Kanisius Teobaldus Deki
Peneliti Kopi, Staf Pengajar STIE
Karya
Kopi Arabica Manggarai (KAM) merupakan kopi
berkualitas tinggi. Hal ini dibuktikan pada tahun 2015 kopi ini dinobatkan
menjadi Kopi Terbaik Indonesia dalam kontes kopi yang digelar oleh Asosiasi
Eksportir dan Importir Kopi Indonesia di Banyuwangi, Jawa Timur. Sejak saat
itu, KAM diminati banyak pihak. Harga kopi pada level petani mulai membaik,
walau belum setara dengan harapan, namun tanda-tanda perubahan mulai tampak.
Sejak 28 Juni 2020 saya mengunjungi para
petani kopi yang bergabung dalam kelompok dampingan Yayasan Ayo Indonesia,
sebuah LSM yang bergerak pada pendampingan petani Manggarai Raya sejak tahun
1995. Dari 23 kelompok, saya mengunjungi 12 kelompok tani mulai dari Desa
Lungar, Umung, Lolang di Kecamatan Satar Mese, Desa Ruang di Kecamatan Satar
Mese Utara, Desa Cumbi, Bangka Lao, Golo Worok dan Laja di Kecamatan Ruteng, hingga
Desa Wae Rii, Benteng Poco dan Ranaka di Kecamatan Wae Rii.
Artikel ini merupakan sebuah catatan
perjalanan serentak sebuah refleksi kritis terhadap kebijakan pembangunan
daerah Manggarai Raya bertitik tumpu pada temuan bahwa kopi merupakan produk
andalan petani dalam menopang hidupnya.
Kopi
Kualitas Premium
Kopi Arabica Manggara tumbuh di ketinggian
1.000-1.500 Mdpl dengan suhu lokal 15°C-25°C sehingga memiliki citarasa unik
dengan aroma bunga bernuansa manis dan tingkat keasaman yang rendah (low acidity). Aromanya yang kuat menggoda setiap peminum kopi
untuk mencoba dan menentukan pilihan. Kopi Arabica ini memiliki tekstur yang kuat dan memberikan kesan
tersendiri bagi penikmat kopi melalui citarasa (taste): chocolate, nutty,
tropical fruit dan medium body. Rasa
(flavor) yang enak, sisa rasa (aftertaste) yang bertahan dan kemanisan
(sweetness) mengikat penikmat kopi
untuk terus memilih KAM.
Rasa dan mutu dijamin melalui alur
proses yang sudah terstandarisasi Internal Control System (ICS) sejak
pemilihan benih, penyiapan lahan, penangkaran benih, penanaman, perawatan
hingga pengelolaan pascapanen. Tak mengherankan, KAM masuk dalam 17 kopi yang
mengikuti “Specialty Coffee Association
of America SCAA Expo” tahun 2016 di kota Atlanta, Georgia. KAM telah diuji
oleh Caswells Coffee yang bertindak
sebagai kutaror kopi sekaligus sebagai satu-satunya laboratorium kopi di
Indonesia yang tersertifikasi standar SCAA. KAM Manggarai lolos dengan “cupping
score” di atas 83,5.
KAM dihasilkan oleh kelompok tani yang
memiliki pola hidup selaras alam. Hal ini ditandai oleh proses perawatan
tanaman kopi melalui pemupukan organik. Mereka dilatih oleh Yayasan Ayo
Indonesia untuk mengolah pupuk sendiri dengan bahan lokal. Hasilnya, kopi ini
memiliki citarasa specialty sekaligus
menjamin kesehatan karena tidak tersentuh pupuk kimia.
Untuk menunjang keberlanjutan (sustainable), para petani KAM membentuk
kelompok kerja. Kelompok kerja ini dinamai Kelompok Petani Kopi (KPK). Mereka
didampingi oleh yayasan Ayo Indonesia melalui berbagai bentuk dukungan:
penguatan sumber daya manusia dalam pelatihan-pelatihan sehingga mereka menjadi
petani yang trampil, penyediaan benih unggul, pendampingan yang berkelanjutan
hingga menghasilkan produk yang bermutu dan bersaing secara mondial.
Butuh
Sentuhan Pemerintah
Perhatian atas KAM akhirnya menggerakkan
semua pihak, termasuk di dalamnya Pemerintah Daerah Manggarai Raya (Kabupaten
Manggarai, Manggarai Timur dan Manggarai Barat) untuk bersama para petani,
Lembaga Swadaya Masyarakat Yayasan Ayo Indonesia, Asosiasi Petani Kopi Manggarai
(Asnikom) dan para pelaku usaha kopi mendaftarkan KAM demi mendapat Sertifikat
Indikasi Geografis (SIG).
Sayangnya, perhatian ini belumlah terfokus.
Banyak kelompok dampingan Yayasan Ayo mengakui bahwa intervensi pemerintah
melalui APBD belum tampak. Tanaman kopi yang mereka miliki umumnya adalah
peninggalan Bupati Manggarai terdahulu Drs. Gaspar Parang Ehok, MP dengan
program Gemparnya. Dari sisi usia tanaman, kopi-kopi ini sudah sangat tua dan
perlu diremajakan ataupun diganti dengan varietas baru.
Dari sisi penguatan sumber daya manusia (human resources development) mereka
membutuhkan dampingan dari petugas lapangan terlatih dengan kontinuitas yang
terjaga. Petani-petani mengeluh bahwa dampingan hanya datang dari lembaga
swadaya masyarakat. Itupun baru menyentuh sebagian dari begitu banyak jumlah
petani kopi di Manggarai Raya.
Dalam situasi dimana usaha peningkatan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) terus digalakkan berbasis potensi daerah dan
sumber daya alam yang sangat mendukung dari sisi tanah yang subur dan kultur
bertani kopi yang sudah mentradisi, fokus pemerintah daerah adalah memberikan
dukungan penuh agar kopi kembali menjadi primadona dan identitas kedirian orang
Manggarai.
Karena itu, pendampingan serius atas Kelompok
Petani Kopi (KPK) akan memberi daya ungkit yang besar bukan saja untuk menjamin
mutu produk, tetapi juga menjamin jumlah produk dan keberlanjutan produk untuk
jangka waktu yang panjang. Sebab, KAM adalah kopi premium dengan mutu yang
tetap terjaga, pasokan yang tak terbatas dan merupakan pencipta pasar yang tak
pernah mati. Tujuan akhirnya adalah harga kopi petani meningkat, daya beli
masyarakat dan dunia usaha makin tinggi, petani menjadi sejahtera.***
(Dipublikasi pertama oleh: www.floressmart.com, Jumat, 14 Agustus 2020)
Mantap e
ReplyDeleteIni bagian kegagalan bupati Deno dalam melihat potensi daerahnya.
ReplyDelete