Kanisius
Teobaldus Deki
Ketua
KSP Kopdit Kopkardios, Dosen STIE Karya
Pada 23 November 2019
kemarin, Manggarai Timur merayakan HUT berdirinya yang ke-12. Kabupaten yang
masih belia ini lahir berdasarkan Undang Undang Nomor
36 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Manggarai Timur di Provinsi Nusa
Tenggara Timur yang disahkan pada tanggal 17 Juli 2007. Sebuah kenyataan yang
menjadi kerinduan banyak pihak. Setelah sekian lama menjadi sebuah daerah
otonomi khusus, kabupaten ini terus berusaha mewujudkan impian masyarakatnya
menjadi sebuah daerah yang sejahtera dalam semua aspek kehidupan. Hal ini
memang menjadi kerinduan esensial semua manusia. Kerinduan dasariah yang terus
memicu semua pihak untuk berjuang, baik sebagai individu maupun sebagai
komunitas.
Salah satu tonggak penting yang bisa
merealisasikan visi pembangunan adalah ketersediaan modal yang cukup. Sampai
sejauh ini, salah satu modal utama pembangunan daerah adalah APBD kabupaten, di
samping modal swasta dan modal-modal lembaga keuangan. Tahun 2020, Manggarai
Timur akan memeroleh Rp. 1,03 triliun untuk membiayai program pembagunannya.
Kendati modal itu tidak diberikan kepada masyarakat secara tunai, tetapi
melalui program pembangunan, namun dana sebesar itu akhirnya berputar di tengah
masyarakat dengan berbagai cara yang legal.
Modal lembaga keuangan yang membiayai
usaha dan pelbagai kebutuhan masyarakat terus menjadi salah satu daya dorong
bagi terciptanya masyarakat yang secara ekonomi terus bertumbuh. Koperasi
Kredit (Kopdit) Kopkardios ikut dalam arus besar membangun daya yang sama dalam
pembangunan masyarakat Manggarai Timur.
Artikel ini lahir dari keceriaan akan
bertumbuh dan berkembangnya lembaga keuangan mikro ini di Manggarai Timur dan
sebuah prolog bagi pembukaan kantor cabang baru pada Senin, 25 November 2019 di
Borong, manggarai Timur.
Terlahir dari Keprihatinan
Catatan Badan Pusat Statistik 2019
memperlihatkan persantase penduduk miskin pada Maret 2019 di Indonesia sebesar
9,41%. Itu berarti jumlah penduduk miskin di Indonesia per Maret 2019 sebesar 25,14 juta orang. Jumlah yang masih
cukup banyak untuk sekian ratus penduduk Indonesia.
Bila ditilik dari dari Garis
Kemiskinan pada Maret 2019 tercatat sebesar Rp. 425.250,-/kapita/bulan. Komposisinya
terdiri atas Garis Kemiskinan Makanan sebesar Rp.313.232,- (73,66 persen) dan
Garis Kemiskinan Bukan Makanan sebesar Rp112.018,- (26,34 persen).
Masih ditahun ini, pada Maret 2019, secara
rata-rata rumah tangga miskin di Indonesia memiliki 4,68 orang anggota rumah
tangga. Dengan demikian, besarnya Garis Kemiskinan per rumah tangga miskin
secara rata-rata adalah sebesar Rp1.990.170,-/rumah tangga miskin/bulan.
BPS Kabupaten Manggarai Timur
memperlihatkan data jumlah penduduk tahun 2017 sebanyak 280.118 jiwa. Penduduk
yang terhitung miskin sebanyak 74.850 jiwa dengan Garis Kemiskinan Rp. 255.530
dan Indeks Kedalaman kemiskinan 4,39 pada tahun 2017. Dari total penduduk
kabupaten ini, ada 26,7% penduduk Manggarai Timur terhitung penduduk miskin.
Angka yang tidak sedikit!
Angka-angka ini mempresentasikan
kepada kita kenyataan masih banyaknya penduduk yang berada dalam lingkaran
kemiskinan akut dan harus dibebaskan. Salah satu masalah dasar yang substantive
adalah peredaran uang yang masih minim, yang salah satu sebabnya adalah
pertumbuhan usaha ril belum menjadi focus pemerintah dan masyarakat. Belum lagi
capital flying yang disebabkan
penerima APBD dalam bentuk belanja pegawai (gaji) yang masih tinggal di luar
kabupaten ini.
Kopkardios Membangun Manggarai Timur
Keprihatinan terus bertambahnya angka
kemiskinan membuat Kopkardios memiliki komitmen untuk melayani anggotanya di
Manggarai Timur. Tekad lembaga ini adalah Kopdit Kopkardios berpartisipasi
aktif dalam mendongkrak gerak laju pertumbuhan ekonomi rakyat Manggarai Timur.
Sejak tahun 2008, Kopdit Kopkardios hadir di Paroki Mano dalam dampingan Rm.
Agustinus Agung Pr dengan jumlah anggota per 31 Desember 2018 sebanyak 446
orang. Tahun 2010 memperluas wilayah pelayanan ke paroki Nanga Lanang dan
Tanggar. Di Nanga Lanang ada tiga tempat pelayanan yakni di Nanga Lanang 559
orang, Kawit 116 orang dan Lidi 32 orang. Total jumlah anggota di paroki ini
sebanyak 707 orang.
Paroki yang berdekatan dengan Mano
didatangi oleh Kopkardios tahun 2010. Paroki ini memunyai 3 tempat pelayanan,
Tanggar 112 orang, Lento 99 orang dan Nggari 287 orang, totalnya berjumlah 498
orang.
Tahun 2012 Kopdit Kopkardios menyambangi
wilayah paroki Mbata dengan 46 orang anggotanya dan paroki Colol tersebar dalam
4 kelompok antara lain, Tangkul 320 orang, Biting Welu 136 orang, Wangkar Weli
62 orang dan Ngkiong Dora 36 orang.
Total anggota di sini adalah 554 orang. Selanjutnya, ke paroki Lempang
Paji, terdapat 3 kelompok pelayanan, Lempang Paji 127 orang, Toang 132 orang dan
Mboeng 195 orang.
Sadar bahwa beberapa tempat merupakan one way ticket, selalu dilewati di jalur
itu, maka Kopdit ini memulai pelayanan di paroki Watu Nggong tahun 2013 dengan
jumlah anggota 34 orang. Tahun yang sama di paroki Sok sebanyak 70 orang di Golo
Mongkok dan 28 orang di Purang Mese.
Efek domino dari pelayanan di Lempang
Paji selain Watu Nggong adalah Elar yang dibuka tahun 2014 dengan mendaftarnya
288 orang menjadi anggota. Demikian halnya, kampung Rama di paroki Sita dengan
126 orang anggota yang potensial. Lalu, focus kemudian diarahkan ke paroki
Borong, tahun 2015, dengan permulaan yang cukup meyakinkan di Lodos, dimulai
oleh Stanis L. Lelo dengan 42 orang anggota.
Jadi, terdapat 10 paroki yang sudah
memiliki tempat pelayanan tetap Kopdit Kopkardios. Jika wilayah ini dimasukkan
ke dalam area administratisf kecamatan maka diperoleh persebarannya dalam 7
kecamatan: kecamatan Poco Ranaka (Mano, Tanggar), Poco Ranaka Timur (Colo),
Sambi Rampas (Watu Nggong), Elar (Elar dan Lempang Paji), Rana Mese (Sita,
Nanga Lanang, Lidi, Kawit, Rama), Borong (Borong, Lodos) dan Kota Komba
(Mbata). Masih ada 2 wilayah kecamatan yang masih menjadi agenda untuk
dilayani.
Per 31 Desember 2018, jumlah anggota
Kopdit Kopkardios di Manggarai timur sebanyak 3.293 orang atau menyumbang
29,63% bagi total anggota Kopkardios. Angka ini terus bertambah. Per 31 Oktober
2019, terdapat penambahan 317 orang anggota baru sehingga total anggota
Manggarai Timur sebanyak 3.597 orang.
Tentu jumlah ini tidaklah sebanding
dengan jumlah penduduk miskin yang berada di angka 74.850! Namun, bukankah langkah ke 1.000 dimulai dari langkah
pertama? Dengan lembaga ini memberikan kontribusi bagi modal usaha dan
pemenuhan kebutuhan dasar (basic needs)
setiap anggotanya, ia ikut serta membangun kabupaten tercinta ini mengurangi
angka kemiskinan dan membawa masyarakat ke rumah sejahtera. Sebuah perjalanan
yang seharusnya mendapat simpati banyak pihak dan ikut serta di dalamnya.***
No comments:
Post a Comment