Kanisius Teobaldus Deki M.Th
Dosen STIE Karya, Menulis buku: "Membangun Kerajaan Allah-Membentuk Komunitas Kasih-100 Tahun Paroki Katedral Ruteng" (Yogyakarta, 2020)
I.
PENDAHULUAN
Selama masa hidupnya di dunia (kurang
lebih 33 tahun), Yesus menghadirkan misi Kerajaan Allah di tengah manusia.
Kerajaan Allah dalam bahasa yang lain dalam kitab suci diartikan sebagai
keselamatan (Ibrani: Syaloom, Yunani: eirene).[1]
Untuk mencapai misi ini, Yesus tidak bekerja sendirian. Ia melibatkan banyak
pihak: pribadi-pribadi, komunitas, kelas-kelas sosial (social class) dan juga pihak-pihak yang ditengarai sebagai musuh
bersama secara nasional oleh orang Israel.
Gerakkan Yesus ini memiliki dampak yang
sangat luas. Bermula di tanah Palestina, merambah seluruh Eropa hingga menjalar
ke seluruh dunia. Gerakkan yang mengusung keselamatan ini lalu menjadi sebuah
mega proyek kemanusiaan dalam aneka wajah. Ajaran dan agama Kristen berupaya
memempatkan misi Yesus di pelbagai bidang kehidupan: pendidikan, kesehatan,
ekonomi, budaya dan politik.
Implementasi ajaran Yesus dengan pelbagai
model penafsiran atas spiritualitasnya membawa dampak yang sangat besar dalam
kehidupan umat manusia. Pandangan-pandangan gereja Katolik pun Kristen bersama
denominasinya berusaha mengangkat kembali martabat manusia dari keruntuhannya
akibat pelbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan perkembangan teknologi yang
sangat pesat.
Kajian ini bergerak dengan sebuah
orientasi bahwa pelbagai masalah yang dihadapi oleh manusia di zaman ini dapat
ditilik melalui perspektif religiositas Yesus dan ajaranNya. Utamanya,
bagaimana Yesus memiliki model dalam pengkaderan orang muda untuk memenangkan
Kerajaan Allah (keselamatan holistik)[2] di
tengah dunia.
II.
KEPRIHATINAN
DAN REFLEKSI
Ada dua hal yang menjadi keprihatinan
dalam pembahasan ini. Pertama, hampir
setiap hari kita membaca di Koran lokal NTT, adanya kasus korupsi pada
institusi pemerintahan.[3]
Statistik Provinsi NTT menunjukkan bahwa 90,2% penduduk NTT adalah orang
Kristen.[4] Orang
Kristen (Katolik dan Protestan) dilayani oleh 7 uskup, 931 pastor, 323 bruder,
1.695 suster, 2.404 pendeta, 1.429 guru injil, 6.766 guru agama, 25.012 penatua
dan 14.900 diaken.[5] Dapat
dipastikan pula bahwa sebagian terbesar pejabat pemerintahan adalah orang
Kristen, mulai dari gubernur hingga kepala desa atau lurah.
Kedua,
dalam skala nasional, harus diakui bahwa tokoh-tokoh Katolik sangat kurang,
baik dari segi kuantitas maupun segi kualitas. Pada zaman Orde Lama pun Orde
Baru, tokoh-tokoh Katolik memiliki peran yang sangat strategis di pelbagai
bidang kehidupan Negara seperti ekonomi, keuangan, kesejahteraan rakyat,
militer. Tokoh-tokoh seperti I.J. Kasimo, Mgr. Soegija Pranata, Drs. Frans
Seda, Drs. Cosmas Batubara, L.B. Moerdani, J.B. Sumarlin, Adrianus Moi adalah
sebagian nama yang layak disebutkan.
Berhadapan dengan dua kenyataan ini,
pertanyaan yang muncul ialah “Bagaimana upaya kita membangun kembali ketokohan
dalam diri kaum muda Katolik sehingga mereka dapat menjadi kader yang handal
dan militan?” Pertanyaan ini muncul sebagai refleksi panjang setelah menjadi
nyata bahwa makin hari, orang muda kita kuat dipengaruhi oleh trend materialism,
egoisme, kekerasan yang menjadi mainstream
zaman ini.
Pertanyaan ini sekaligus menjadi titik
tumpu untuk kelahiran sebuah gerakkan massif dalam membangun kembali reruntuhan
idealisme nilai yang kian kandas dalam percaturan kehidupan kita. Pertanyaan ini
juga membuka dan menyentakkan kesadaran kita untuk berpikir serius-kritis agar
darinya lahir jawaban-jawaban yang menggerakkan terbentuknya sel-sel kader
dalam setiap lapisan, pada semua level kehidupan.
Membingkai gerakkan besar ini, menurut
hemat saya, kita perlu belajar pada sang Guru, Yesus, yang telah membawa misi
keselamatan ke tengah dunia, melakukan proses pengkaderan murid-muridNya, demi
memenangkan misiNya dalam sejarah penyelamatan (Heilgeschichte).
III.
KADERISASI
YESUS
3.1.
Terminologi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
istilah “kader” memiliki arti orang yang diharapkan akan memegang peranan
penting dalam pemerintahan, militer[6]
atau kehidupan yang lebih luas. Kata yang sama dalam bahasa Inggris adalah cadre, form cadres dan forming of cadres.[7]
Kamus Oxford mendefinisikan cadre
sebagai a small group of highly trained a
member of such a group.[8]
Padanan kata itu dalam bahasa Inggris adalah “agent”. Agent memiliki arti wakil atau utusan.
Dari
pengertian etimologis di atas, dapat dikatakan bahwa kader adalah orang yang
dipilih untuk memenangkan agenda tertentu melalui sebuah proses pendidikan yang
panjang. Dia menjadi pihak yang dapat diandalkan dalam mencapai maksud
tertentu.
Dalam konteks kajian ini, kader dapat
disamaartikan dengan nabi atau murid yang diutus untuk mewartakan kerajaan
Allah. Namun penekanannya dititikberatkan pada sebuah proses penggemblengan
yang lebin intensif, aktif dan militan.
3.2.
Pemilihan
Dalam Perjanjian Lama
Perjanjian Lama berkisah panjang lebar
tentang keterpilihan sebagai kader dalam konsep kenabian. Peran ini mula
pertama dimulai oleh Musa yang dipilih Yahweh untuk membebaskan orang Israel
yang tertindas di Mesir. Peristiwa orang Israel keluar dari Mesir merupakan
moment di mana Allah (Yahweh) melakukan tindakan penyelematan atas umatNya.
Musa dipilih Allah karena Allah memiliki inisiatif untuk membebaskan mereka
dari ketertindasan.
Hal yang sama dilakukan oleh Yosua yang
melanjutkan misi Musa. Demikianpun Saul, Daud dan para penggantinya di
pemerintahan negara. Demikianlah para nabi: Elia, Yesaya, Yeremia, Daniel,
Hosea, Ezra, Nehemia, Ester, Amos, dll dipilih Allah untuk mewartakan kebenaran
Allah dan pembebasan kepada orang Israel.
3.3.
Orientasi
dan Misi Yesus
Untuk mengetahui orientasi dan misi Yesus,
salah satu cara terbaik adalah menggali riwayat hidup Yesus dalam keempat
injil.[9]
Dalam dan melalui pembacaan atas informasi historis mengenai Yesus ada dua sisi
yang dapat ditegaskan. Pertama, dalam
beberapa teks bisa jadi ditemukan kata-kata yang diucapkan oleh Yesus dan
melacak apa yang dikerjakanNya (ipsisima
vox et facta). Kedua, yang lebih
penting, menemukan maksud Yesus yang asli (ipsisima
intentio).[10] Dalam
bagian ini, fokus kita ialah: apa orientasi dan misi Yesus?
Pertama,
orientasi Yesus yang paling utama adalah diselamatkannya semua manusia, membawa
mereka ke dalam Kerajaan Surga. Orientasi ini menjadi alasan keberadaan Yesus
di tengah dunia.
Kedua,
demi mencapai orientasi itu, Yesus berusaha mewartakan
Kerajaan Allah kepada semua manusia. Pewartaan injil menjadi sebuah keahrusan
untuk menyampaikan kabar pembebasan bahwa manusia yang terkungkung dalam dosa
dan penderitaan akan mengalami keselamatan sebagaimana dinyatakan oleh Yesaya:
Pada
waktu itu orang-orang tuli akan mendengar perkataan-perkataan sebuah kitab, dan
lepas dari kekelaman dan kegelapan mata orang-orang buta akan melihat.
Orang-orang yang sengsara akan tambah bersukaria di dalam TUHAN, dan
orang-orang miskin di antara manusia akan bersorak-sorak di dalam Yang
Mahakudus, Allah Israel (Yes 29:18-19).
Pada
waktu itu mata orang-orang buta akan dicelikkan, dan telinga orang-orang tuli
akan dibuka. Pada waktu itu orang lumpuh akan melompat seperti rusa, dan mulut
orang bisu akan bersorak-sorai; sebab mata air memancar di padang gurun, dan
sungai di padang belantara (Yes 35:5-6).
Roh
Tuhan ALLAH ada padaku, oleh karena TUHAN telah mengurapi aku; Ia telah
mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan
merawat orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada
orang-orang tawanan, dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari
penjara, untuk memberitakan tahun rahmat TUHAN dan hari pembalasan Allah kita,
untuk menghibur semua orang berkabung (Yes 61:1-2).
Dalam analisisnya mengenai misi Yesus, Albert
Nolan menyampaikan bahwa Yesus dalam konsep Kerajaan AllahNya bermaksud untuk
menyembuhkan orang miskin dan yang tertindas, melakukan penyembuhan dan
memberikan pengampunan.[11]
3.4.
Proses
Pengkaderan Yesus
3.4.1.Mulai dari Diri Sendiri
·
Pernyataan Publik
Peristiwa pembaptisan Yesus di sungai
Yordan merupakan pernyataan publik pertama yang menunjukkan identitas Yesus.
Pernyataan pertama datang dari Allah
Bapa. Dikisahkan sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu
itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun
ke atas-Nya, lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: "Inilah
Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan." (Mat 3:16-17).
Pernyataan kedua, adalah pengakuan dari Yohanes Pembaptis. Injil Yohanes
berkisah:
Pada
keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata:
"Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia. Dialah yang
kumaksud ketika kukatakan: Kemudian dari padaku akan datang seorang, yang telah
mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum aku. Dan aku sendiri pun mula-mula
tidak mengenal Dia, tetapi untuk itulah aku datang dan membaptis dengan air,
supaya Ia dinyatakan kepada Israel." Dan Yohanes memberi kesaksian,
katanya: "Aku telah melihat Roh turun dari langit seperti merpati, dan Ia
tinggal di atas-Nya. Dan aku pun tidak mengenal-Nya, tetapi Dia, yang mengutus
aku untuk membaptis dengan air, telah berfirman kepadaku: Jikalau engkau
melihat Roh itu turun ke atas seseorang dan tinggal di atas-Nya, Dialah itu
yang akan membaptis dengan Roh Kudus. Dan aku telah melihat-Nya dan memberi
kesaksian: Ia inilah Anak Allah." (Yoh 1:29-34)
Pernyataan ketiga, datang dari Yesus sendiri pada saat Dia membacakan kitab
nabi Yesaya di Sinagoga tatkala Ia datang ke Nazaret, kampung halamanNya
sendiri. Pada waktu itu, Yesus diminta oleh petugas Sinagoga untuk membaca
kitab suci. Injil Lukas menulis:
Kepada-Nya
diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibuka-Nya, Ia menemukan nas, di mana
ada tertulis: "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku,
untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus
Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan
bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk
memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang." Kemudian Ia menutup kitab
itu, memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang
dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya. Lalu Ia memulai mengajar mereka,
kata-Nya: "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu
mendengarnya."(Luk 4: 16-21).
Selain teks Lukas, penginjil Yohanes
secara khusus menyampaikan kesaksian tentang diriNya:
Aku
mempunyai suatu kesaksian yang lebih penting dari pada kesaksian Yohanes, yaitu
segala pekerjaan yang diserahkan Bapa kepada-Ku, supaya Aku melaksanakannya.
Pekerjaan itu juga yang Kukerjakan sekarang, dan itulah yang memberi kesaksian
tentang Aku, bahwa Bapa yang mengutus Aku. Bapa yang mengutus Aku, Dialah yang
bersaksi tentang Aku. Kamu tidak pernah mendengar suara-Nya, rupa-Nya pun tidak
pernah kamu lihat, dan firman-Nya tidak menetap di dalam dirimu, sebab kamu
tidak percaya kepada Dia yang diutus-Nya (Yoh 5:36-38).
Pernyataan-pernyataan publik ini begitu
penting yang menunjukkan ketokohan Yesus sebagai seorang mesias, penyelamat
yang datang menyelamatkan umat manusia, sebagai misi yang harus dijalankannya. Pengakuan
pertama menunjukkan pengakuan dari Allah secara eksplisit. Terbersit unsur
legalitas misi Yesus yang datang dan ditegaskan Allah sendiri. Pengakuan kedua
pengakuan manusia sebagai bentuk penerimaan atas misi dan jati diri pembawa
misi. Pengakuan ketiga adalah penegasan dari Yesus sendiri tentang identitas
diriNya sebagai mesias.
·
Persiapan Misi: Berpuasa dan Berdoa
Injil secara kronologis menceritakan
tentang perjalanan misi Yesus. Diawali dengan kelahiran, masa kanak-kanak lalu
masa persiapan berkarya. Menurut hemat saya, moment Padang Gurun adalah
kesempatan Yesus merumuskan visi misi diriNya. Sebuah moment pemurnian (purification) sekaligus pengosongan diri.
Dalam kesempatan itu, Dia berpuasa selama 40 hari dan 40 malam lalu dicobai
iblis untuk mengetahui apakah Ia masih setia pada komitmen perutusanNya.
Ada tiga bentuk percobaan yang diberikan
kepada Yesus oleh iblis. Pertama,
mengubah batu menjadi roti. Percobaan ini menjuruskan Yesus pada ruang mental
instant. Serba cepat tanpa kerja keras. Minim perjuangan. Selain itu, Yesus
menegaskan bahwa Allah adalah sumber segala sesuatu. Termasuk kehidupan itu
sendiri harus merujuk pada firmanNya. Yesus menjawab: "Ada tertulis:
Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari
mulut Allah." (Mat 4:4).
Kedua,
Injil bercerita bahwa kemudian Iblis membawa-Nya ke Kota Suci dan menempatkan
Dia di bubungan Bait Allah, lalu berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak
Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia
akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di
atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu." Yesus berkata
kepadanya: "Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan,
Allahmu!" (Mat 4:5-7).
Bagian ini memperlihatkan kepada kita
bahwa Iblis ingin Yesus menyalahgunakan kekuasaanNya untuk hal-hal yang tidak
perlu. Menjatuhkan diri hanya untuk memperlihatkan Dia berkuasa adalah tindakan
konyol. Yesus mengakhiri cobaan dengan ini menyatakan agar tidak boleh mencobai
Tuhan.
Ketiga,
Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan
kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya, dan berkata kepada-Nya:
"Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah
aku." Maka berkatalah Yesus kepadanya: "Enyahlah, Iblis! Sebab ada
tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah
engkau berbakti!" Lalu Iblis meninggalkan Dia, dan lihatlah,
malaikat-malaikat datang melayani Yesus (Mat 4:8-11).
Dalam pencobaan ini, Yesus diarahkan
Iblis untuk tunduk-takluk pada kuasanya. Kejayaan dan ketenaran duniawi menjadi
hal yang dipromosikan kepada Yesus. Namun nyata bahwa Yesus menolak semua itu
dengan kembali berkiblat pada misi perutusanNya. Dengan kata lain, Yesus tidak
mencari pemuasan bagi kebutuhan materialnya, membuat tindakan yang spektakuler
dari kedudukan dan kekuasaanNya atau bersahabat dengan iblis demi kekuasaan
politis.[12]
Selain berpuasa selama 40 hari-40 malam, Yesus
juga berdoa dan kunjung putus. Ia berdoa siang dan malam. Pada teks-teks
kemudian diperlihatkan oleh penginjil bahwa Yesus senantiasa mengungsi ke
tempat yang sunyi dan hening untuk berdoa (Misalnya Luk 11:1).
3.4.2.
Mencari
dan Menggembleng Kader
·
Pemilihan Para Murid
Setelah kembali dari Padang Gurun, Yesus
menuju Galilela, diam di daerah Kapernaum. Di sana Dia bertemu dengan para
penjala ikan di danau Galilea. Dia memilih Simon (Petrus) dan Andreas
saudaranya. Yesus berkata kepada
mereka:
"Mari,
ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia." Lalu mereka pun
segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia. Dan setelah Yesus pergi dari
sana, dilihat-Nya pula dua orang bersaudara, yaitu Yakobus anak Zebedeus dan
Yohanes saudaranya, bersama ayah mereka, Zebedeus, sedang membereskan jala di
dalam perahu. Yesus memanggil mereka dan mereka segera meninggalkan perahu
serta ayahnya, lalu mengikuti Dia (Mat 4:19-22).
Apa yang menyebabkan mereka dipilih untuk
menjadi murid Yesus? Mengapa Yesus tidak memilih kaum cerdik pandai yang
menguasai ilmu pengetahuan agama? Itulah pertanyaan yang patut dilayangkan atas
proses recruitment murid-murid Yesus. Jawaban atas pertanyaan itu dapat
diselidiki dengan menelusuri injil Lukas.
Dalam Injil Lukas 5:1-11 diperlihatkan
bahwa unsur yang paling besar dari diri Petrus adalah kepercayaan pada
kata-kata Yesus untuk bertolak ke tempat yang dalam. Situasi Petrus adalah
moment delikat.[13] Situasi
lelah, putus asa karena ketiadaan ikan yang dapat ditangkap tidak membimbangkan
sikap dan pilihan Petrus. Kepercayaan Petrus akan kata-kata Yesus yang
menyuruhnya menebarkan jala merupakan alat bukti yang sahih apakah Petrus
sungguh diandalkan atau tidak.
Apa yang menarik selanjutnya dari kisah
ini ialah Petrus menyadari keberdosaannya. Secara halus Yesus menunjukkan dan
membimbing Petrus untuk menyadari dirinya sebagai orang berdosa dan kuasa
Allah. Dari sini dapat ditarik kesimpulan, untuk menjadi murid Yesus, seseorang
harus berani mengakui dosanya dan bertobat.
·
Pendidikan para Murid
Adakah Yesus memiliki kurikulum
pendidikan para murid? Pertanyaan ini begitu mendasar. Terbaca dalam Injil
bahwa Yesus memilih para murid dari pelbagai latar belakang. Petrus dan Andreas
adalah nelayan. Mateus pemungut cukai. Simon dari golongan Zelot.[14]
Pertama,
mendidik dengan memanggil untuk melihat, mendengar, meraba dan mengenal. Yesus
memilih murid-muridNya dari antara orang-orang yang dijumpaiNya. Yesus
“memanggil” orang-orang adalah didikan pertama. Seorang akan menyadari dirinya
jika ia dipanggil dan diberi atribut khusus. Peristiwa pemanggilan itu lalu
berimplikasi pada usaha mengenal Yesus.
Panggilan ini juga dimaksudkan untuk
melihat (horao). Dalam Injil Yohanes,
istilah horao disebutkan sebanyak 31
kali, sedangkan dalam tradisi sinoptik sebanyak 34 kali (Mat 13 kali, Mark 7
kali dan Lukas 14 kali). Dua murid Yohanes mencari Yesus di mana Dia tinggal.
Jawaban Yesus: “Marilah, kamu akan melihatnya (opsesthe)”. Pengalaman melihat dan bertemu dengan Yesus dalam
sejarah membuat murid-murid berani mencari lebih lanjut.
Selain dipanggil untuk melihat, tradisi
Yohanes menekankan dimensi “mendengar” (akoein).
Istilah ini ditemukan 58 kali dalam injil dan 16 kali dalam surat-surat.
Mendengarkan tidak kalah dengan melihat. Hal itu nyata dalam Yohanes 5:24:
“Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa
mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai
hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut
ke dalam hidup.”
Mendengar merupakan proses menjalin
hubungan pribadi secara mendalam, seperti kawanan dengan gembalanya (Yoh 10:3).
Selanjutnya, Yohanes juga menekankan
dimensi “meraba”. Dimensi “melihat” dan “mendengar” mungkin masih menunjukkan
unsur rohani dalam pengalaman akan Yesus, maka istilah “meraba” jelas
menunjukkan hubungan yang fisik dengan Yesus sejarah sebagai pangkal hidup
rohani, hubungan pribadi yang mendalam. Oleh penginjil, Yesus dilukiskan
sebagai orang yang meraba orang buta, membersihkan kaki para murid dan menerima
urapan Maria di Betania.
Melihat, mendengar, meraba akhirnya
bermuara pada pengenalan akan Yesus. Mengenal Yesus secara pribadi akhirnya
menentukan seluruh makna jiwa dan semangat rohani dalam tradisi Yohanes. Yesus
memang ditampilkan dalam tradisi itu sebagai yang mengenal para murid (Yoh
1:48), berimplikasi pada tuntutan agar para murid juga mengenal Dia. Relasi
kausalitas saling mengenal ini digambarkan dalam perumpamaan antara gembala
dengan kawanan yang dijaganya (Bdk. Yoh 10:14-15.27).[15]
Kedua,
mendidik dengan tantangan. Yesus
tidak mendidik murid-murid dalam kelas khusus. Sambil jalan ke mana-mana Yesus
menyelipkan pendidikan khusus bagi murid-muridNya. Ada beberapa moment yang
bisa disebutkan:
§ Motivasi mengikuti Yesus
(Mat 8:18-22, Luk 9:57-62). Ketika Yesus melihat orang banyak mengelilingi-Nya,
Ia menyuruh bertolak ke seberang. Lalu datanglah seorang ahli Taurat dan
berkata kepada-Nya: "Guru, aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau
pergi." Yesus berkata kepadanya: "Serigala mempunyai liang dan burung
mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan
kepala-Nya." Seorang lain, yaitu salah seorang murid-Nya, berkata
kepada-Nya: "Tuhan, izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan ayahku." Tetapi
Yesus berkata kepadanya: "Ikutlah Aku dan biarlah orang-orang mati
menguburkan orang-orang mati mereka." Yesus menantang konsep-konsep mereka
secara keras. Tuntutan ini adalah cara yang ekstrem untuk menunjukkan bahwa
panggilan mengikuti Yesus mengatasi semua kewajiban lain. Ucapan-ucapan ini
begitu penting untuk memahami pentingnya menjadi murid.[16]
Bahkan Yesus juga menyampaikan bahwa suatu saat akan mengalami penderitaan yang
tragis: "Anak Manusia
akan diserahkan ke dalam tangan manusia dan mereka akan membunuh Dia dan pada
hari ketiga Ia akan dibangkitkan."(Mat 17:22-23). Mendengar pernyataan
itu, hati murid-murid-Nya itu pun sedih sekali. Yesus berterus terang sehingga
kader-kaderNya siap dari semula.
§ Tempat perutusan
(Mat 10:16-20, Mrk 13:9-13, Luk 21:12-19). Yesus mengutus para muridNya ke
tempat-tempat yang sulit, dilambangkan seperti domba ke tengah serigala. Yesus
meminta mereka untuk waspada karena aka nada tantangan, baik dari penguasa
agama maupun penguasa pemerintahan, untuk diadili dan dihukum. Namun Yesus
tetap menguatkan mereka agar mereka tidak boleh kuatir.
§ Cara menjadi murid.
Ketika Yesus mengutus murid-muridNya, Dia melarang mereka untuk membawa emas,
perak, bekal, baju lebih dari satu, tongkat, kasut karena “seorang pekerja
patut mendapat upah. Tantangan ini begitu berat seolah-olah mereka akan
mendapat kesulitan karena tidak memiliki apapun dalam bingkai material. Tetapi
justru di situlah spiritualitas pengosongan diri menjadi hal yang dapat
diandalkan. Seorang kader hidup dari keyakinanNya akan Yesus!
Masih berkaitan dengan hal ini, Mat 16:21-28
menyatakan bahwa:
Yesus
berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia
harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Karena barangsiapa
mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa
kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya. Apa gunanya seorang
memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat
diberikannya sebagai ganti nyawanya? (Mat 16:24-26).
§ Upah mengikuti Yesus
(Mat 19:27-30). Mengikuti Yesus ternyata tidak berorientasi pada pendapatan
materi, melainkan sebuah kedudukan bahagia dalam kerajaan Allah. Injil
melukiskan situasi itu:
"Aku
berkata kepadamu, sesungguhnya pada waktu penciptaan kembali, apabila Anak
Manusia bersemayam di takhta kemuliaan-Nya, kamu, yang telah mengikut Aku, akan
duduk juga di atas dua belas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel.
Dan setiap orang yang karena nama-Ku meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki
atau saudaranya perempuan, bapa atau ibunya, anak-anak atau ladangnya, akan
menerima kembali seratus kali lipat dan akan memperoleh hidup yang kekal” (Mat
19:27-29).
§ Penderitaan. Para
murid langsung menyaksikan drama tragis penderitaan Yesus sejak di taman
Getsemani hingga bukit Golgota. Yesus diperlakukan secara kasar, diborgol,
disiksa, diadili secara tidak adil, difitnah, disesah, dipukul bahkan
disalibkan. Yesus menunjukkan bahwa mengikuti Dia memiliki tantangan yang
sangat besar, bukan hanya dalam tataran konsep, tetapi juga dalam tindakkan
nyata (Mat 26:36-27:56). Semua hal itu terjadi di depan mata para murid
sendiri. Apakah melihat hal itu mereka lalu takut? Mundur? Nyatanya tidak
demikian. Para murid tetap setia, kecuali Yudas Iskariot yang mengkianati Dia.
Ketiga,
mendidik dengan contoh. Yesus tidak
hanya mengajarkan kepada murid-muridNya. Dalam seluruh hidup Yesus,
contoh-contoh diberikanNya secara jelas-gamblang. Ketika Yesus mengajar tentang
kasih, Dia berbuat kasih. Pengampunan, Dia mengampuni. Pengorbanan, Dia
berkorban. Berdoa, Dia berdoa sehingga murid-muridNya meminta Dia untuk
mengajar mereka berdoa. Melayani, Dia melayani. Tahan terhadap penderitaan, Dia
menderita. Membela kebenaran, mengutamakan keadilan dan berani berbeda pendapat
dengan arus pemikiran utama saat itu. Setia pada tradisi, namun kreatif
mengeksplorasi nilai-nilai yang lebih positif dan manusiawi.
Yesus memberi contoh dan teladan. Dia
tidak hanya berbicara atau mengajarkan teori-teori, namun mengaplikasikan
ajaranNya dalam tindakan nyata. Yesus sungguh menghubungkan arti sebuah
pengajaran dengan realisasi sebagai titik tujunya.
Keempat,
mendidik dengan motivasi. Mat
10:16-33 memperlihatkan penganiayaan yang mungkin datang karena mengikuti Yesus.
Namun Yesus memberikan motivasi kepada murid-muridNya. Penguatan iman dan daya
tahan terhadap pelbagai kemungkinan yang buruk. Kata Yesus:
“Apabila
mereka menyerahkan kamu, janganlah kamu kuatir akan bagaimana dan akan apa yang
harus kamu katakan, karena semuanya itu akan dikaruniakan kepadamu pada saat
itu juga. Karena bukan kamu yang berkata-kata, melainkan Roh Bapamu; Dia yang
akan berkata-kata di dalam kamu” (Mat 10:19-20).
Yesus memotivasi murid-muridNya untuk
tidak takut dan memperlihatkan penderitaan yang akan datang. Ada tiga kali
Yesus menyampaikan keadaan yang akan terjadi, termasuk bagaimana menghadapi
penderitaan itu. 1) Mat 16:21-28, 2) Mat 17:22-23, 3) Mat 20:17-19.
Kelima,
mendidik untuk diutus. Mat 10:1-4,
5-15 berkisah tentang Yesus memanggil keduabelas rasul dan mengutus mereka
pergi memberitakan “kerajaan Allah sudah dekat”. Adapun tugas mereka adalah
mencari domba yang hilang dari Israel, menyembuhkan orang sakit, mentahirkan
orang sakit kusta, mengusir setan-setan.
·
Beraksi dan Bersaksi
Sebelum pemilihan para rasul, Yesus
memberitakan: "Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!" (Mat
4:17). Yesus pun berkeliling di seluruh Galilea; Ia mengajar dalam rumah-rumah
ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Allah serta melenyapkan segala penyakit
dan kelemahan di antara bangsa itu (Mat 4:23).
Demikianlah Yesus dari tempat yang satu
ke tempat yang lain mengajarkan setiap orang sambil berbuat baik: orang buta
melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tulis
mendengar, orang mati bangkit dan orang miskin diberitakan kabar baik (Mat
11:5-6).
3.5.
Hasil
Pengkaderan Yesus
3.5.1. Kader yang Percaya
Para murid yang dipilih Yesus kemudian
menjadi kader yang percaya. Mereka mengikuti Yesus ke manapun Dia pergi. Mereka
mengalami kehidupan bersama Yesus, dalam suka dan duka, untung dan malang.
Bahkan di depan mata mereka Yesus yang mereka anut, puji dan kagumi dibantai
dengan cara yang sadis.
Menghadapi semua itu, para murid sebagai
kader Yesus mengandalkan kepercayaan total sebagai landasan membangun tugas pelayanan
mereka selanjutnya. Dari pengalaman para murid itu, kepercayaan total kepada
pribadi Yesus dan misiNya merupakan modal terbesar dalam kehidupan selanjutnya,
hingga akhir hayat mereka.
3.5.2.
Kader
yang Militan
Pascakenaikan Yesus ke surge, para murid
berkumpul dan membangun rencana pelayanan mulai dengan berdoa bersama, memilih
pengganti Yudas (Matias), menerima urapan Roh Kudus yang dijanjikan Yesus (Kis
1:1-5, 2:1-13).
Petrus merupakan tokoh kunci yang mulai
berkotbah (Kis 2:14-40) tentang Yesus, membangun cara hidup yang selaras dengan
ajaran Yesus (Kis 2:41-47) dan bahkan dia menyembuhkan orang lumpuh (Kis
3:1-10). Petrus makin banyak menyembuhkan orang sakit (Kis 5:12-16) dan bahkan
membangkitkan orang mati (Kis 9:32-43). Bahkan mereka tidak takut dihadapkan
kepada penguasa agama (Kis 4:1-22) dan dipenjara (Kis 5:17-25). Karena
pelayanan makin dibutuhkan Petrus dan rasul yang lain memilih tujuh orang untuk
ikut dalam pelayanan (Kis 6:1-7).
Buah dari perjuangan Petrus dan
kawan-kawan membentuk kader nyata dalam keberanian Stefanus. Stefanus melakukan
gerakan yang militan. Tidak ada ketakutan padanya dalam menjalankan misi Yesus
walaupun dia akhirnya dibunuh (Kis 6:8-15, 7:1-54).
Pertobatan Paulus menjadi salah satu
tonggak penting untuk menjadikan dirinya sebagai murid yang sangat militan (Kis
9:1-19a). Barnabas dan Paulus ke Anthiokia, Ikonium, Listra dan Derbe, Filipi,
Makedonia, Tesalonika, Berea, Korintus, Efesus, Troas, Miletus, Tirus, Siprus,
Roma dan masih banyak daerah lain. Paulus di tangkap (21:27-36) dan akhirnya
mati di Roma.[17]
Militansi Petrus, Stefanus dan Paulus
merupakan model tokoh yang membesarkan hati bahwa mengikuti Yesus merupakan
jalan terjal yang harus ditaklukkan dengan kerelaan untuk menderita demi
kerajaan Allah yang makin dikenal oleh manusia di seluruh penjuru dunia.
IV.
RELEVANSI
4.1.
Urgensitas
Pengkaderan Orang Muda
Pertemuan Curah Pendapat Kader Katolik di
Belo, 22-24 November 2013 menggarisbawahi pentingnya pengkaderan orang muda di
semua bidang kehidupan di Indonesia. Hilangnya kemunculan tokoh-tokoh Katolik
sebagaimana disebutkan pada awal kajian ini harus merupakan moment berharga
untuk menciptakan kader, yang bukan saja militan tetapi memiliki visi
kristiani.
Tugas raksasa ini mesti menjadi grand planning gereja ke depan. Sehingga
dengan demikian, kita dapat memastikan peran-peran strategis dalam pelbagai
aspek kehidupan dapat diambil demi perluasan kerajaan Allah itu.
4.2.
Peran
Lembaga Pendidikan
Lembaga pendidikan merupakan tempat yang
dapat menempa kader-kader muda. Melalui kurikulum yang baik, kaum muda secara
inplisit sudah diarahkan menjadi kader. Tinggal saja, yayasan dan sekolah
Katolik mau berikhtiar untuk menjadikan pendidikan kader sebagai salah satu
point penting untuk membangun bangsa-negara-gereja di masa depan demi bonum commune.
Untuk mencapai hal itu, diharapkan
yayasan dan sekolah katolik mulai berpikir serius untuk menemukan
langka-langkah aplikatif dalam kerja sama dengan stakeholder yang mungkin.
4.3.
Peran
Strategis Lembaga Gereja
Dalam kaitan dengan pembentukkan kader
kaum muda, paroki memiliki ruang yang sangat strategis, melalui pendalaman
iman, kegiatan-kegiatan gerejani, untuk menempa kaum muda dalam aspek rohani.
Selain itu, peran Pusat Pastoral Keuskupan melalui Komisi Kepemudaannya menjadi
think thank untuk membangun
pergerakkan yang progresif di tingkat keuskupan dan menganimasi seksi
kepemudaan di Paroki dalam kerja sama dengan organisasi-organisasi Katolik
(THS-THM, PMKRI, Ikatan Sarjana Katolik, WKRI, dll).
Konsolidasi yang baik akan menjadi
lahirnya kader-kader kaum muda Katolik yang berkualitas di pelbagai level
kehidupan (pendidikan, politik, ekonomi, budaya, dll). Gerakan-gerakan
spiritual yang tidak diback-up oleh
manajemen organisasi yang baik tidak dapat menghasilkan kader yang baik. Karena
itu, kerja sama multipihak dalam pembentukkan kader menjadi hal yang harus.
V.
PENUTUP
Pembahasan kajian ini bergerak dari
situasi kekinian yang berposisi pada keprihatinan kepada tilikan mendalam akan
apa yang telah dilakukan oleh Yesus dalam membentuk kaderNya sendiri untuk
memenangkan misi Kerajaan Allah. Yesus memilih para murid untuk menjadi
kaderNya, menggembleng mereka dan kemudian mengutus mereka ke tengah masyarakat
dengan pelbagai tantangan yang riil.
Yesus telah berhasil menjalankan misiNya
dengan proses pengkaderan para muridNya. Langkah Yesus ini dapat kelihatan
dalam pertumbuhan kekristenan yang melangkaui seluruh dunia dalam pelbagai
wajah pelayanan. Kita dapat belajar pada pola Yesus dalam pembangunan kader.
Berguru pada Yesus menjadi sebuah pilihan yang tak dapat ditawar-tawar demi
membangun basis pertahanan kader kita yang militan, bermutu dan memenangkan
agenda keselamatan.***
REFERENSI
Buku,
Kamus, Ensiklopedi dan Koran
Albert Nolan, Yesus Sebelum Agama Kristen-Warta Gembira yang Memerdekakan.
Yogyakarta:
Kanisius, 1991.
AS Hornby, Oxford
Advanced Learners Dictionary of Current English
(England:
Oxford University Press, 1995.
C. Groenen, Soteriologi
Alkitabiah-Keselamatan yang Diberitakan Alkitab.
Yogyakarta:
Kanisius, 1989.
C. Groenen dan Stefan Leks, Percakapan tentang Alkitab Sesudah Konsili Vatikan II. Yogyakarta:
Kanisius, 1986.
Diana Bergant & Robert J. Karris, Tafsir Alkitab Perjanjian Baru.
Yogyakarta:
Kanisius, 2002.
Merenungkan Injil Lukas. Maumere:
Ledalero, 2003.
James M. Robinson, A New Quest of the Historical Jesus.
London: Rapard,
1979.
John M. Echols dan Hasan Shadly, Kamus Inggris-Indonesia.
Jakarta:
Gramedia, 2003.
JD. Douglas et al. (eds.), Ensiklopedi Alkitab Masa Kini M-Z.
Jakarta:
Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1995.
Leslie E. Mitton, Jesus: The Fact Behind The Faith.
New York:
Harper and Row, 1976.
Pos
Kupang edisi 23 November 2013.
Pusat bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai
Pustaka, 2012.
St. Darmawijaya, Jiwa dan Semangat Perjanjian Baru.
Jakarta:
Lembaga Biblika Indonesia, 1992.
Tom Jacobs, Paulus-Hidup,
Karya dan Teologinya. Yogyakarta: Kanisius, 1983.
Website:
BPS, “Statistik NTT 2012” dalam: http://ntt.bps.go.id/index.php/sosial-
dan-kependudukan/agama /24-data/agama/347-
persentase-pemeluk-agama-menurut-
kabupaten-kota-dan-agama-yang-dianut-2012.
http://ntt.bps.go.id/index.php/sosial-dan-kependudukan/agama.
[1] Istilah
Indonesia “pe-nyelamat-an” dipilih untuk menerjemahkan kata Ibrani yesyu’a’ dan kata Yunani sooteria. LAI menerjemahkan sooteria dengan keselamatan. Padahal kata
yesyu’a’ lebih memiliki arti dinamis
yang menunjukkan tindakkan penyelamatan. Bdk. C. Groenen, Soteriologi Alkitabiah-Keselamatan yang Diberitakan Alkitab (Yogyakarta:
Kanisius, 1989), h.31.
[2] Keselamatan
(salam, syaloom) berarti manusia dalam
semua segi dan sudutnya utuh, lengkap baik dari segi material, segi sosial dan
segi religius. Tindakan penyelematan adalah proses membantu manusia dari
kondisi malang ke pada situasi selamat. Rencana penyelamatan Allah berarti
usaha Allah untuk menyelamatkan manusia dalam pelbagai prosesnya dalam sejarah.
Bdk. C. Groenen dan Stefan Leks, Percakapan
tentang Alkitab Sesudah Konsili Vatikan II (Yogyakarta: Kanisius, 1986),
hh. 69-72.
[3] Misalnya, Pos Kupang edisi 23 November 2013
melansir berita korupsi pengadaan buku di dinas Pendidikan Kota Kupang yang
melibatkan mantan wali kota Kupang, Drs. Dan Adoe.
[4] BPS, “Statistik
NTT 2012” dalam:
http://ntt.bps.go.id/index.php/sosial-dan-kependudukan/agama/24-data/agama/347-persentase-pemeluk-agama-menurut-kabupaten-kota-dan-agama-yang-dianut-2012.
[5] Ibid, http://ntt.bps.go.id/index.php/sosial-dan-kependudukan/agama.
[6] Pusat
bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Jakarta: Balai Pustaka, 2012), h. 601
[7] John M.
Echols dan Hasan Shadly, Kamus
Inggris-Indonesia (Jakarta: Gramedia, 2003), h. 253
[8] AS Hornby, Oxford Advanced Learners Dictionary of
Current English (England: Oxford University Press, 1995), h. 157
[9] Sebuah karya
yang dapat membantu kita memperluas pandangan para ahli mengenai hal-hal yang
dianggap pasti secara histrois dalam kehidupan Yesus, bdk. Leslie E. Mitton, Jesus: The Fact Behind The Faith (New
York: Harper and Row, 1976).
[10] James M.
Robinson, A New Quest of the Historical
Jesus (London: Rapard, 1979), hh. 67, 105.
[11] Albert
Nolan, Yesus Sebelum Agama Kristen-Warta
Gembira yang Memerdekakan (Yogyakarta: Kanisius, 1991), hh. 33-35.
[12] Diana
Bergant & Robert J. Karris, Tafsir
Alkitab Perjanjian Baru (Yogyakarta: Kanisius, 2002), h. 39
[13] Guido
Tisera, Yesus Sahabat di
Perjalanan-Membaca dan Merenungkan Injil Lukas (Maumere: Ledalero, 2003),
hh. 50-51.
[14] Simon orang
Zelot disebutkan dalam Luk 6:15, Kis 1:13, Mat 10:4 dan Mark 3:18. Menurut
Yosefus, sejarawan, partai Zelot adalah filsafat keempat di tengah-tengah orang
Yahudi yang didirikan oleh Yudas orang Galilea yang memimpin pemberontakkan
melawan Roma tahun 6 M. Orang Zelot keras menentang penyerahan uptei Israel
kepada kaisar kafir, dengan alasan hal itu merupakan pengkianatan terhadap
Allah, sebagai raja Israel sebenarnya. Mereka disebut Zelot karena mereka
fanatic terhadap Matatias, anak-anaknya dan pengikutnya yang menunjukkan zelos (semangat besar) untuk Allah
melawan Antiokhus IV (1Makabe 2:24-27). Bdk. JD. Douglas et al. (eds.), Ensiklopedi Alkitab Masa Kini M-Z
(Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1995), h. 651.
[15] Bdk. St.
Darmawijaya, Jiwa dan Semangat Perjanjian
Baru (Jakarta: Lembaga Biblika Indonesia, 1992), hh. 207-210.
[16] Diana
Bergant & Robert J. Karris, op.cit.,
h. 46
[17] Tentang
Paulus secara lengkap dapat dibaca: Tom Jacobs, Paulus-Hidup, Karya dan Teologinya (Yogyakarta: Kanisius, 1983).
sebagai umat kristen,semoga ajaran Tuhan Yesus selalu menjadi pedoman kehidupan dalam bertutur kata,berperilaku dan bertindak menghadapi perkembangan Zaman yg sangat pesat.tantangan memang akan selalu ada dlm segala situasi apapun,untuk itu tetap semangat dan berjuang dalam upaya menjalankan misi Yesus dalam setiap aspek kehidupan kita baik itu dalam bidang pendidikan,kesehatan,ekonomi budaya maupun politik.Rencana penyelamatan Allah berarti usaha Allah untuk menyelamatkan manusia dalam pelbagai proses dalam sejarah.
ReplyDeleteYesus sungguh baik.....kita sebagai umat katolik harus sungguh patut terhadap ajarannya...... semoga ajaran Tuhan Yesus menjadi pedoman dalam hidup kita...sehingga kita umat kristiani menjalankan hidup ini sesuai dengan kehendaknya....GBU 🙏🙏🙏
ReplyDeleteSebagai umat katolik kita harus patut pada setiap ajaran yesus dan semoga kita selalu di berkati oleh sang raja penyelamat..aminnn
ReplyDelete(Yuliana yovita sera)
Kasih Yesus Kristus sungguh luar biasa😊 Semoga dengan ajaran Yesus Kristus kita dapat menerapkannya kedalam kehidupan kita sehari-hari ajar ajaran dari Yesus selalu melekat dalam diri kita masing-masing maupun untuk sekelompok orang dan orang-orang yang ada disekitar kita.
ReplyDeleteSemoga kasih Yesus selalu menyertai kita semua 🙏😊(ESILIA SUSE)
Kasih Yesus Kristus sungguh luar biasa😊 Semoga dengan ajaran Yesus Kristus kita dapat menerapkannya kedalam kehidupan kita sehari-hari ajar ajaran dari Yesus selalu melekat dalam diri kita masing-masing maupun untuk sekelompok orang dan orang-orang yang ada disekitar kita.
ReplyDeleteSemoga kasih Yesus selalu menyertai kita semua 🙏😊(ESILIA SUSE)