Dosen Kitab Suci STKIP St. Paulus

Apakah Roh Kudus itu nyata ada, bukanlah pertanyaan yang penting lagi bagi umat beriman. Namun bagaimana Roh itu menampakkan diri, itulah sebuah pertanyaan yang actual dan relevan. Aktual karena bermuara pada pertanyaan: manakah buah-buah roh? Relevan karena buah-buah roh yang nyata dalam kehidupan kongkrit membawa manusia dan semesta kepada kepenuhan hidup sebagai anak-anak Allah.

Tulisan ini lebih sebuah narasi syukur yang membuncah atas kasih karunia Allah yang nyata dalam diri para suster SSpS yang kini merayakan 75 tahun karya di Keuskupan Ruteng, Denpasar (Sumbawa) dan Weetebula (Sumba). Sebuah perjalanan intan yang terus memendarkan cahaya dari hati yang tulus, iklas, sedia dan setia melayani umat Allah dari pelbagai suku, bahasa, bangsa dan bahkan melintas batas (passing-over) dari sekat-sekat primordialistik seperti agama dan keyakinan di panca benua.

Dalam percakapan sehari-hari kerap terdengar sebutan Roh Allah dan Roh Kudus. Kata “roh” diasalkan pada kata Ibrani “ruah” dan kata Yunani “pneuma” yang berarti nafas dan roh. Kata ini menunjukkan secara aktif kuasa pemberi kehidupan yang tak kelihatan namun dirasakan. Sejak dalam Kitab Kejadian, Roh Allah sudah hadir di tengah dunia dalam proses tataciptaan (Kej. 1:2), membentuk manusia (Kej 2:7), memelihara kehidupan semesta (Maz 104:30). Roh yang mencipta. Dalam seluruh alur kehidupan Roh Allah membantu manusia memiliki keahlian (Kel 31:3), kemampuan memimpin (Hak 3:10) dan kekuatan lahiriah (Hak 14:6). Roh Allah juga mengilhami para nabi dalam kitab suci sehingga mereka menjalankan kehendak Allah dalam memimpin bangsa Israel (Yes 63:10,11), dengan moralitas yang terandalkan (Maz 139:7) dan nurani yang senantiasa terjaga (Maz 139:23-24).

Dalam masa bangsa Israel terjerembab dalam lembah nista karena meninggalkan Allah dan dibantai oleh penjajah asing, pemazmur tetap yakin akan munculnya mesias, sang penyelamat yang akan membebaskan bangsa Israel dari penindasan (Yes 11:2, 42:1-4, 6:1-2, bisa kita bandingkan dengan teks Luk 4:18) dan nubuat tentang peran Roh dalam kehidupan umumnya (Yeh 36:26, 27, Yl 2:28). Janji Allah memerdekakan bangsa Israel (dan umat kemudian umat manusia seluruhnya), tidak hanya berciri temporer, namun berkelanjutan tanpa batas waktu dalam tata keselamatan Allah melalui kelahiran Sang Mesias, Yesus Kristus (Mat 1:18, Luk 1:35), pembabtisanNya (Mark 1:8), pelayananNya (Mat 12:28) dan kebangkitanNya (Yoh 7:39).

Pascakenaikan Yesus, sesuai janjiNya, Dia akan mengirim penolong, yakni Roh Kudus untuk membantu para murid dan setiap orang yang percaya (Luk 24:49 ). Dalam kehidupan jemaat perdana Roh Kudus turun atas para rasul (Kis 1:8), Dialah Roh Kristus (Rom 8:4, 2Kor 3:18). Roh itu menuntun jemaat yang percaya dan memenuhi mereka (Ef 4:4), memberikan aneka karunia untuk melayani seluruh persekutuan umat beriman (1Kor 12:7).

Congregatio Missionalis Servarum Spiritus Sancti (CM-SSpS) atau Kongregasi Abdi Roh Kudus berada dalam area semangat biblis di atas. Dalam kebulatan tekad yang luar biasa mengagumkan, mereka percaya bahwa Roh Kudus Allah adalah Pencipta, Sumber dan Penata kekuatan sepanjang hidup dalam proses pertumbuhan spiritual, dan hanya dengan Roh maka orang percaya dapat memperoleh kemenangan melawan dosa.

Panggilan kepada kekudusan SSpS ditandai oleh keyakinan bahwa Roh melepaskan orang kudus dari belenggu ketergantungan mutlak pada hukum secara harfiah. Roh adalah Roh Kristus Pembebas, yang mengubah orang berdosa, yang menyesuaikannya dengan citra Kristus (2Kor 3:17-18). Karena itu, melayani Kerajaan Allah berarti melayani umatNya yang berada dalam dunia melalui pendidikan baik formal (TK-SLTA) maupun nonformal (Kursus dan pembinaan Asrama) juga pastoral dalam aneka rupanya.

Roh Kudus ialah Roh Kerajaan Allah yang mengutamakan kebenaran, damai sejahtera dan sukacita di atas makanan dan minuman (Rom 14:17). Roh yang melepaskan egoisme dan individualisme untuk melayani orang yang sakit dan menderita melalui pendirian Balai Pengobatan dan Rumah Sakit dan panti-panti kusta, termasuk lingkungan hidup yang kian rusak melalui JPIC. Roh yang menuntun mereka untuk melewati pada savanna di Sumba, penghinaan dan penolakan di Sumbawa.

Di atas segala-galanya, Rohlah sumber kebenaran, sumber kasih kudus yang mengungguli imam dan pengharapan, yang paling pertama dan utama dalam daftar buah Roh hasil spontan dari pekerjaan-Nya (Gal 5:22-23). Keyakinan ini membuat mereka tidak berdiam diri di Eropa, tetapi melangkaui samudera dan benua untuk datang bermisi di Indonesia, khususnya Flores. Dalam rangka itu maka karunia-Nya kepada gereja harus dihargai dan digunakan (1Kor 12-13) pada aneka karya pastoral kemudian: di tanah Flores, Kalimantan, Sumba, Sumbawa dan juga kemudian mengirim misionaris ke seluruh dunia. Semua karya ini adalah sebuah perutusan Allah yang dirasakan dan dialami manusia dari watu ke waktu!

Kongregasi ini sungguh sadar bahwa Rohlah yang mempersatukan  seluruh visi, misi, karya serta orang-orang yang bergabung di dalamnya, bahkan bila Ia membagikan karunia yang berbeda di antara mereka, Ia berusaha memelihara kesatuan dalam ikatan damai sejahtera (Ef 4:3). Itulah sebabnya, karya-karya Kongregasi ini, walau dilumuri oleh pelbagai tantangan dan masalah, tak pernah sepi dari derita dan air mata, namun selama 75 tahun di Provinsi Flores Barat, tetap kokoh kuat. Roh Kudus yang menuntun ini, seakan teguh pada keyakinan ini: Janganlah memadamkan Roh karena tidak bersandar pada-Nya, dan janganlah mendukakan-Nya dengan mengandalkan-Nya secara salah (1Tes 5:19, Ef 4:30). Sebuah karya yang sulit ditakar akal, penuh misteri namun tetap abadi hingga kini!

Apakah penjajahan yang paling mengerikan di saat ini? Bukan lagi peretasan batas wilayah, mencari negeri baru, menjelajahi samudera. Bukan! Penjajahan itu adalah kemiskinan, kebodohan, kesehatan yang buruk, tidak dihiraukan, tidak dianggap ada, terlemiminasi dari komunitas dan tidak mendapat tempat dalam kebersamaan. Ini adalah penjajahan kemanusiaan yang total. Belenggu yang harus dilepaskan segera. Selama 75 tahun SSpS sudah menjadi peretas jalan untuk menemukan jalan pembebasan atas penjajahan itu. Sebuah mahakarya dalam pelbagai bidang kehidupan yang tak terukur kata. Kami tetap mendukungmu, kami tetap mengharapkan komitmenmu tak berubah, karena kami yakin Roh Kudus yang engkau layanilah yang menuntunmu pada jalan kebenaran dan kehidupan. Nyatakanlah terus melalui pewartaan dan karya bahwa Roh Kudus itu nyata!***

*Dikutip dari buku: Sr. Mektilde Theodora Nahas, SSpS, Dalam CintaMu Kami Mengabdi-75 Tahun CM SSpS di Keuskupan Ruteng (Asda Media, Yogyakarta, 2017),  hal. 214-216.


No comments:

Post a Comment