Posts

Showing posts from September, 2018

Permainan Caci Orang Manggarai (2)

Image
Kanisius Teobaldus Deki, dkk Apa itu permainan caci? Pertanyaan ini tentu ingin mendapatkan sebuah defenisi yang memadai sekaligus lengkap. Dalam temuan di lapangan para informan memberikan jawaban yang memiliki kemiripan dengan beberapa aspek yang ditonjolkan. Pertama nian, hampir semua informan sepakat bahwa permainan caci dapat dijelaskan melalui etimologi kata caci. Caci diasalkan pada dua kata yakni kata “ca” dan “ci”. Kata “ca” berarti satu dan “ci” berarti uji atau adu (MTe 1). Selain itu, ada yang berpendapat bahwa caci dari kata “ca gici ca” yang berarti satu lawan satu (Mte 25). Jadi dari etimologi ini, dapatlah dikatakan bahwa permainan caci merupakan sebuah pertarungan satu lawan satu. Pengertian ini kemudian berkembang misalnya dengan pemahaman dari sebagian informan yang melihat caci sebagai seni tarung yang merupakan ekspresi keberanian dalam perang di zaman lampau. Kedua, terdapat pelbagai defenisi yang mempunyai kemiripan satu wilayah dengan wilaya...

Caci Orang Manggarai (1)

Image
Kanisius T. Deki, dkk. Foto: Caci pada zaman lampau. Sumber: Tropenmuseum-Netherland Penjelasan yang memadai tentang permainan Caci orang Manggarai ada dalam konteks budaya Manggarai. Karena itu, menurut hemat kami perlu dibuat penjelasan mendalam tentang pengertian budaya. Terkait pengertian budaya ada begitu banyak penjelasan. Istilah “budaya” berasal dari kata bahasa sansekerta “buddhayah” yang berarti akal budi. [1] Dalam istilah Inggris, kata ”budaya” adalah culture, yang berasal dari kata Latin colere yang berarti “mengolah, mengerjakan” terutama mengolah tanah atau bertani. Hal ini berarti bahwa budaya merupakan aktivitas manusia , bukan aktivitas makhluk yang lain dan menjadi ciri manusia . [2] Manusia dapat dilihat dari kedudukannya sebagai homo humanus, homo socius dan homo educandum. Humanus berasal dari bahasa Latin yang berarti lebih halus, berbudaya dan manusiawi . Manusia akan selalu mencipta, menikmati dan merasakan hal-hal yang bisa membuat dia...

Membangun Ekonomi Gotong Royong

Image
Penulis: Aris Ninu  Editor: Apolonia Matilde  Penyakit yang paling berbahaya saat ini bukanlah Aids , jantung pun stroke melainkan terasing secara sosial. Belenggu paling mematikan adalah hilangnya kepekaan terhadap sesama dalam pelbagai bentuknya. Setiap individu sibuk dengan dirinya sendiri. Egoisme kian menguat dalam diri setiap orang. Kemudian egoisme itu menggumpal pada perasaan yang sama dalam kelompok-kelompok komunitas sehingga melahirkan masyarakat yang apatis pada sesama, termasuk yang diberi kategori miskin secara ekonomi. Masyarakat yang egois adalah efek paling kentara dari makin sirnanya nilai-nilai pembentuk karakter pada masyarakat.   Padahal bangsa kita disebut sebagai bangsa yang berbudaya dan kaya akan nilai. Filosofi gotong royong dalam segala bidang kehidupan perlahan-lahan punah. Sehingga jurang antara yang kaya dan miskin kian melebar, yang kuat menyantap yang lemah, seolah mengamini adagium Thomas Hobes, “Homo Homini Lupus” (manus...