Kanisius Teobaldus Deki
Pengantar
Pada
kesempatan ini kami ingin menampilkan beberapa gagasan Konsili Vatikan II
tentang Yesus Kristus. Pada bagian pertama, beberapa pokok
pikiran akan kami kemukan untuk kita semua dari Indeks Analitis Dokumen Konsili
Vatikan II[1],
dan pada bagian kedua, kita akan berdikusi bersama melalui
beberapa pertanyaan penuntun yang sudah kami siapkan.
Bag. I. YESUS KRISTUS DAN RELASI TRINITARIS
Asal: Yesus adalah Sabda Bapa, Ia juga Putera. Sebagai Putera, Yesus
mempunyai peran. Peran: Yesus sebagai Putera yang berasal dari Bapa
mempunyai peran penting untuk menjadi perantara antara manusia dengan Allah. Ia
adalah utusan yang menyampaikan Kabar Keselamatan kepada manusia. Ia diberikan
Bapa kepada dunia, mewahyukan keselamatan Bapa, menjadi perantara keselamatan
itu dan sekaligus menjadi jalan lewat mana manusia bisa sampai kepada Bapa. Cara:
Untuk maksud pencapaian Kerajaan Bapa, maka Yesus ditakdiskan oleh Bapa. Dan
sebagai konsekuensinya, Kristus dan Bapa selalu bersatu dalam doa. Doa
merupakan sarana yang dipakai Putera berdialog dengan Bapa.
II. Hubungan
Kristus dengan Roh Kudus
Asal: Roh Kudus berasal dari Bapa dan Putera. Untuk menjalankan
tugas perutusanNya, Yesus terlebih dahulu melewati proses inkarnasi. Peran:
Roh Kudus berperan sangat penting dalam proses inkarnasi itu. Cara:
Melalui peran Roh Kudus, Maria mengandung tanpa intervensi seorang manusia.
Dalam hidup dan karya selanjutnya, Ia diurapi oleh Roh, didorong oleh Roh dan
berkarya atas kekuatan Roh dalam diri orang-orang yang dilayaniNya.
III. Kristus
dalam kesatuanNya dengan Bapa, Putera dan Roh Kudus
Asal: Kesatuan Bapa, Putera dan Roh Kudus menjadi dasar Gereja.
Kristus satu-satunya yang Kudus bersama Bapa dan Roh Kudus. Tritunggal
merupakan sumber kekudusan dalam Kristus dan melalaui Dia. Cara: Gereja
bersujud kepada Allah melalui Kristus dan melalui Dia. Manusia menuju kepada
Bapa melalui Kristus dalam Roh Kudus. Kesimpulan: Setiap pribadi dalam
Trinitas tidak bisa dipandang secara terpisah satu dengan yang lain. Meskipun
ada prinsip perbedaan dan persamaan, ketiga pribadi itu saling mengandaikan.
Ada prinsip communio di dalam relasi itu: bekerja sesuai dengan
perutusan, tugas yang telah diberikan kepada masing-masing dan senantiasa taat
kepada kehendak Bapa.
Bag. II. YESUS KRISTUS DAN GEREJA
I. Yesus
Kristus adalah Pendiri Gereja
Yesus
mendirikan dan menumbuhkan Gereja melalui sabda, karya pelayanan, dan
kehadiran-Nya sebagai pribadi. Yesus mengawali Gereja-Nya dengan mewartakan
kabar bahagia, yakni kedatangan Kerajaan Allah yang sudah berabad lamanya
dijanjikan dalam Alkitab lewat pewartaan para nabi. Sabda itu diibaratkan
dengan benih yang ditaburkan di ladang. Benih itu kemudian bertunas dan
bertumbuh atas kekuatannya sendiri. Gereja merupakan benih dan awal mula
Kerajaan itu di dunia.
Dasar
pendirian Gereja yang kedua adalah karya pelayanan Yesus Kristus.
Mukjizat-mukjizat yang dilakukan oleh Yesus di dunia mau menegaskan bahwa Kerajaan itu sudah hadir
di tengah umat manusia. Kedatangan Yesus ke dunia merupakan kehendak Bapa,
karena Bapa berkenan membaharui segala sesuatu dalam Kristus. Demikianlah untuk
memenuhi kehendak Bapa, Kristus memulai Kerajaan Surga di dunia, dan mewahyukan
rahasia-Nya kepada kita, serta dengan ketaatan-Nya Ia melaksanakan penebusan
kita. Gereja atau Kerajaan Kristus yang sudah hadir dalam misteri, atas
kekuatan Allah berkembang secara nampak di dunia. Permulaan dan pertumbuhan
itulah yang ditandakan dengan darah dan air, yang mengalir dari lambung Yesus.
Pewartaan dan
karya pelayanan Yesus di dunia sebagai dasar pendirian Gereja ditunjukkan dalam
wafat-Nya di salib, pengutusan Roh Kudus setelah kebangkitan-Nya, serta
pemilihan dan pengutusan para rasul. Lewat para rasul maka terbentuklah para
Uskup dan para Imam untuk melanjutkan tugas perutusan Kristus dewasa ini.
Dasar ketiga
dari pendirian Gereja adalah Pribadi Yesus Kristus sendiri. Kerajaan Allah itu
tampil, selain lewat sabda dan karya Yesus Kristus, terutama dalam diri Yesus
Kristus sendiri. Ia adalah Putera Allah dan Putera Manusia yang datang untuk
melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.
Sesudah menanggung maut di kayu salib demi umat manusia, kemudian bangkit,
Yesus nampak ditetapkan sebagai Tuhan dan Kristus serta imam. Ia mencurahkan
Roh yang dijanjikan oleh Bapa ke dalam hati para murid-Nya. Oleh karena itu,
Gereja yang diperlengkapi dengan kurnia-kurnia Pandirinya, dan yang dengan
setia mematuhi perintah-perintah-Nya tentang cinta kasih, kerendahan hati dan
ingkar diri, menerima perutusan untuk mewartakan Kerajaan Kristus dan Kerajaan
Allah, dan mendirikannya di tengah semua bangsa.
II. Yesus Kristus adalah Prinsip Kehidupan,
Kesatuan dan Kegiatan Gereja
Kesatuan
antara Gereja dan Yesus Kristus sebagai pendirinya dapat terlihat melalui
lambang-lambang yang dikenakan kepada Gereja dan gelar-gelar yang dikenakan
kepada Kristus. Ada beberapa gambaran yang dikenakan kepada Gereja dalam
kaitannya dengan Yesus Kristus, yakni: Pertama, Gereja itu kandang.
Dalam kaitan dengan Gereja sebagai kandang, Kristus dilihat sebagai Pintu. Di
sini Kristus adalah satu-satunya pintu yang harus dilalui. Kedua, Gereja
sebagai kawanan. Gambaran Gereja sebagai kawanan merujuk pada Kristus
sebagai gembala. Ketiga, Gereja sebagai tanaman atau ladang Allah.
Gambaran ini memperlihatkan Kristus sebagai pokok anggur sejati, yang memberi
hidup dan kesuburan bagi cabang-cabangnya. Keempat, Gereja sebagai
bangunan Allah. Tuhan Yesus dalam Mat 21:42 mengibaratkan diri-Nya sebagai batu
yang dibuang oleh para pembangun, tapi kemudian menjadi batu sendi. Kelima, Gereja
sebagai mempelai Kristus. Gambaran ini mau menunjukkan kasih Yesus kepada
Gereja. Kasih itu ditunjukkan lewat penyerahan diri-Nya secara total kepada
Gereja.
Semua
gambaran yang dikenakan kepada Gereja mau menunjukkan kebergantungan Gereja
dengan Yesus Kristus. Gereja dan Yesus Kristus adalah satu, tidak bisa
dipisahkan. Hal ini merujuk pada Gereja sebagai Tubuh mistik Yesus Kristus.
Dengan mengurniakan Roh-Nya kepada Gereja, Kristus secara gaib membentuk Gereja
menjadi Tubuh-Nya. Dalam Tubuh itu hidup Kristus dicurahkan ke dalam umat
beriman. Kesatuan ini dinyatakan lewat penerimaan sakramen-sakramen Gereja.
III. Kristus Guru dan Pola Kehidupan Gereja
3.1. Kristus sebagai Guru
Tuhan
Yesus adalah Guru dan Teladan Ilahi segala kesempurnaan. Lewat kesucian hidup
yang dikerjakan dan dipenuhi-Nya sendiri, Ia mewartakan kepada semua dan
masing-masing murid-Nya untuk hidup suci atau sempurna sama seperti Bapa adalah
sempurna. Kepada semua murid-Nya diutusnya Roh Kudus untuk menggerakan mereka
dari dalam supaya mengasihi Allah dengan segenap hati, dengan segenap jiwa,
dengan segenap akal budi dan dengan segenap tenaga mereka, dan saling mencintai
seperti Dia telah mencintai mereka. Jalan untuk mencapai kesucian adalah jalan
cinta kasih. Yesus Kristus telah menyatakan cinta kasih-Nya dengan menyerahkan
nyawa-Nya bagi kita.
3.2. Kristus sebagai Pola Kehidupan Gereja
Gereja tidak
dapat kehilangan kesuciannya karena Kristus menyerahkan diri baginya, untuk
menguduskannya, dan menyatukannya dengan diri-Nya sebagai Tubuh-Nya. Kesucian
dan kekudusan Gereja itu nampak pada buah-buah rahmat yang dihasilkan oleh Roh.
Kekudusan ini dengan aneka cara terungkapkan pada masing-masing orang, yang
dalam corak hidupnya menuju kesempurnaan cinta kasih. Kekudusan ini juga nampak
dalam penghayatan nasehat-nasehat yang lazim disebut “nasehat Injil”.
Penghayatan akan nasehat Injil tersebut ditempuh oleh banyak orang kristiani,
entah secara perorangan,atau dalam corak
dan status hidup yang disahkan oleh Gereja. Ada tiga Nasehat Injil yang
perlu dihidupi oleh Gereja, yakni kemiskinan kemurnian dan ketaatan. Ketiga
Nasehat Injil ini merupakan pola kehidupan Yesus yang menjadi sumber kehidupan
Gereja.
Bag. III.
HUBUNGAN KRISTUS, SABDA YANG MENJELMA DENGAN UMAT MANUSIA DAN DUNIA
Beberapa pokok pikiran yang muncul ketika
merelasikan pribadi Kristus dengan manusia dan dunia:
1. Hal yang paling
mendasar ialah bahwa untuk menyelamatkan manusia dan dunia atau untuk
merealisasikan rencana keselamatan, Kristus tidak mengambil rupa Allah yang
sulit dijangkau dan dilihat, akan tetapi Ia mengambil rupa manusia, tinggal di
antara manusia, masuk dalam sejarah manusia dan dunia melalui Inkarnasi
(penjelmaan Sabda). Sebagai seorang manusia Kristus bekerja memakai tangan
manusiawi, berpikir melalui akal budi manusiawi, bertindaka atas kehendak
manusiawi, dan lahir dari seorang wanita, Perawan Maria sebagai seorang
manusia. Dengan ini mau dikatakan bahwa dalam segala hal Kristus sama dengan
manusia, kecuali dalam hal dosa. Penjelmaan Kristus menjadi manusia bertujuan
untuk menyelamatkan manusia dan merangkum semuanya dalam DiriNya sebagai pusat
dan tujuan dari seluruh sejarah manusia, Dialah Alfa dan Omega.
Oleh penjelasanNya ini kodrat manusia yang telah rusak akibat dosa dipulihkan
kembali dan dengan itu manusia diangkat ke tingkat yang luhur dan mulia menjadi
Anak-anak Allah.
2. Kristus dan Misteri
Manusia: Tujuan Penjelmaan atau inkarnasi Kristus adalah keselamatan. Ia
menjadi Pribadi penyelamat manusia. Namun jalan yang dipakai dan ditempuh untuk
merealisasikan misi keselamatan itu adalah dengan Jalan Salib, Jalan
Penderitaan. Dengan cara atau jalan inilah Ia mau menebus, mendamaikan dan
membebaskan setiap orang.
3. Kristus Solider dengan
Masyarakat: Solidaritas Kristus dengan masyarakat manusia tampak dalam hal-hal
berikut: menghadiri pesta perkawinan di Kana, berkunjung ke rumah Zakheus,
makan bersama para pemungut cukai dan orang-orang berdosa. Tindakan-tindakan
Yesus ini sebetulnya mau menegaskan misi perustusanNya ke dalam dunia.
Kedatangan dan kehadiranNya, pewartaan dan tindakanNya di tengah dunia terarah
kepada orang-orang sederhana dan pendosa.
4. Kristus dan nilai-nilai
masyarakat di tengah dunia: Kedatangan Kristus ke tengah dunia disertai dengan
sebuah tawaran nilai baru yakni Cinta Kasih. Sang Sabda mewahyukan
kepada manusia bahwa Allah adalah cinta kasih itu sendiri. Cinta kasih bisa
terungkap dalam pelbagai nilai, seperti: persaudaraan, perdamaian di mana
Kristus menjadi tali penghubung atau pendamaia antara Allah dan manusia. Dengan
ini Kristus menjadikan manusia sebagai ciptaan baru berkat penebusanNya. Cinta
kasih yang menjadi inti terdalam ajaran Kristus juga hendaknya terungkap dalam
kehidupan berkeluarga. Aspek kesetiaan dan penyerahan diri secara total menjadi
kekuatan dalam membangun persekutuan hidup dan kasih Suami-Istri yang mesra.
Kehadiran Kristus di tengah dunia memiliki arah yang jelas yakni pada kaum
miskin dan berdosa. Pewartaan InjilNya justru ditujukan kepada kelompok ini. Ia
hadir justru dalam diri orang-orang miskin.
5. Kristus Penyelamat dan
Pemersatu umat Manusia dan Dunia: Pada dasarnya Gereja adalah Sakramen
Keselamatan bagi semua orang yang menampilkan sekaligus mewujudkan misteri
cinta kasih Allah kepada manusia. Kristus yang hadir adalah Kristus Sang
Penyelamat dan Pemersatu umat manusia, di mana Ia menumpulkan semua orang dari
segala bangsa dan mengurniakan RohNya untuk membentuk mereka menjadi tubuhNya.
6. Kristus dan
Misteri-misteri Keselamatan hidupNya di Dunia dan dalam KemuliaanNya: Yesus
Kristus Sabda yang menjelma menjadi daging diutus sebagai manusia kepada
manusia untuk menyampaikan Sabda Allah dan menyelesaikan karya penyelamatan
yang doserahkan oleh Bapa kepadaNya. Karya Keselamatan oleh Yesus Kristus
dilakukan melalui kehadiran dan penampilanNya di tengah dunia, melalui Sabda
dan karya-karyaNya, tanda-tanda serta mujizat-mujizatNya. Namun terutama
melalui wafat dan kebangkitanNya dan pada akhirnya mengutus kembali Roh Kudus.
Dengan karya-karya dan tindakan-tindakanNya ini mau menunjukkan dan membuktikan
bahwa Allah senantiasa menyertai manusia. Seluruh misteri Kristus ini mulai
dari penjelamaan serta kelahiranNya hingga pada kenaikanNya sampai Pentekosta
dipaparkan oleg Gereja melalui Tahun Liturgi. Dengan mengenangkan
misteri keselamatan ini, Gereja membuka bagi kaum beriman kekayaan keutamaan
dan pahala Tuhan, sehingga rahasia-rahasia itu senantiasa hadir dengan
cara-cara tertentu.
7. Kristus dalam hidupNya
tersembunyi: Dalam seluruh hidupNya, peranan Maria menjadi penting.
Sekalipun dikandung dari Roh Kudus, namun Ia dilahirkan oleh seorang manusia
yaitu melalui Bunda Maria. Ia dikandung, dilahirkan dan hidup sebagai seorang
kanak-kanak justru dalam asuhan Bunda Maria. Dengan ini sebetulnmya Bunda Maria
menjadi teladan cinta keibuan.
8. Kristus dalam hidupNya
di muka umum: Kedatangan Kristus dan warta gembira yang dibawaNya pertama-tama
tertuju kepada kaum miskin. Untuk membawa tugas pewartaan ini Tuhan Yesus
memanggil orang-orang yang dikehendakiNya dan memilih 12 orang menjadi
muridNya. Dan inilah cikal bakal dari Hirarki Suci. Sebelum Ia terangkat
ke surga, Tuhan Yesus memberikan perintah kepada para Rasul, “Pergilah,
jadikanlah semua bangsa muridKu, dan baptislah mereka dalam nama Bapa, dan
Putera dan Roh Kudus”. Dalam pewartaanNya Yesus tidak tinggal pasif, tetapi Ia
aktif dengan menjelajahi desa-desa dan kota-kota, menyembuhkan orang-orang
sakit, mengadakan pelbagai mujizat.
9. Kristus dan Misteri
PaskahNya: Berbicara tentang misteri Paskah tak bisa dipisahkan dengan
peristiwa Perjamuan Akhir, di mana Kristus mengadakan korban Ekaristi
Tubuh dan DarahNya. Dengan sakramen roti ekaristis dilambangkan dan
dilaksanakan kesatuan umat beriman yang adalah satu tubuh dalam Kristus. Gereja
justru bermula dan bertumbuh serta lahir dari Kristus yang tersalib. Kristus
menebus Gereja dengan darahNya dan menguduskannya dengan penyerahan diriNya dan
menyatukan gereja dengan diriNya sebagai tubuhNya.
Bag. IV.
DISKUSI:
Telah kita simak bersama beberapa gagasan
dalam penjelasan tadi. Maka kesempatan berikut adalah diskusi. Berikut ini ada
beberapa pertanyaan yang akan kita diskusikan bersama:
1. Bagaimana menurut
pendapat Anda tentang relasi yang saling mengandaikan dari Trinitas bila
diterapkan dalam kehidupan konkrit pelayanan pastoral kita di tengah umat?
2. Yesus Kristus dan
Gereja juga memiliki relasi yang erat. Yesus Kristus adalah prinsip Kehidupan,
Kesatuan dan Kegiatan Gereja. Apa pendapat Anda tentang hal ini dan bagaimana
itu menjadi konkrit dalam kehidupan Gereja?
3. Inkarnasi Yesus
Kristus menjadi manusia memiliki arti penting bagi keselamatan manusia,
terutama mereka yang miskin dan berdosa. Menjadi Imam adalah sebuah pilihan
untuk “mengambil bagian” dalam tugas Kristus sebagai mediator antara Allah dan
manusia. Bagaimana hal ini menjadi konkrit dalam penghayatan hidup setiap hari?
4. Selamat berdiskusi!
[1]
Hardawiryana SJ, Indeks Analitis Dokumen-Dokumen Konsili Vatikan II
(Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI, 1992), pp. 10-14.
No comments:
Post a Comment