Kanisius Teobald Deki
Dosen STIE Karya, Penulis Buku: Terus Menggemakan Nurani Memantulkan Kesejahteraan-25 Tahun KSP Kopdit Hanura, 2020
Romo
Festo terpilih sebagai salah satu Badan Pengas Kopdit Hanura periode 2005-2007.
Waktu itu Romo Festo agak terkejut juga saat anggota Kopdit ini memilihnya
untuk berada dalam jajaran Badan Pengawas. Sejak bertugas sebagai Kepala
Sekolah SMAK Pancasila Borong, Romo Festo mendaftarkan diri untuk menjadi
anggota Kopdit Hanura. “Saya melihat saat itu, menjadi anggota Kopdit merupakan
salah satu jalan untuk menolong sesama. Dengan kesadaran itu, saya berusaha
menjadi anggota yang setia. Bahkan saya, atas persetujuan sidang guru dan
yayasan, sekitar tahun 2003 atau 2004, meminjam uang di Kopdit untuk pengadaan
10 unit computer. Di zaman itu, komputer merupakan barang baru. Ini juga
strategi kami untuk mendongkrak jumlah murid SMA. Maklum, sejak ada kebijakan membangun
banyak sekolah negeri, sekolah-sekolah swasta terkepung, jumlah murid turun
drastis. Sementara itu, kami kesulitan untuk biaya operasional sekolah karena
yayasan masih mengandalkan SPP siswa untuk pembiayaan”, kisahnya.
Menurut
kisahan Romo Festo, sejak ada komputer di SMAK yang diurusnya, jumlah siswa
melonjak naik. Tahun-tahun selanjutnya, animo siswa-siswi tamatan SMP di
kabupaten Manggarai Timur makin meningkat untuk mendaftar di SMAK Pancasila
Borong. “Target promosi sekolah tercapai. Yayasan tidak kelimpungan membiayai
operasional sekolah. Ikutannya, pembiayaan-pembiayaan lainnya, termasuk gaji
guru dan pegawai dapat diatasi. Sekolah kami menjadi salh satu sekolah favorit
di Kabupaten Manggarai Timur”, kenangnya.
Beberapa
tahun kemudian, Romo Festo mendapat tugas baru dengan penempatan di Paroki
Lempang Paji, nun jauh di daerah Elar Selatan. Dengan sendirinya, tugas sebagai
Badan Pengawas Kopdit Hanura ditinggalkannya. Meski demikian, kesetiannya
terhadap Kopdit ini terus terpelihara. Dia masih menjadi anggota yang aktif.
Dia menyimpan teratur pada saham pun produk nonsaham seperti Tabungan Masa
Depan (Tamapan).
Ketika
menyinggung apa yang menjadi hal menarik di Kopdit Hanura, Romo Festo
mengatakan bahwa komitmen semua pihak harus menjadi hal utama, khususnya
kesetiaan untuk berkoperasi secara benar. “Yang saya alami tentang anggotanya,
mereka tegas dan menuntut kejujuran dalam meminjam, mengembalikan pinjaman,
membayar iuran bulanan. Tidak ada kompromi-kompromi dengan anggota yang lalai.
Ini modal besar untuk Kopdit Hanura. Mereka disiplin, anggota Pengurus juga
disipilin, ramah dalam melayani, terbuka
menyampaikan ide-ide yang baik untuk kemajuan koperasi. Ketika anggota tidak
datang, mereka mencari tahu apa penyebabnya. Mereka menjumpai anggota yang
lalai, bukan untuk memarahi anggota itu tetapi mendekati mereka secara baik
agar tidak lupa dengan kewajibannya”, jelas Romo Festo.
Dalam
hubungan dengan konsep berkoperasi, Romo Festo menandaskan bahwa setelah lama
menjadi anggota, ia memiliki pemahaman tersendiri tentang koperasi kredit. Dari
perspektif dirinya sebagai imam, Kopdit itu merupakan sebuah berkat bagi banyak
orang. “Saya melihatnya sebagai berkat. Kopdit adalah berkat. Anggota Kopdit
harus menjadi berkat bagi yang lain. Saya merasakan dan mengalami hal itu. Perjumpaan dengan orang-orang kecil, orang yang berkekurangan, orang sulit dalam
hal keuangan menjadi berkat untuk saya.
Mereka menjadi optimis dengan hidup, menemukan sesama yang menolong
mereka, menemukan saudara yang siap membantu
dan menjadi saudara bagi yang lain”, ungkapnya.
Menjadi Strategi Pastoral
Kesadaran
akan filosofi Kopdit sebagai berkat memacu Romo Festo untuk juga secara aktif
mengajak orang-orang yang dilayani menjadi anggota Kopdit. “Saya selalu
mengajak mereka untuk menjadi anggota,
menabung, menjelaskan apa itu koperasi, apa untungnya termasuk jaminan
hingga kematian. Karena itu ada banyak
orang yang mendaftarkan diri lalu menjadi anggota yang aktif”, jelas Romo
Festo.
Sempat
setelah bertugas di Paroki Lempang Paji, Romo Festo diberi kesempatan untuk
belajar di Roma. Sekembalinya dari Roma, Romo Festo ditugaskan di Paroki
Benteng Jawa. Kesetiannya terhadap Kopdit terus berjalan. Bahkan dia melihat
bahwa menjadi anggota Kopdit merupakan sebuah strategi pastoral. “Kita sadar
bahwa kemampuan ekonomi umat belumlah memadai. Masih banyak umat yang berada di
bawah garis kemiskinan. Mereka harus diberdayakan supaya mereka bisa mandiri
secara ekonomi. Sejalan dengan konsep misi gereja option for the poor (pilihan terhadap orang miskin), sebagai
gembala saya tidak hanya memiliki kewajiban moral untuk membebaskan mereka dari
jeratan perangkap kemiskinan, lebih dari itu, adalah kewajiban profetis”,
ujarnya.
Romo
Festo bersama Dewan Pastoral Paroki (DPP) berjalan dari stasi ke stasi untuk
mengajak umat menjadi anggota Kopdit. Pada umat muncul kesadaran untuk
mendaftarkan diri. Namun ada juga yang masih belum menjadi anggota karena
macam-macam alasan. “Kami memutuskan untuk membangun sebuah sistim agar umat
tidak menghindarkan diri dari gerakan ini. Setiap Ketua Stasi dan Kepala
Sekolah kami jadikan pioneer. Mereka menjadi kampanye hidup untuk umat, para
guru dan murid-murid sekolah. Setelah mereka masuk, kami damping terus.
Kemudian program dilanjutkan. Murid-murid yang hendak menerima Komunio Pertama
kami wajibkan orangtuanya untuk menjadi anggota Kopdit terlebih dahulu.
Mula-mula mereka masuk karena diwajibkan. Lama-lama mereka merasa bersyukur
karena dengan menjadi anggota Kopdit mereka menyalurkan berkat bagi orang lain”,
jelasnya.
Dalam
perjalanan waktu, makin banyak umat yang menjadi anggota Kopdit. Romo Festo
melihat bahwa penghasilan umat cukup baik dari sumber-sumber ekonomi yang
mereka miliki. Namun masih ada kelemahan dalam menggunakan uang. “Kami berusaha
agar umat terbiasa untuk menabung. Kami galakan program menabung di
sekolah-sekolah. Kami yakin, jika kebiasaan menabung dihidupkan, anak-anak akan
terlatih untuk menghargai uang dan menyiapkan dana bagi masa depannya. Bukankah
pepatah mengatakan: sedikit demi seidkit, lama-lama menjadi bukit?”, tanyanya
retoris.
Selain
anak yang menerima Komunio Pertama, Romo Festo juga mewajibkan
pasangan-pasangan yang hendak menikah. Ketika ada anggota Kopdit yang
meninggal, penyerahan Dana Solidaritas Duka Anggota (DSDA) dari Kopdit dan Dana
Perlindungan Bersama (Daperma) dari Induk Koperasi Kredit Indonesia (Inkopdit)
Jakarta dilakukan dalam perayaan ekaristi. Hal itu sekaligus merupakan
kesempatan yang baik untuk pendidikan bagi umat yang belum menjadi anggota.
Menurut Romo Festo, langkah ini diambilnya karena konsep filosofis tadi,
berkopdit adalah usaha untuk membagi berkat bagi sesama.
Umat
Paroki Benteng Jawa saat ini berjumlah sekitar 3.200 jiwa. Romo Festo berharap
jumlah ini sebagian besarnya menjadi anggota Kopdit. Dengan jalan itu, berkat
akan melimpah dalam kehidupan sehari-hari umat dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Kasih Allah mereka alami lewat saudara-saudari yang menjadi anggota
Kopdit.***
(Dipublikasi pertama oleh: www.floressmart.com dengan judul: Rm. Faustus Emanuel Pr: Koperasi kredit Itu Berkat, pada 29 April 2020).
No comments:
Post a Comment