Sunday 3 May 2020

Rm. Faustus Emanuel Pr: Koperasi sebagai "Option for the Poor"



Kanisius Teobald Deki
Dosen STIE Karya, Penulis Buku: Terus Menggemakan Nurani Memantulkan Kesejahteraan-25 Tahun KSP Kopdit Hanura, 2020


Romo Festo terpilih sebagai salah satu Badan Pengas Kopdit Hanura periode 2005-2007. Waktu itu Romo Festo agak terkejut juga saat anggota Kopdit ini memilihnya untuk berada dalam jajaran Badan Pengawas. Sejak bertugas sebagai Kepala Sekolah SMAK Pancasila Borong, Romo Festo mendaftarkan diri untuk menjadi anggota Kopdit Hanura. “Saya melihat saat itu, menjadi anggota Kopdit merupakan salah satu jalan untuk menolong sesama. Dengan kesadaran itu, saya berusaha menjadi anggota yang setia. Bahkan saya, atas persetujuan sidang guru dan yayasan, sekitar tahun 2003 atau 2004, meminjam uang di Kopdit untuk pengadaan 10 unit computer. Di zaman itu, komputer merupakan barang baru. Ini juga strategi kami untuk mendongkrak jumlah murid SMA. Maklum, sejak ada kebijakan membangun banyak sekolah negeri, sekolah-sekolah swasta terkepung, jumlah murid turun drastis. Sementara itu, kami kesulitan untuk biaya operasional sekolah karena yayasan masih mengandalkan SPP siswa untuk pembiayaan”, kisahnya.
Menurut kisahan Romo Festo, sejak ada komputer di SMAK yang diurusnya, jumlah siswa melonjak naik. Tahun-tahun selanjutnya, animo siswa-siswi tamatan SMP di kabupaten Manggarai Timur makin meningkat untuk mendaftar di SMAK Pancasila Borong. “Target promosi sekolah tercapai. Yayasan tidak kelimpungan membiayai operasional sekolah. Ikutannya, pembiayaan-pembiayaan lainnya, termasuk gaji guru dan pegawai dapat diatasi. Sekolah kami menjadi salh satu sekolah favorit di Kabupaten Manggarai Timur”, kenangnya.
Beberapa tahun kemudian, Romo Festo mendapat tugas baru dengan penempatan di Paroki Lempang Paji, nun jauh di daerah Elar Selatan. Dengan sendirinya, tugas sebagai Badan Pengawas Kopdit Hanura ditinggalkannya. Meski demikian, kesetiannya terhadap Kopdit ini terus terpelihara. Dia masih menjadi anggota yang aktif. Dia menyimpan teratur pada saham pun produk nonsaham seperti Tabungan Masa Depan (Tamapan).
Ketika menyinggung apa yang menjadi hal menarik di Kopdit Hanura, Romo Festo mengatakan bahwa komitmen semua pihak harus menjadi hal utama, khususnya kesetiaan untuk berkoperasi secara benar. “Yang saya alami tentang anggotanya, mereka tegas dan menuntut kejujuran dalam meminjam, mengembalikan pinjaman, membayar iuran bulanan. Tidak ada kompromi-kompromi dengan anggota yang lalai. Ini modal besar untuk Kopdit Hanura. Mereka disiplin, anggota Pengurus juga disipilin,  ramah dalam melayani, terbuka menyampaikan ide-ide yang baik untuk kemajuan koperasi. Ketika anggota tidak datang, mereka mencari tahu apa penyebabnya. Mereka menjumpai anggota yang lalai, bukan untuk memarahi anggota itu tetapi mendekati mereka secara baik agar tidak lupa dengan kewajibannya”, jelas Romo Festo.
Dalam hubungan dengan konsep berkoperasi, Romo Festo menandaskan bahwa setelah lama menjadi anggota, ia memiliki pemahaman tersendiri tentang koperasi kredit. Dari perspektif dirinya sebagai imam, Kopdit itu merupakan sebuah berkat bagi banyak orang. “Saya melihatnya sebagai berkat. Kopdit adalah berkat. Anggota Kopdit harus menjadi berkat bagi yang lain. Saya merasakan dan mengalami hal itu.  Perjumpaan dengan orang-orang kecil,  orang yang berkekurangan, orang sulit dalam hal keuangan menjadi berkat untuk saya.  Mereka menjadi optimis dengan hidup, menemukan sesama yang menolong mereka, menemukan saudara yang siap membantu  dan menjadi saudara bagi yang lain”, ungkapnya.
Menjadi Strategi Pastoral
Kesadaran akan filosofi Kopdit sebagai berkat memacu Romo Festo untuk juga secara aktif mengajak orang-orang yang dilayani menjadi anggota Kopdit. “Saya selalu mengajak mereka untuk menjadi anggota,  menabung, menjelaskan apa itu koperasi, apa untungnya termasuk jaminan hingga  kematian. Karena itu ada banyak orang yang mendaftarkan diri lalu menjadi anggota yang aktif”, jelas Romo Festo.
Sempat setelah bertugas di Paroki Lempang Paji, Romo Festo diberi kesempatan untuk belajar di Roma. Sekembalinya dari Roma, Romo Festo ditugaskan di Paroki Benteng Jawa. Kesetiannya terhadap Kopdit terus berjalan. Bahkan dia melihat bahwa menjadi anggota Kopdit merupakan sebuah strategi pastoral. “Kita sadar bahwa kemampuan ekonomi umat belumlah memadai. Masih banyak umat yang berada di bawah garis kemiskinan. Mereka harus diberdayakan supaya mereka bisa mandiri secara ekonomi. Sejalan dengan konsep misi gereja option for the poor (pilihan terhadap orang miskin), sebagai gembala saya tidak hanya memiliki kewajiban moral untuk membebaskan mereka dari jeratan perangkap kemiskinan, lebih dari itu, adalah kewajiban profetis”, ujarnya.
Romo Festo bersama Dewan Pastoral Paroki (DPP) berjalan dari stasi ke stasi untuk mengajak umat menjadi anggota Kopdit. Pada umat muncul kesadaran untuk mendaftarkan diri. Namun ada juga yang masih belum menjadi anggota karena macam-macam alasan. “Kami memutuskan untuk membangun sebuah sistim agar umat tidak menghindarkan diri dari gerakan ini. Setiap Ketua Stasi dan Kepala Sekolah kami jadikan pioneer. Mereka menjadi kampanye hidup untuk umat, para guru dan murid-murid sekolah. Setelah mereka masuk, kami damping terus. Kemudian program dilanjutkan. Murid-murid yang hendak menerima Komunio Pertama kami wajibkan orangtuanya untuk menjadi anggota Kopdit terlebih dahulu. Mula-mula mereka masuk karena diwajibkan. Lama-lama mereka merasa bersyukur karena dengan menjadi anggota Kopdit mereka menyalurkan berkat bagi orang lain”, jelasnya.
Dalam perjalanan waktu, makin banyak umat yang menjadi anggota Kopdit. Romo Festo melihat bahwa penghasilan umat cukup baik dari sumber-sumber ekonomi yang mereka miliki. Namun masih ada kelemahan dalam menggunakan uang. “Kami berusaha agar umat terbiasa untuk menabung. Kami galakan program menabung di sekolah-sekolah. Kami yakin, jika kebiasaan menabung dihidupkan, anak-anak akan terlatih untuk menghargai uang dan menyiapkan dana bagi masa depannya. Bukankah pepatah mengatakan: sedikit demi seidkit, lama-lama menjadi bukit?”, tanyanya retoris.
Selain anak yang menerima Komunio Pertama, Romo Festo juga mewajibkan pasangan-pasangan yang hendak menikah. Ketika ada anggota Kopdit yang meninggal, penyerahan Dana Solidaritas Duka Anggota (DSDA) dari Kopdit dan Dana Perlindungan Bersama (Daperma) dari Induk Koperasi Kredit Indonesia (Inkopdit) Jakarta dilakukan dalam perayaan ekaristi. Hal itu sekaligus merupakan kesempatan yang baik untuk pendidikan bagi umat yang belum menjadi anggota. Menurut Romo Festo, langkah ini diambilnya karena konsep filosofis tadi, berkopdit adalah usaha untuk membagi berkat bagi sesama.
Umat Paroki Benteng Jawa saat ini berjumlah sekitar 3.200 jiwa. Romo Festo berharap jumlah ini sebagian besarnya menjadi anggota Kopdit. Dengan jalan itu, berkat akan melimpah dalam kehidupan sehari-hari umat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Kasih Allah mereka alami lewat saudara-saudari yang menjadi anggota Kopdit.***
(Dipublikasi pertama oleh: www.floressmart.com dengan judul: Rm. Faustus Emanuel Pr: Koperasi kredit Itu Berkat, pada 29 April 2020).

No comments:

Post a Comment