Monday, 3 August 2020

50 Tahun SMAK St. Thomas Aquinas: MelkiorAnggal, Membangun melalui Pendidikan


 

Bapa Melkior Anggal (Foto: Even Anggal)


Kanisius Teobaldus Deki

Penulis Buku Terus Menjadi Cahaya Yang Berpendar:

50 Tahun SMAK St. Thomas Aquinas

 

Salah satu tokoh penting dalam Yayasan Pendidikan Nucalale adalah Melkior Anggal. Melkior adalah ketua Yayasan pertama (1970-1987) dari lembaga yang memayungi SMAK St. Thomas Aquinas. Dalam rangka  merayakan 50 tahun sekolah ini kami menurunkan artikel yang membahas tokoh penting lembaga ini.

Melkior Anggal lahir di Pinis, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, pada tahun 1930. Melkior merupakan anak pertama dari sembilan bersaudara.  Melkior memiliki seorang ayah dan  terlahir dari istri pertama yang memiliki saudara kandung enam orang, sedangkan dari istri kedua terlahir tiga orang.

Melkior menyelesaikan pendidikan dasar di Sekolah Rakyat (3 tahun) Mok  tahun 1942, dilanjutkan di Ruteng hinggat amat tahun 1949. Setelah menamatkan pendidikan dasarnya, ia melanjutkan pendidikannya di Sekolah Guru Bawah (SGB) dan  lulus tahun 1964. Selain pendidikan formal, ada beberapa kursus yang dijalaninya, yakni Kursus Pengetahuan Praktis  Pamong Praja  tanggal 4 Oktober 1971 di Kupang dan Kursus Pembangunan Desa  Tahun 1971 di Kupang.

Bapa Melkior sangat suka berorganisasi. Mula-mula ia bergabung dengan Partai Katolik sebagai anggota tahun 1950 – 1959 di Ruteng;  lalu menjadi Dewan Harian tahun 1959 – 1970 di Ruteng. Pasca Partai Katolik bubar, ia bergabung dengan Partai Golongan Karya, selaku Pembina, tahun 1970 – 1981 di Waelengga.

Bapa Melkior memiliki banyak pengalaman dalam berbagai jabatan, antara lain: Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tingkat II Manggarai Tahun 1959 – 1961, Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tingkat II Manggarai Tahun 1965 – 1970, Kepala Perwakilan Kecamatan Borong di Waelengga Tahun 1971 – 1981 dan Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Manggarai Tahun 1981 – 1986.

Bapa Melkior memiliki kepribadian yang baik, sabar, pekerja keras, suka melayani, taat beribadah. Ia sangat dekat dengan masyarakat sehingga terjadi komunikasi dua arah antara pemimpin dan rakyat dalam rangka menjamin kelancaran dari sebuah  proses pembangunan. Begitu pula jika  ia memunyai tujuan dan cita –cita,  ia akan bekerja keras untuk mencapainya.

Ia memiliki visi yang jauh ke depan. Ia menjadi salah satu pendiri Yayasan Pendidikan Nucalale dan menjadi ketua pertama yayasan itu. Dia menyatakan kesungguhannya bekerja dengan pengabdian yang cukup panjang sebagai ketua selama 17 tahun (1970-1987).

Ketika beliau menjadi camat di tahun 1970-an, tugas berat yang diemban  waktu itu adalah membangun wilayah itu dari nol. Keterbatasan sarana dan prasarana menjadi kendala utama. Betul-betul   mengandalkan gotong royong dan murni  mengharapkan partisipasi masyarakat.  Daerahnya  masih banyak yang terisolasi. Pemerintahan desa belum ada, sarana pendidikan belum ada,  sarana kegiatan pemerintahan di kecamatan harus dibangun. Ia membuka daerah isolasi dengan membangun infrastruktur jalan dan membentuk pemerintahan desa sekaligus membangun sarana dan prasarana kegiatan pemerintahnya.

Ia membangun sektor pertanian dan perdagangan. “Waktu itu Bapak melihat bahwa sumber daya manusia (SDM) orang-orang yang dipercayakan Negara kepadanya sangat rendah. Ia membangun SDM masyarakat lewat pendidikan. Karenanya, ia menggagas berdirinya beberapa Sekolah Dasar di setiap desa di wilayah Perwakilan Kecamatan Borong. Ia membangun beberapa Sekolah Menengah Pertama bersama tokoh masyarakat, memperjuangkan para pelajar dari wilayahnya dikirim ke perguruan Tinggi atau sekolah kejuruan  ke luar daerah Manggarai dan di luar Propinsi Nusa Tengara Timur”, kilas balik Even Anggal, anak bungsu almarhum.

Hal ini dilakukannya karena ia ingin daerah ini cepat berkembang dan maju seperti daerah lainnya. Ia percaya, melalui pendidikan masyarakat akan cepat maju dan berkembang. Ia menjadikan lembaga pendidikan yang didirikan sebagai sebagai pelopor pembangunan. “Kerinduannya termanifestasi dalam misi untuk mengembangkan sumber daya manusia yang mampu merespon tantangan masa depan, sanggup belajar secara berkelanjutan dan mandiri dalam meraih kesempatan agar bermanfaat bagi hidupnya sendiri, organisasi dan lingkungan masyarakat”, kisah Wempy Anggal, melanjutkan.

Ia menikah dengan Elisabet Mia Daghe, gadis jelita yang berasal dari Desa Lembur Kecamatan Kota Komba Kabupaten Manggarai Timur. Dari perkawinan itu mereka dikaruniai anak sebanyak sembilan orang. Merekaadalah Anselmus Anggal (Alm.), Emirensiana Anggal (Almh. ), Edeltrudis Anggal (Almh.), Emiliana Anggal (Almh.), Wihelmus Anggal, Aleksandrina Anggal, Yovita M.  Anggal, Bonifasia P. Anggal dan Evensius J. Anggal.

Di masa pensiun sebagai Pegawai Negeri Sipil, BapaMelkior dan istri tinggal di Kelurahan Watunggene – Waelengga, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur. Ia menghabiskan waktu di masa tuanya bersama istri. Setelah sekian lama mengabdi, akhirnya Bapa Melkior menyelesaikan seluruh tugas dan tanggungjawabnya di dunia ini dan menghembuskan nafas terakhir di Waelengga pada tanggal 25 Mei 1994.***

(Pertama dipublikasi dalam media: www.floressmart.com pada 4 Agustus 2020)

 


No comments:

Post a Comment