Saturday, 4 July 2020

YESUS KRISTUS Perspektif Konsili Vatikan II-Sebuah Diskusi



Kanisius Teobaldus Deki

 

Pengantar

Pada kesempatan ini kami ingin menampilkan beberapa gagasan Konsili Vatikan II tentang Yesus Kristus. Pada bagian pertama, beberapa pokok pikiran akan kami kemukan untuk kita semua dari Indeks Analitis Dokumen Konsili Vatikan II[1], dan pada bagian kedua, kita akan berdikusi bersama melalui beberapa pertanyaan penuntun yang sudah kami siapkan.

Bag. I. YESUS KRISTUS DAN RELASI TRINITARIS


I. Hubungan Kristus dengan Allah Bapa
Asal: Yesus adalah Sabda Bapa, Ia juga Putera. Sebagai Putera, Yesus mempunyai peran. Peran: Yesus sebagai Putera yang berasal dari Bapa mempunyai peran penting untuk menjadi perantara antara manusia dengan Allah. Ia adalah utusan yang menyampaikan Kabar Keselamatan kepada manusia. Ia diberikan Bapa kepada dunia, mewahyukan keselamatan Bapa, menjadi perantara keselamatan itu dan sekaligus menjadi jalan lewat mana manusia bisa sampai kepada Bapa. Cara: Untuk maksud pencapaian Kerajaan Bapa, maka Yesus ditakdiskan oleh Bapa. Dan sebagai konsekuensinya, Kristus dan Bapa selalu bersatu dalam doa. Doa merupakan sarana yang dipakai Putera berdialog dengan Bapa.

II. Hubungan Kristus dengan Roh Kudus
Asal: Roh Kudus berasal dari Bapa dan Putera. Untuk menjalankan tugas perutusanNya, Yesus terlebih dahulu melewati proses inkarnasi. Peran: Roh Kudus berperan sangat penting dalam proses inkarnasi itu. Cara: Melalui peran Roh Kudus, Maria mengandung tanpa intervensi seorang manusia. Dalam hidup dan karya selanjutnya, Ia diurapi oleh Roh, didorong oleh Roh dan berkarya atas kekuatan Roh dalam diri orang-orang yang dilayaniNya.

III. Kristus dalam kesatuanNya dengan Bapa, Putera dan Roh Kudus
Asal: Kesatuan Bapa, Putera dan Roh Kudus menjadi dasar Gereja. Kristus satu-satunya yang Kudus bersama Bapa dan Roh Kudus. Tritunggal merupakan sumber kekudusan dalam Kristus dan melalaui Dia. Cara: Gereja bersujud kepada Allah melalui Kristus dan melalui Dia. Manusia menuju kepada Bapa melalui Kristus dalam Roh Kudus. Kesimpulan: Setiap pribadi dalam Trinitas tidak bisa dipandang secara terpisah satu dengan yang lain. Meskipun ada prinsip perbedaan dan persamaan, ketiga pribadi itu saling mengandaikan. Ada prinsip communio di dalam relasi itu: bekerja sesuai dengan perutusan, tugas yang telah diberikan kepada masing-masing dan senantiasa taat kepada kehendak Bapa.

Bag. II. YESUS KRISTUS DAN GEREJA


I. Yesus Kristus adalah Pendiri Gereja
Yesus mendirikan dan menumbuhkan Gereja melalui sabda, karya pelayanan, dan kehadiran-Nya sebagai pribadi. Yesus mengawali Gereja-Nya dengan mewartakan kabar bahagia, yakni kedatangan Kerajaan Allah yang sudah berabad lamanya dijanjikan dalam Alkitab lewat pewartaan para nabi. Sabda itu diibaratkan dengan benih yang ditaburkan di ladang. Benih itu kemudian bertunas dan bertumbuh atas kekuatannya sendiri. Gereja merupakan benih dan awal mula Kerajaan itu di dunia.
Dasar pendirian Gereja yang kedua adalah karya pelayanan Yesus Kristus. Mukjizat-mukjizat yang dilakukan oleh Yesus di dunia  mau menegaskan bahwa Kerajaan itu sudah hadir di tengah umat manusia. Kedatangan Yesus ke dunia merupakan kehendak Bapa, karena Bapa berkenan membaharui segala sesuatu dalam Kristus. Demikianlah untuk memenuhi kehendak Bapa, Kristus memulai Kerajaan Surga di dunia, dan mewahyukan rahasia-Nya kepada kita, serta dengan ketaatan-Nya Ia melaksanakan penebusan kita. Gereja atau Kerajaan Kristus yang sudah hadir dalam misteri, atas kekuatan Allah berkembang secara nampak di dunia. Permulaan dan pertumbuhan itulah yang ditandakan dengan darah dan air, yang mengalir dari lambung Yesus.
Pewartaan dan karya pelayanan Yesus di dunia sebagai dasar pendirian Gereja ditunjukkan dalam wafat-Nya di salib, pengutusan Roh Kudus setelah kebangkitan-Nya, serta pemilihan dan pengutusan para rasul. Lewat para rasul maka terbentuklah para Uskup dan para Imam untuk melanjutkan tugas perutusan Kristus dewasa ini.
Dasar ketiga dari pendirian Gereja adalah Pribadi Yesus Kristus sendiri. Kerajaan Allah itu tampil, selain lewat sabda dan karya Yesus Kristus, terutama dalam diri Yesus Kristus sendiri. Ia adalah Putera Allah dan Putera Manusia yang datang untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang. Sesudah menanggung maut di kayu salib demi umat manusia, kemudian bangkit, Yesus nampak ditetapkan sebagai Tuhan dan Kristus serta imam. Ia mencurahkan Roh yang dijanjikan oleh Bapa ke dalam hati para murid-Nya. Oleh karena itu, Gereja yang diperlengkapi dengan kurnia-kurnia Pandirinya, dan yang dengan setia mematuhi perintah-perintah-Nya tentang cinta kasih, kerendahan hati dan ingkar diri, menerima perutusan untuk mewartakan Kerajaan Kristus dan Kerajaan Allah, dan mendirikannya di tengah semua bangsa.

II. Yesus Kristus adalah Prinsip Kehidupan, Kesatuan dan Kegiatan Gereja
Kesatuan antara Gereja dan Yesus Kristus sebagai pendirinya dapat terlihat melalui lambang-lambang yang dikenakan kepada Gereja dan gelar-gelar yang dikenakan kepada Kristus. Ada beberapa gambaran yang dikenakan kepada Gereja dalam kaitannya dengan Yesus Kristus, yakni: Pertama, Gereja itu kandang. Dalam kaitan dengan Gereja sebagai kandang, Kristus dilihat sebagai Pintu. Di sini Kristus adalah satu-satunya pintu yang harus dilalui. Kedua, Gereja sebagai kawanan. Gambaran Gereja sebagai kawanan merujuk pada Kristus sebagai gembala. Ketiga, Gereja sebagai tanaman atau ladang Allah. Gambaran ini memperlihatkan Kristus sebagai pokok anggur sejati, yang memberi hidup dan kesuburan bagi cabang-cabangnya. Keempat, Gereja sebagai bangunan Allah. Tuhan Yesus dalam Mat 21:42 mengibaratkan diri-Nya sebagai batu yang dibuang oleh para pembangun, tapi kemudian menjadi batu sendi. Kelima, Gereja sebagai mempelai Kristus. Gambaran ini mau menunjukkan kasih Yesus kepada Gereja. Kasih itu ditunjukkan lewat penyerahan diri-Nya secara total kepada Gereja.     
            Semua gambaran yang dikenakan kepada Gereja mau menunjukkan kebergantungan Gereja dengan Yesus Kristus. Gereja dan Yesus Kristus adalah satu, tidak bisa dipisahkan. Hal ini merujuk pada Gereja sebagai Tubuh mistik Yesus Kristus. Dengan mengurniakan Roh-Nya kepada Gereja, Kristus secara gaib membentuk Gereja menjadi Tubuh-Nya. Dalam Tubuh itu hidup Kristus dicurahkan ke dalam umat beriman. Kesatuan ini dinyatakan lewat penerimaan sakramen-sakramen Gereja.

III. Kristus Guru dan Pola Kehidupan Gereja
3.1. Kristus sebagai Guru
            Tuhan Yesus adalah Guru dan Teladan Ilahi segala kesempurnaan. Lewat kesucian hidup yang dikerjakan dan dipenuhi-Nya sendiri, Ia mewartakan kepada semua dan masing-masing murid-Nya untuk hidup suci atau sempurna sama seperti Bapa adalah sempurna. Kepada semua murid-Nya diutusnya Roh Kudus untuk menggerakan mereka dari dalam supaya mengasihi Allah dengan segenap hati, dengan segenap jiwa, dengan segenap akal budi dan dengan segenap tenaga mereka, dan saling mencintai seperti Dia telah mencintai mereka. Jalan untuk mencapai kesucian adalah jalan cinta kasih. Yesus Kristus telah menyatakan cinta kasih-Nya dengan menyerahkan nyawa-Nya bagi kita.
3.2. Kristus sebagai Pola Kehidupan Gereja
Gereja tidak dapat kehilangan kesuciannya karena Kristus menyerahkan diri baginya, untuk menguduskannya, dan menyatukannya dengan diri-Nya sebagai Tubuh-Nya. Kesucian dan kekudusan Gereja itu nampak pada buah-buah rahmat yang dihasilkan oleh Roh. Kekudusan ini dengan aneka cara terungkapkan pada masing-masing orang, yang dalam corak hidupnya menuju kesempurnaan cinta kasih. Kekudusan ini juga nampak dalam penghayatan nasehat-nasehat yang lazim disebut “nasehat Injil”. Penghayatan akan nasehat Injil tersebut ditempuh oleh banyak orang kristiani, entah secara perorangan,atau  dalam corak dan status hidup yang disahkan oleh Gereja. Ada tiga Nasehat Injil yang perlu dihidupi oleh Gereja, yakni kemiskinan kemurnian dan ketaatan. Ketiga Nasehat Injil ini merupakan pola kehidupan Yesus yang menjadi sumber kehidupan Gereja.

Bag. III. HUBUNGAN KRISTUS, SABDA YANG MENJELMA DENGAN UMAT MANUSIA DAN DUNIA

Beberapa pokok pikiran yang muncul ketika merelasikan pribadi Kristus dengan manusia dan dunia:
1.   Hal yang paling mendasar ialah bahwa untuk menyelamatkan manusia dan dunia atau untuk merealisasikan rencana keselamatan, Kristus tidak mengambil rupa Allah yang sulit dijangkau dan dilihat, akan tetapi Ia mengambil rupa manusia, tinggal di antara manusia, masuk dalam sejarah manusia dan dunia melalui Inkarnasi (penjelmaan Sabda). Sebagai seorang manusia Kristus bekerja memakai tangan manusiawi, berpikir melalui akal budi manusiawi, bertindaka atas kehendak manusiawi, dan lahir dari seorang wanita, Perawan Maria sebagai seorang manusia. Dengan ini mau dikatakan bahwa dalam segala hal Kristus sama dengan manusia, kecuali dalam hal dosa. Penjelmaan Kristus menjadi manusia bertujuan untuk menyelamatkan manusia dan merangkum semuanya dalam DiriNya sebagai pusat dan tujuan dari seluruh sejarah manusia, Dialah Alfa dan Omega. Oleh penjelasanNya ini kodrat manusia yang telah rusak akibat dosa dipulihkan kembali dan dengan itu manusia diangkat ke tingkat yang luhur dan mulia menjadi Anak-anak Allah.
2.  Kristus dan Misteri Manusia: Tujuan Penjelmaan atau inkarnasi Kristus adalah keselamatan. Ia menjadi Pribadi penyelamat manusia. Namun jalan yang dipakai dan ditempuh untuk merealisasikan misi keselamatan itu adalah dengan Jalan Salib, Jalan Penderitaan. Dengan cara atau jalan inilah Ia mau menebus, mendamaikan dan membebaskan setiap orang.
3.   Kristus Solider dengan Masyarakat: Solidaritas Kristus dengan masyarakat manusia tampak dalam hal-hal berikut: menghadiri pesta perkawinan di Kana, berkunjung ke rumah Zakheus, makan bersama para pemungut cukai dan orang-orang berdosa. Tindakan-tindakan Yesus ini sebetulnya mau menegaskan misi perustusanNya ke dalam dunia. Kedatangan dan kehadiranNya, pewartaan dan tindakanNya di tengah dunia terarah kepada orang-orang sederhana dan pendosa.
4.  Kristus dan nilai-nilai masyarakat di tengah dunia: Kedatangan Kristus ke tengah dunia disertai dengan sebuah tawaran nilai baru yakni Cinta Kasih. Sang Sabda mewahyukan kepada manusia bahwa Allah adalah cinta kasih itu sendiri. Cinta kasih bisa terungkap dalam pelbagai nilai, seperti: persaudaraan, perdamaian di mana Kristus menjadi tali penghubung atau pendamaia antara Allah dan manusia. Dengan ini Kristus menjadikan manusia sebagai ciptaan baru berkat penebusanNya. Cinta kasih yang menjadi inti terdalam ajaran Kristus juga hendaknya terungkap dalam kehidupan berkeluarga. Aspek kesetiaan dan penyerahan diri secara total menjadi kekuatan dalam membangun persekutuan hidup dan kasih Suami-Istri yang mesra. Kehadiran Kristus di tengah dunia memiliki arah yang jelas yakni pada kaum miskin dan berdosa. Pewartaan InjilNya justru ditujukan kepada kelompok ini. Ia hadir justru dalam diri orang-orang miskin.
5.   Kristus Penyelamat dan Pemersatu umat Manusia dan Dunia: Pada dasarnya Gereja adalah Sakramen Keselamatan bagi semua orang yang menampilkan sekaligus mewujudkan misteri cinta kasih Allah kepada manusia. Kristus yang hadir adalah Kristus Sang Penyelamat dan Pemersatu umat manusia, di mana Ia menumpulkan semua orang dari segala bangsa dan mengurniakan RohNya untuk membentuk mereka menjadi tubuhNya.
6.  Kristus dan Misteri-misteri Keselamatan hidupNya di Dunia dan dalam KemuliaanNya: Yesus Kristus Sabda yang menjelma menjadi daging diutus sebagai manusia kepada manusia untuk menyampaikan Sabda Allah dan menyelesaikan karya penyelamatan yang doserahkan oleh Bapa kepadaNya. Karya Keselamatan oleh Yesus Kristus dilakukan melalui kehadiran dan penampilanNya di tengah dunia, melalui Sabda dan karya-karyaNya, tanda-tanda serta mujizat-mujizatNya. Namun terutama melalui wafat dan kebangkitanNya dan pada akhirnya mengutus kembali Roh Kudus. Dengan karya-karya dan tindakan-tindakanNya ini mau menunjukkan dan membuktikan bahwa Allah senantiasa menyertai manusia. Seluruh misteri Kristus ini mulai dari penjelamaan serta kelahiranNya hingga pada kenaikanNya sampai Pentekosta dipaparkan oleg Gereja melalui Tahun Liturgi. Dengan mengenangkan misteri keselamatan ini, Gereja membuka bagi kaum beriman kekayaan keutamaan dan pahala Tuhan, sehingga rahasia-rahasia itu senantiasa hadir dengan cara-cara tertentu.
7.   Kristus dalam hidupNya tersembunyi: Dalam seluruh hidupNya, peranan Maria menjadi penting. Sekalipun dikandung dari Roh Kudus, namun Ia dilahirkan oleh seorang manusia yaitu melalui Bunda Maria. Ia dikandung, dilahirkan dan hidup sebagai seorang kanak-kanak justru dalam asuhan Bunda Maria. Dengan ini sebetulnmya Bunda Maria menjadi teladan cinta keibuan.
8.  Kristus dalam hidupNya di muka umum: Kedatangan Kristus dan warta gembira yang dibawaNya pertama-tama tertuju kepada kaum miskin. Untuk membawa tugas pewartaan ini Tuhan Yesus memanggil orang-orang yang dikehendakiNya dan memilih 12 orang menjadi muridNya. Dan inilah cikal bakal dari Hirarki Suci. Sebelum Ia terangkat ke surga, Tuhan Yesus memberikan perintah kepada para Rasul, “Pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu, dan baptislah mereka dalam nama Bapa, dan Putera dan Roh Kudus”. Dalam pewartaanNya Yesus tidak tinggal pasif, tetapi Ia aktif dengan menjelajahi desa-desa dan kota-kota, menyembuhkan orang-orang sakit, mengadakan pelbagai mujizat.
9.  Kristus dan Misteri PaskahNya: Berbicara tentang misteri Paskah tak bisa dipisahkan dengan peristiwa Perjamuan Akhir, di mana Kristus mengadakan korban Ekaristi Tubuh dan DarahNya. Dengan sakramen roti ekaristis dilambangkan dan dilaksanakan kesatuan umat beriman yang adalah satu tubuh dalam Kristus. Gereja justru bermula dan bertumbuh serta lahir dari Kristus yang tersalib. Kristus menebus Gereja dengan darahNya dan menguduskannya dengan penyerahan diriNya dan menyatukan gereja dengan diriNya sebagai tubuhNya.


Bag. IV. DISKUSI:

Telah kita simak bersama beberapa gagasan dalam penjelasan tadi. Maka kesempatan berikut adalah diskusi. Berikut ini ada beberapa pertanyaan yang akan kita diskusikan bersama:
1.   Bagaimana menurut pendapat Anda tentang relasi yang saling mengandaikan dari Trinitas bila diterapkan dalam kehidupan konkrit pelayanan pastoral kita di tengah umat?
2.  Yesus Kristus dan Gereja juga memiliki relasi yang erat. Yesus Kristus adalah prinsip Kehidupan, Kesatuan dan Kegiatan Gereja. Apa pendapat Anda tentang hal ini dan bagaimana itu menjadi konkrit dalam kehidupan Gereja?
3.   Inkarnasi Yesus Kristus menjadi manusia memiliki arti penting bagi keselamatan manusia, terutama mereka yang miskin dan berdosa. Menjadi Imam adalah sebuah pilihan untuk “mengambil bagian” dalam tugas Kristus sebagai mediator antara Allah dan manusia. Bagaimana hal ini menjadi konkrit dalam penghayatan hidup setiap hari?
4.  Selamat berdiskusi!


[1] Hardawiryana SJ, Indeks Analitis Dokumen-Dokumen Konsili Vatikan II (Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI, 1992), pp. 10-14.

No comments:

Post a Comment