Posts

Senja Di Kota Reinha-Sebuah Cerita Pendek

Image
  Kanisius Teobaldus Deki Foto: Cover Buku Antologi Cerpen karya Kanisius Teobaldus Deki. Antologi Cerpen ini merupakan cerita pendek yang pernah dimuat di berbagai media, termasuk Harian Umum Pos Kupang (sumber: nik). Sejak kemarin semuanya terjadi…..ada riak kegembiraan yang terbias bebas dari kedalaman jiwamu. Itu bukan tanpa alasan! Dengan mudah kau genggam suara, tak terlalu sulit kau baca maksud, dan tiada sekat pemisah yang batasi rindu sebab semua tahu: tak ada ruang, tiada waktu, hilangnya limitasi….tapi di sini ada gelisah karena kalimat-kalimat jadi belenggu, hari ini mengharapkan kau berkata-kata tentang apa saja….sebab sudah kau duga suara adalah kerinduan, dan kerinduan adalah penantian! Setiap kali begitu adanya, entah sampai kapan??? Semburat mentari senja terbias rata, merona jingga di pinggiran mega yang berarak-arak. Warna perak berkilau-kilauan menciptakan nuansa indah pada lukisan jagat. Rasa kagumku muncul ke permukaan. Ah Tuhan, indahnya ciptaanMu.  ...

Pemertahanan Bahasa Daerah Manggarai-Melawan Kepunahan

Image
 Kanisius Teobaldus Deki Foto: Ritual Adat seperti Congko Lokap sarat dengan ungkapan bahasa adat yang suci dan indah. Pemertahanan bahasa adat ini penting agar pencerapan arti bagi kehidupan manusia tidak hilang begitu saja (sumber: nik deki).   Bahasa daerah memiliki peran yang penting dalam kehidupan penuturnya. Selain sebagai alat komunikasi bahasa daerah juga merupakan simbol jati diri, karakter   dan identitas. Namun kenyataannya, terdapat bahasa daerah yang kian lama tidak digunakan lagi oleh pemiliknya lalu terancam punah.   Sebagaimana dilansir oleh media detikedu.com pada 18 Maret 2024, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudrisrek) RI mengatakan 11 bahasa daerah di Indonesia alami kepunahan, 25 terancam punah, 19 ada dalam kategori rentan, yang alami kemunduran ada 3 bahasa dan ada 5 bahasa yang dalam kondisi kritis. Sedangkan jumlah bahasa daerah yang masih digunakan secara aktif di Indonesia sebanyak 24 bahasa (bdk. ...

Mengapa Ritus Adat Perlu? Catatan Dari Kegiatan Podcast 7 Juni 2025

Image
Kanisius Teobaldus Deki Direktur Lembaga Nusa Bunga Mandiri Staf Pengajar STIE Karya Ruteng Foto: Sebagai narasumber, ada begitu banyak diskusi yang dibangun (foto: KK Itet Djalang) Pada tanggal 3 Juni 2025 saya mendapat undangan dari Lembaga Saeh Go Lino (SGL). Lembaga yang diinisiasi oleh beberapa orang muda di Kota Ruteng di bawah kepemimpinan Kraeng Armin Bel ini membangun banyak aktivitas yang memunculkan kreatifitas orang muda. Kegiatan positif terus tumbuh dari Lembaga SGL. Pada tahun 2025 mereka (Lembaga SGL) mendapatkan banyak dukungan dari multipihak sehingga membangun kembali kesadaran orang muda Manggarai untuk mengenal, mencintai dan merawat budaya Manggarai. Catatan reflektif ini merupakan serpihan-serpihan konseptual yang menjadi landas pijak diskusi podcast budaya Lembaga SGL di Mbaru Wunut - Ruteng pada 7 Juni 2025.   Pengakuan Akan Jalan Budaya Kenyataan hidup manusia sebagai individu dan masyarakat memiliki persoalan. Persoalan-persoalan itu tidak semua...

Drs. Donatus Hargens, Lelaki Dengan Garpu Tala: In Memoriam

Image
Kanisius Teobald Deki Mantan Murid 1989-1995 Foto: Guru Drs. Donatus Hargens Sejak zaman sekolah menengah pertama, saya menjumpai sosok ini. Saat merayakan ekaristi  hari Minggu ia tampil memimpin lagu. Palumatnya sangat khas. Penuh semangat. Ayunan tangannya selaras dengan mimik wajahnya ketika memimpin lagu. Maklum kala itu, koor belum dibiasakan untuk perayaan hari Minggu biasa. Kecuali pada saat tiga perayaan besar: Natal, Paskah dan Pentekosta. Begitu juga ketika kami berada di kelas SMPK St. Stanislaus. Kami menjumpai sosok ini dalam kelas Seni. Untuk pertama kalinya notasi balok diperkenalkan. Pagi ini saya membaca di WAG SMAK Pancasila Borong: Guru Don Hargens telah pergi untuk selamanya! Ada perasaan sedih. Setelah sekian lama ia bertarung dalam derita karena sakit panjang yang menghimpitnya, iapun menghembuskan nafas terakhir. Sebuah pembebasan kodrati yang tak dapat ditolak. Pembuka Pintu Sosiologi dan Antropologi Ada lima guru yang mengajar kelas sosial yang diseb...

Berkarya Dalam Keheningan In Memoriam Br. Marcellus Sutaryo O.Carm

Image
Kanisius Teobald Deki Kiranya tahun 2001, saya tak ingat persis. Waktu itu rumah Biara Beato Dionysius-Maumere kedatangan penghuni baru. Lelaki itu betubuh gempal, pendek dan bersahaja. Rambutnya lurus, kulitnya sawo matang. Ia tersenyum ketika disapa. Dari kelembutan nada bicaranya dipastikan kalau ia berasal dari Jawa Tengah. Ternyata benar, pria itu kelahiran Muntilan 14 Juli 1955. Ia murah senyum dan tak banyak bicara. Ia biasa disapa Bruder Marcell. Rumah Biara Dionysius kini lengkaplah sudah. “Bruder Marcel memiliki keahlian membangun”, kata Romo Prior memperkenalkan profil Br. Marcell secara singkat. Penghuni paling tua di rumah biara Dionysius adalah Br. Albert. Beliau seorang kepala rumah tangga yang sangat baik, penuh kasih sayang dan sangat perhatian kepada semua penghuni rumah. Tak hanya makanan yang diperhatikan dengan saksama, juga kebutuhan penampilan seperti pakaian, sandal dan sepatu. Selain itu kesehatan paling diutamakan. Kehadiran Br. Marcell menjadi penyempu...