Kanisius
Teobaldus Deki M.Th
Program
Studi Pendidikan Teologi
1.
Pengantar
Berbagai
peristiwa dan tindak kekerasan melanda dunia menyebabkan manusia zaman ini
merasa kuatir akan hidupnya. Secara mondial peperangan terjadi di mana-mana.
Krisis ekonomi dan antar etnik membias ke medan politik dan agama. Lahirnya
terorisme global dalam wajah ISIS[1]
dan Al-Qaedah[2]
meruntuhkan imajinasi tentang dunia hunian yang nyaman dan tenteram. Dalam
lintasan nasional, di Indonesia, muncul konflik politik yang menjadikan agama
sebagai tameng untuk menghancurkan pihak lain. Kasus actual adalah soal dugaan
penistaan agama Islam oleh Ahok.[3]
Pertanyaan
yang muncul ke permukaan adalah bagaimana membangun kehidupan berbangsa dan
bernegara yang nyaman dan saling menerima dalam kebinekaan? Bagaimana peran
elemen-elemen penting subjek pembangunan? Pertanyaan-pertanyaan ini menjadi
sedemikian penting untuk menemukan jawaban keterlibatan yang intens dan riil
dalam kehidupan bersama.
Kajian ini
berfokus pada keterlibatan yang aktif dari kaum muda dalam pembangunan
kehidupan bersama dalam masyarakat. Sebuah kajian yang terbangun dari
pengalaman dan refleksi atasnya, khususnya dalam konteks lokal di Manggarai.
Bergerak dari pengalaman dan refleksi, kajian ini mengarahkan dirinya kepada
pembangunan pastoral kaum muda sebagai titik sampai sekaligus membentuk ikhtiar
baru untuk mewujudkannya dalam kehidupan bersama.
2.
Peran Tokoh Katolik
Dalam Lintasan Sejarah Indonesia
Dalam sejarah Indonesia, ada begitu banyak orang
Kristen yang terlibat untuk memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan.
Nama-nama seperti Laksamana Muda Yos Sudarso, Laksamana Muda Agustinus Hadisoetjipto,
Kolonel Slamet Riayadi dan Mgr. Soegijapranata adalah sebagian nama yang
dijadikan pahlawan nasional.[4]
Buku karya Benny Sabdo secara khusus mengulas peran
tokoh katolik di Indonesia yang mempresentasikan peran-peran penting orang
Katolik dalam pelbagai beidang kehidupan: sosial, politik, ekonomi, religious,
komunikasi, militer.[5]
Salah satu tokoh yang sangat terkenal adalah I.J.
Kasimo. Antara tahun 1947-1949 ia duduk sebagai Menteri Muda Kemakmuran dalam
Kabinet Amir Sjarifuddin, Menteri Persediaan Makanan Rakyat dalam Kabinet Hatta
I dan Hatta II. Dalam kabinet peralihan atau Kabinet Soesanto Tirtoprodjo ia
juga menjabat sebagai menteri. Pada masa Orde Baru, Kasimo diangkat sebagai
anggota Dewan Pertimbangan Agung Republik Indonesia. Kasimo wafat pada 1
Agustus 1986.
Selain I.J. Kasimo, ada Frans Seda. Setelah Indonesia
merdeka, jabatan tinggi di pemerintahan dipegangnya, seperti pada masa Presiden
Soekarno ia menjabat Menteri Perkebunan RI (1964-1966) pada usia 38 tahun dan
selanjutnya menjadi Menteri Pertanian (1966). Kemudian pada masa Presiden
Soeharto, ia memegang jabatan Menteri Keuangan (1966-1968) dalam keadaan
keuangan Republik Indonesia di awal Orde Baru yang sangat tidak baik. Frans
Seda dipercaya sebagai Menteri Perhubungan (Pengangkutan, Komunikasi, Pariwisata,
1968-1973) dimana ia kemudian merintis penerbangan dan pelayaran perintis di
berbagai daerah di Indonesia, khususnya di Indonesia bagian Timur, serta
beberapa kawasan wisata unggulan seperti di Nusa Dua, Bali. Sesudahnya Frans
Seda kemudian mendapatkan sederet jabatan di berbagai bidang, seperti: Duta
Besar Republik Indonesia di Brussels untuk Masyarakat Ekonomi Eropa, Kerajaan
Belgia dan Luksemburg (1973-1976; anggota Dewan Pertimbangan Agung Republik
Indonesia (1976-1978; dan anggota Dewan Penasihat Dewan Pengembangan Kawasan
Timur Indonesia (DP-KTI) di bawah pimpinan Presiden Soeharto kemudian
dilanjutkan oleh Presiden B.J. Habibie (1996). Ia pun pernah menjadi Penasihat
Presiden B.J. Habibie untuk bidang ekonomi (1998) dan selanjutnya pada tahun 1999
menjadi Penasihat Wakil Presiden Megawati Soekarnoputri yang kemudian menjadi
Presiden Republik Indonesia. Dalam bidang politik, ia pernah menjadi Ketua Umum
Partai Katolik (1961-1968), anggota Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong dan
Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS), mewakili golongan Katolik
(1960-1964), dan anggota Dewan Penasehat Partai Demokrasi Indonesia (PDI) sejak
1971 (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan) dan selanjutnya sejak 1997 menjadi
anggota Dewan Pertimbangan Pusat (Deperpu) PDI Perjuangan.
Dari daerah Sumatera, tokoh katolik yang disegani
adalah Cosmas Batubara. Pada masa Mahasiswanya dia adalah Ketua Presidium
Pengurus Pusat Perhimpunan
Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) dan Ketua Presidium
KAMI Pusat. Dia adalah Pelopor Gerakan Mahasiswa Angkatan 66 yang disegani. Ia
pernah menjabat Menteri Muda Urusan Perumahan Rakyat, Menteri Negara Perumahan
Rakyat dan Menteri Tenaga Kerja, ketiganya dalam masa pemerintahan presiden Soeharto.[6]
Tentu masih banyak tokoh yang dapat dideretkan. Dalam
catatan Richardus Djokopratono, Rufinus Lahur dan FX. Oerip Soedjoet,
tokoh-tokoh ini lahir dari gerakan yang dibangun oleh organisasi kaum muda
Katolik pada tahun 1929, satu tahun setelah Sumpah pemuda. Walaupun jika diusut
cikal bakalnya, pada tahun 1914 telah lahir Katholieke
Jongelingen Bond (Organisasi Kaum Muda Katolik) hingga berkembang dan
menguat pada tahun 1929.[7]
Betapa pentingnya melahirkan generasi Katolik yang
berkualitas menjadi fokus pendampingan gereja, baik dalam hirarki maupun yang
dilakukan oleh komunitas tertentu. Salah satunya, yang menjadi terkenal dan
controversial adalah kehadiran Pater Beek SJ dengan penggemblengan orang muda
melalui Khalsebul (Khalwat Sebulan). Tokoh-tokoh seperti Soedjati Djiwandono,
Anton Moerdardo, Harry Tjan Silalahi, Jusuf Wanandi, Kadjat Hartojo dan Sofyan
Wanandi adalah murid-murid Pater Beek.[8]
Frans M. Parera selaku penyunting, pernah
memublikasikan cendekiawan kampus dan peneliti lapangan[9]
menampilkan beberapa tokoh cendekia Katolik semisal JIGM Drost, Sartono
Kartodirdjo, dan Thoby Mutis. Dr. John Mansford Prior menderetkan sejumlah
tokoh awam antara lain Chris Siner Key Timu dari PMKRI, Ibu Qorry Federick dan
Ibu Hien Darsono dari Wanita Katolik, Bagong Kussudiardja, WS. Rendra, Ignas
Kleden dan Daniel Daki Dhae dari sastra dan pemikir serta YB Mangunwijaya.[10]
3.
Pengalaman Pendampingan Orang Muda Manggarai
Kelahiran tokoh-tokoh yang disebutkan di atas adalah
sebuah proses panjang. Ada kesadaran yang nyata bahwa Negara dan gereja di masa
depan ada di tangan orang muda. Kesadaran itu menjadi pintu masuk untuk
membangun gerakkan berkesinambungan di Manggarai Raya. Sebuah gerakkan yang
sedang mencari bentuk yang actual, kontekstual dan relevan.
Sepakat dengan AM. Mangunharjana, istilah pendampingan
yang dipakai dalam bagian ini lebih berciri aktif, pada satu sisi
mengetengahkan suatu usaha membantu kaum muda melalui penentuan tujuan, materi,
bentuk, metode dan teknik tertentu,[11]
namun di sisi lain, ikut ambil bagian di dalamnya sebagai pelaku.
Pada beberapa waktu terakhir ini, ada tiga kegiatan
besar yang dapat dicatat peran pemuda dalam membangun idenitasnya melalui
kegiatan positif yakni Kongres Pemuda Manggarai Raya, Gerakan Politik Pilkada
Damai dan Forum Orang Muda Manggarai.
3.1.
Kongres Pemuda Manggarai Raya
Kongres
Pemuda Manggarai Raya Pertama berlangsung dari tanggal 13-15 Agustus 2014 di
Aula Missio STKIP St. Paulus Ruteng. Kongres ini dihadiri oleh pelbagai utusan
orang muda Manggarai yang berdiam di banyak wilayah nusantara (Jakarta,
Yogyakarta, Surabaya, Kupang, Denpasar, Makasar, Manado, Medan) berjumlah 150
orang, dari pelbagai profesi.
“Kongres
ini bertujuan mempertemukan berbagai elemen Orang Muda Manggarai Raya dalam
sebuah ruang bersama yang setara, terbuka dan visioner untuk saling
mendengarkan, membicarakan tantangan Manggarai Raya masa ini dan merumuskan
cita-cita serta komitmen bersama akan Manggarai masa depan”, demikian
penjelasan dalam kerangka acuan kongres ini yang dikutip Floresa, Minggu
(20/7/2014).[12]
Adapun
hasilnya adalah dilahirkan tujuh sumpah sbb:[13]
Kami Pemuda dan
Pemudi Indonesia Manggarai Raya bersumpah:
Pertama, mencintai dan mempertahankan Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan Pancasila dengan semangat kebhinekaan.
Kedua, mencintai, mengembangkan, dan melestarikan kebudayaan
Manggarai Raya yang luhur, humanis, dinamis dan dialogis.
Ketiga, mengembangkan ekonomi berbasis kepedulian dan
gotong-royong, tanpa eksploitasi alam dan sesama, adil, dan memberi perhatian
khusus pada kelompok rentan; dengan semangat kerja keras, kewirausahaan, kreativitas,
dan profesionalisme demi mengatasi kemiskinan dan mencapai kesejahteraan
bersama.
Keempat, mendidik diri menjadi manusia yang cerdas,
berintegritas, bertanggungjawab dan berpartisipasi dalam mengembangkan praktik
dan sistem pendidikan berbasis nilai-nilai kemanusiaan serta menjawab kebutuhan
dan tantangan zaman.
Kelima, menjaga, mempertahankan, melestarikan tanah, air,
udara, serta seluruh ciptaan sebagai mama dan saudara.
Keenam, mengembangkan solidaritas dan sikap tidak
diskriminatif terhadap perempuan, anak, penyandang difabilitas, orang miskin,
orangtua usia lanjut, serta kelompok-kelompok minoritas.
Ketujuh, terlibat dalam mewujudkan peradaban politik yang
memerdekakan, adil, berpihak kepada rakyat, serta bebas dari korupsi, kolusi,
nepotisme dan manipulasi kekuasaan.
Menjelang
Kongres berlangsung, ada diskusi yang intens antar sesama pemuda, melalui media
dan face to face dalam berbagai
forum. Arah dasar dari Kongres ini adalah membaca peta persoalan,
menganalisisnya dan memberikan jawaban atasnya dalam pelbagai stakeholder
(lembaga pemerintah, lembaga swasta, masyarakat).
Ada dua
hal penting yang perlu dicatat. Pertama,
Kongres berhasil menyatupadukan pada pemuda yang ada di berbagai wilayah di
Indonesia dan merumuskan secara bersama harapan dan komitmen untuk berbuat.[14]
Kedua, melalui sumpahnya, Kongres
berhasil merumuskan visi-misi yang integral untuk memiliki kepribadian yang
berkualitas. Dalam bahasa Dr. Norbertus Jegalus, integirtas moral, intelektual
dan religious.[15] Atau
menurut Kanisius Teobaldus Deki, Kongres harus berani menjadi pelaku dari
nilai-nilai positif yang ada untuk memiliki jati diri.[16]
Pasca
Kongres terlihat kumpulan orang muda yang terlibat secara aktif dalam pelbagai
gerakan yang diciptakan untuk merealisasikan hasil Kongres melalui pelbagai
cara dan medium.
3.2.
Garda
Muda Politik Pilkada Damai
Garda Muda adalah salah satu efek positif Kongres Pemuda
Manggarai Raya. Pada tanggal 11-13 Agustus 2014, berkumpullah orang muda
Manggarai di Aula Missio dari berbagai tempat. Hadir saat itu tak kurang dari
200 orang muda dari pelbagai profesi (dosen, peneliti, PNS, karyawan swasta,
wirausaha, mahasiswa, pegiat LSM, Imam, biarawan, pegiat seni, pegiat media,
dll). Orang-orang ini datang dari berbagai tempat antara lain Jakarta, Yogyakarta,
Kupang, Manado dan daratan Flores, pria maupun wanita.[17]
Salah satu keputusan Kongres kala itu ialah merumuskan
kembali peran kaum muda Manggarai dalam bidang politik. Bahwa salah satu
kekurangan terbesar dari pelaksanaan kekuasaan selama ini adalah absentnya kaum
intelektual muda di pusaran kekuasaan. Kaum intelektual muda Manggarai masih
berposisi sebagai nabi jalanan yang melontarkan kritik tajam atas
pelaksanaan pembangunan tanpa mau ikut terlibat di dalamnya.[18]
Dampaknya, seolah tidak ada persambungan maksud. Padahal,
pendekatan persuasive dapat dijadikan tawaran solutif untuk menggoalkan apa
yang menjadi maksud dan ide pembangunan kaum intelektual muda. Itulah sebabnya,
sejak Kongres Pemuda Manggarai Raya menggemakan orang muda peduli politik, niat
suci untuk meleburkan diri dalam kancah itu demi perubahan menguat pada
sanubari masing-masing peserta.
Menarik untuk disimak, orang muda yang tergabung dalam Garda
Muda Politik Pemilukada Damai datang dari berbagai kecamatan dan latar belakang
untuk mendeklarasikan sebuah perhelatan politik yang santun, cerdas, adil dan
jujur. Pendeklarasian pemilukada damai ini ditandai oleh doa bersama dan
pemasangan seribu lilin perdamaian.[19]
Dalam proses kampanye, Garda Muda secara aktif mendorong
kampanye yang rasional dan bebas SARA. Garda Muda melakukan longmarch, aksi
panggung dengan bahasa yang santun. Dalam hari-hari jelang pemilu, Garda Muda
membantu masyarakat untuk meminimalisir praktik kecurangan dan kampanye sesat
melalui uang (money politic) bahkan
sampai menangkap pelakunya.[20] Sebagaimana
kita tahu bahwa kemudian Pemilukada berjalan dengan aman dan lancar, tanpa
korban jiwa dan kericuhan yang menyebabkan hilangnya harta benda.
3.3.
Forum
Orang Muda Manggarai
Cikal bakal kelahiran
Forum Orang Muda datang dari berbagai tahapan. Pada Desember 2013, Lembaga Nusa
Bunga Mandiri bergiat menyelenggarakan Turnamen Sepak Bola Antar Club
se-Daratan Flores di Stadion St. Hubertus Sok. Pada perhelatan akbar itu,
berbagai klub sepak bola berdatangan ke Borong untuk berlaga.[21]
Kegiatan itu menginspirasi makin banyak orang muda untuk menggelar aktivitas
serupa yang bertujuan menjajal kemampuan kaum muda, bukan hanya pada bidang
olahraga, tetapi juga bidang kehidupan yang lainnya.
Komitmen itu diperkuat
oleh Kongres Pemuda Manggarai Raya pada Agustus 2014 yang ingin membangkitkan
kembali kedigdayaan kaum muda di segala bidang kehidupan: mengembangkan
ekonomi berbasis kepedulian dan gotong-royong, tanpa eksploitasi alam dan
sesama, adil, dan memberi perhatian khusus pada kelompok rentan; dengan
semangat kerja keras, kewirausahaan, kreativitas, dan profesionalisme demi
mengatasi kemiskinan dan mencapai kesejahteraan bersama.[22]
Ekspresi dari Kongres dapat dilihat pada pelbagai aktivitas
lanjutan dari orang Muda Manggarai. Pada
Oktober-November 2015, Lembaga Nusa Bunga Mandiri lagi-lagi melangsungkan
kegiatan yang bertemakan orang muda khusus untuk bidang budaya dengan
menyelenggarakan seminar budaya, pementasan caci dan festival budaya. Orang
muda dari pelbagai sekolah dan kelompok mengikuti kegiatan-kegiatan bertajuk
budaya ini dengan antusiasme positif.
Gerakan yang sudah
dimulai ini perlahan-lahan merangsek maju untuk tetap bergiat pada aspek yang
sama. Jelang peringatan Sumpah Pemuda 28 Oktober 2016, orang-orang muda ini
berkumpul lagi, merencanakan kegiatan-kegiatan yang diberi tajuk “Oktober
Sebagai Bulan Bakti Pemuda”. Adapun kegiatannya difokuskan pada tiga bidang:
pertandingan olahraga,[23]
festival seni dan budaya dan kegiatan sosial karitatif (donor darah, bersih
lingkungan, penghijauan dan bedah rumah).[24]
Semua kegiatan ini dilakukan oleh orang muda dalam kerja sama dengan pemerintah
dan masyarakat.
Kegiatan ini berdampak
positif. Turnamen sepak bola antar klub berlangsung aman, lancar dan mendulang
sukses dengan terpilihnya 35 pemain terbaik untuk dipersiapkan menjadi anggota
Persim. Demikian halnya dengan Festival Seni dan Budaya berlangsung meriah,
dihadiri oleh banyak seniman, budayawan dan menciptakan atmosfir yang
menggairahkan bagi orang-orang muda[25]
karena telah memberikan ruang bagi mereka untuk mengekpresikan diri dan segenap
kemampuan yang mereka miliki.
4.
Pembangunan Pastoral
Kaum Muda
4.1.
Sekilas
Pengertian Kaum Muda dan Pastoral
Ada beberapa istilah
yang akrab dengan kaum muda antara lain: pemuda, orang muda dan generasi muda. Dalam
penuturan setiap hari ada ungkapan Generasi Muda. Kata ini terjemahan
dari young generation lawan dari old age. Kata Youth mengandung arti populasi remaja/anak muda/pemuda yang sedang
membentuk dirinya. Kata "Generasi muda" terdiri dari dua kata majemuk.
Kata kedua adalah sifat atau keadaan kelompok individu itu masih berusia muda
dalam kelompok usia muda yang diwarisi cita-cita dan dibebani hak dan kewajiban.
Dalam konteks ini generasi muda dari suatu bangsa merupakan kerap disebut"Young Citizen". Dari pengertian ini,
generasi muda erat hubungannya dengan identitasnya sebagai generasi
penerus. Suatu generasi yang berusia 0 –
30 tahun. [26]
Dalam
konteks ini, pemuda adalah individu yang bila dilihat secara fisik sedang
mengalami perkembangan dan secara psikis sedang mengalami perkembangan
emosional, sehingga pemuda merupakan sumber daya manusia pembangunan baik saat
ini maupun masa datang. Sebagai calon generasi penerus yang akan menggantikan
generasi sebelumnya. Secara internasional,WHO menyebut sebagai ”young people” dengan batas usia 10-24
tahun, sedangkan usia 10-19 tahun disebut ”adolescenea”
atau remaja. International Youth Year yang diselenggarakan tahun 1985,
mendefinisikan penduduk berusia 15-24 tahun sebagai kelompok pemuda.
Mengikuti
konsep di atas, pemuda adalah individu dengan karakter yang dinamis, bahkan
bergejolak dan optimis namun belum memiliki pengendalian emosi yang stabil.
Pemuda menghadapi masa perubahan sosial maupun kultural. Sedangkan
menurut draft RUU Kepemudaan, Pemuda adalah mereka yang berusia antara 18
hingga 35 tahun. Menilik dari sisi usia maka pemuda merupakan masa perkembangan
secara biologis dan psikologis. Oleh karenanya pemuda selalu memiliki aspirasi
yang berbeda dengan aspirasi masyarakat secara umum. Dalam makna yang positif
aspirasi yang berbeda ini disebut dengan semangat pembaharu. Dalam kosakata bahasa Indonesia, pemuda juga dikenal
dengan sebutan generasi muda dan kaum muda. Seringkali terminologi pemuda,
generasi muda, atau kaum muda memiliki definisi beragam. Definisi tentang
pemuda di atas lebih pada definisi teknis berdasarkan kategori usia sedangkan
definisi lainnya lebih fleksibel. Dimana pemuda atau generasi muda atau kaum
muda adalah mereka yang memiliki semangat pembaharu dan progresif.[27]
Istilah Pastoral berasal
dari kata Pastor dalam bahasa Latin atau bahasa Yunani disebut Poimen, yang
berarti gembala. Bisa juga disebut Pendeta yang mempunyai tugas
menjadi gembala bagi warga gereja atau dombanya. Pengistilahan ini dihubungkan
dengan diri Yesus Kristus dan KaryaNya dimana Yesus sebagai Pastor Sejati
yang Baik (Yoh.10). Hal ini dimaksudkan kepada pelayannan Yesus Kristus
tanpa pamrih, yang bersedia untuk memberikan pertolongan terhadap para
pengikutNya. Tugas utama pastoral bukan hanya monopoli para pastor atau pendeta
saja akan tetapi setiap pengikutnya.[28]
4.2.
Pandangan Dokumen Gereja
Dokumen
Konsili Vatikan II tidak secara khusus membahas tentang orang muda. Namun dalam
pelbagai dokumennya, misalnya, Gaudium et Spes, berfokus kepada nilai-nilai
yang dapat diambil oleh orang muda untuk membangun kehidupan dan masa depannya.
Gaudium et Spes menyentuh
nilai-nilai tentang perubahan-perubahan
dalam tata hidup masyarakat zaman ini; martabat pribadi manusia; ateisme
sistematis dan ateisme praktis; aktivitas hidup manusia; hubungan timbal balik
antara Gereja dan dunia; beberapa masalah mendesak, seperti perkawinan,
keluarga; cinta kasih suami isteri; kesuburan perkawinan; kebudayaan dan iman;
pendidikan kristiani; kehidupan sosial ekonomi dan perkembangan terakhirnya;
harta benda diperuntukkan bagi semua orang; perdamaian dan persekutuan
bangsa-bangsa; pencegahan perang; kerjasama internasional.[29]
Selajur dengan Gaudium
et Spes, Dekrit untuk Kerasulan Kaum Awam (Apostolicam Actuositatem) menunjuk betapa kaum muda amat mempengaruhi dunia modern. Konsili
Vatikan II menghendaki agar perhatian kepada kaum muda menjadi keprihatinan
mendalam yang lebih menyeluruh dalam jemaat beriman. Bukan hanya para pastor
atau kaum biarawan, tetapi juga kaum awam terdidik diharuskan memberikan
perhatian yang sungguh-sungguh kepada generasi muda dalam Gereja yang dimaksud.[30]
Sebetulnya juga perlu diketahui bahwa dalam posisinya di
tengah Gereja, kaum muda memang memiliki posisi tertentu. Untuk itu, Konstitusi
Dogmatis tentang Dei Verbum (Sabda
Allah) menempatkan kaum muda tidak
terpisahkan sama sekali dari kaum tua. Gereja hadir secara keseluruhan dan
semua menghadap Bapa dengan penuh pengharapan akan kecerahan masa depan.
Bahkan, dalam gerak hidup orang muda, seluruh umat Allah memperlihatkan diri
sebagai Allah yang sedang tumbuh menyambut pilihan Allah (Ef. 1:14) dan sedang
lahir kembali (1 Petr 1:9:6).[31]
Pendampingan
terhadap orang muda mendapat perhatian yang luas dari gereja. Hal itu nyata
dalam sikap resmi gereja universal. Setelah Sinode Keluarga tahun 2014
dan 2015 yang hasilnya dirangkum dalam himbauan apostolik Amoris Laetitia,
Paus Fransiskus merencanakan suatu Sinode pada bulan Oktober 2018 dengan tema:
Orang Muda, Iman dan Panggilan Hidup.
Sebuah pernyataan dari Vatikan menyatakan bahwa tema itu
dipilih untuk mengungkapkan perhatian Gereja bagi pastoral orang muda sebagai tindak
lanjut hasil Sinode tentang keluarga. Sinode tersebut diharapkan dapat menemani
orang muda dalam perjalanan hidup mereka menuju pada kematangan, melalui proses
discerment dan menemukan arah hidup mereka sehingga mereka dapat
mencapainya dengan sepenuh kegembiraan. Orang muda perlu dipersiapkan sebagai
generasi yang akan mengambil bagian dalam membangun Gereja dan masyarakat.[32]
4.3.
Perkembangan Orang Muda
Terdapat
berbagai jenis perkembangan yang dialami oleh orang muda dalam kehidupannya. Perkembangan
itu terlihat pada intelek, kreativitas, emosi, bakat khusus, hubungan sosial,
kemandirian, bahasa, serta nilai-moral dan sikap.[33]
Selain
itu, terdapat pertumbuhan fisik, perkembangan mental, perkembangan emosional,
perkembangan sosial, perkembangan moral dan perkembangan religious.[34]
4.4.
Bidang Pastoral Kaum Muda
Apa saja
yang menjadi bidang pendampingan orang muda? Proses sosialisasi diri kaum muda
membawa mereka kepada interaksi yang makin intens dengan teman-teman sebaya
lalu memodifikasi pengetahuan dan pengalaman yang dialaminya. Efek ikutannya
adalah mereka membangun peran dalam percaturan kehidupan dalam bidang kerja,
karier dan ketarmpilan khusus.[35]
Karena itu, AM. Mangunharjana merumuskan tujuan pendampingan mencakup segala
daya dan segi hidup kaum muda: budi, kehendak, sikap, kecakapan, perbuatan,
perilaku dan hidup.[36]
4.4.1.Bidang Rohani
Pada bidang rohani, kaum muda
didampingi untuk mengenal dirinya, lingkungan, sesama dan Tuhan. Fokus pada
bidang ini adalah refleksi atas pengalaman, penggalian nilai-nilai, penguatan
daya spiritual melalui doa pribadi, doa bersama, perayaan ekaristi, ibadat,
pembacaan kitab suci, sharing iman, kamping rohani, retret dan lectio divina.
Pengenalan diri yang baik memampukan seseorang untuk mencintai kehidupan,
berelasi secara egaliter dengan sesama dan membangun tata dunia dengan
sungguh-sungguh.
4.4.2.Bidang Pendidikan
Pada bidang pendidikan, kaum muda
didampingi untuk mampu berpikir mandiri, kritis dan kreatif, mengasah dirinya
dengan multiple intelegence
(kecerdasan jamak), memimiliki nilai-nilai (moral dan etik) serta mampu
menerapkannya dalam kehidupan sendiri melalui didik diri, lingkungan dan
masyarakat.
4.4.3.Bidang Ekonomi
Pada bidang ekonomi kaum muda
didampingi untuk sanggup memertahankan diri dalam situasi ekonomi global
melalui penguatan ekonomi lokal, penciptaan ruang-ruang ekonomi kreatif yang
visible dan aplikatif. Tantangan ekonomi global dan ekonomi kawasan (misalnya
MEA: Masyarakat Ekonomi Eropa) menjadi dasar yang cukup kuat untuk memotivasi
serta mengapresiasi gerakan orang muda dalam menciptakan model-model ekonomi
baru yang inovatif dan berdampak luas bagi pengentasan kemiskinan.
4.4.4.Bidang Seni dan Budaya
Pada bidang ini, pertanyaan yang
menguat ialah “bagaimana kita tetap memiliki identitas dan jati diri di tengah
begitu banyak tawaran nilai?” Bidang Seni dan Budaya membantu kaum muda untuk
tetap memiliki nilai-nilai itu. Melalui koridor kreativitas, mereka didampingi
untuk tidak hanya menemukan nilai tetapi juga ekspansi pendidikan dan ekonomi,
serentak pada saat yang sama meneruskan warisan leluhur kepada generasi
berikutnya (next generation).
4.4.5.Bidang Lingkungan Hidup
Dalam bidang ini, pengarusutamaan
kaum muda untuk menyelamatkan lingkungan hidup adalah sesuatu yang harus. Bumi
memerlukan kerja nyata untuk menyelamatkan atmosfir dari penipisan lapisan ozon
dan sinar ultraviolet. Reboisasi dan pola hidup yang ramah lingkungan (bebas
rokok, bebas sampah) adalah pilihan yang benar untuk menciptakan tata kehidupan
yang ramah.
4.4.6.Bidang Sosial Politik
Pada bidang ini, orang muda didorong
untuk memajukan kepentingan bersama melalui penciptaan kebijakan yang populis dan
ikut mendorong mereka terlibat dalam politik. Politik sebagai usaha untuk
meraih bonum commune harus merupakan
jalan lapang bagi orang muda untuk berpartisipasi di dalamnya sebagai politisi
atau professional atau pengusaha atau karyawan yang berusaha merealisasikan
kehidupan yang baik.[37]
4.5.
Pendekatan Pastoral Kaum Muda
Mengikuti alur gagas dari lima bidang Kerasulan Orang Muda
di atas, terdapat beberapa upaya atau pendekatan yang dapat dilakukan untuk
mendampingi kaum muda, antara lain:[38]
1. Pendekatan Ekshortatif
Melalui pendekatan ini kaum muda diarahkan melalui cara-cara
yang bersifat sederhana, misalnya para muda mudi dikumpulkan, kemudian diberi
instruksi, pengarahan, dan nasihat melalui khotbah tentang hal-hal yang
berhubungan dengan pengembangan diri, kebersamaan dan peran mereka dalam
masyarakat. Pendekatan model ini lemah karena kadang-kadang bentuk pendampingan
yang dilakukan kerapkali tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh kaum muda
itu sendiri. Padahal yang dilakukan haruslah datang dari kebutuhan dan
inisiatif mereka.
2. Pendekatan Ilmiah
Oleh pendekatan ilmiah, segala jenis ilmu pengetahuan,
informasi, teori dan hasil penelitian di bidang pengembangan diri, kebersamaan
dan peran mereka dalam masyarakat disampaikan kepada kaum muda. Kelemahan dari
pendekatan ini terletak pada kontradiksi antara pengetahuan dan perbuatan. Di
satu pihak pendekatan ini dikatakan baik sejauh memberikan informasi kepada
kaum muda secara jelas, dan di lain pihak, pendekatan ini hanya dapat
menghasilkan kaum muda yang “tahu” tetapi belum tentu “mampu” mempraktekkan apa
yang mereka terima dari pendampingan itu dengan segala macam teori pengetahuan
yang diberikan kepada mereka.
3. Pendekatan Terjun Langsung
3. Pendekatan Terjun Langsung
Pendekatan ini merupakan pendekatan yang berusaha untuk
menerjunkan secara langsung kaum muda di lapangan untuk mengalami realitas
kehidupan yang sesungguhnya. Dilihat dari teorinya, pendekatan ini cukup baik,
tetapi dalam kenyataannya pendekatan ini mempunyai kelemahan karena melalui
pendekatan ini, kaum muda tidak diberi pengarahan, instruksi atau perefleksian
dari apa yang mereka lihat di lapangan. Mereka hanya diharapkan untuk turun ke
lapangan. Akibatnya, mereka berada dalam situasi kebebasan tanpa ada orang yang
mengontrol mereka.
4. Pendekatan Lewat Kelompok Yang Dibentuk Secara Khusus
Akhirnya, bentuk pendekatan yang paling baik dalam menemukan
identitas kaum muda adalah pendekatan “lewat kelompok yang langsung dibentuk
secara khusus.” Melalui pendekatan seperti ini, kaum muda dibentuk menjadi satu
kelompok dan di dalam kelompok itu mereka didampingi dalam melaksanakan
kegiatan mereka. Melalui kelompok itu juga, kaum muda dapat berinteraksi dengan
orang lain, berbagi pengalaman dengan orang lain dan akhirnya melalui pertemuan
itu mereka dapat menemukan identitas iman, tujuan, arah hidup serta peran
mereka dalam masyarakat dan Gereja.
Pendekatan ini jauh lebih baik karena mengandaikan
orang-orang yang berkumpul memiliki kesamaan niat dan menyadari tujuan untuk
berkumpul. Namun di sini, tugas pendamping lebih menjadi pihak yang menciptakan
situasi agar orang muda sendirilah yang melahirkan gagasan, menemukan metode
untuk menjalankannya. Pendamping seperti kerja seorang bidan yang membantu
seorang ibu melahirkan anak dalam konsep maieutik Sokrates.[39]
5.
Refleksi dan Ikhtiar:
Membangun Bersama Pastoral Yang
Kontekstual
Pengalaman pendampingan orang muda
dalam tiga tahun terakhir sukses karena tiga alasan ini:
5.1.
Komitmen
Bersama
Dasar dari
keterlibatan banyak pihak dalam Kongres Pemuda, Garda Muda Untuk Pilkada Damai
dan Forum Orang Muda Manggarai adalah komitmen bersama untuk mau belajar
membaca kenyataan, menganalisisnya dan memberikan jawaban atas persoalan dan
situasi yang ada. Komitmen ini menggerakkan orang dari pelbagai tempat dan
profesi untuk datang, duduk, berdiskusi dan melontarkan gagasan-gagasan bernas
dan menejawantahnya dalam aksi nyata.
Gerakan ini kemudian
memberikan kesuksesan bagi orang muda untuk menyatakan dirinya, mengeksplorasi
kemampuannya dan meyakinkan dirinya bahwa dia memiliki sesuatu. Kisah Para
Rasul menggambarkan secara baik komitmen sebagai murid untuk berkumpul, bersatu
hati dan saling melayani (Kis 2:41-47).
5.2.
Kerja
Bersama
Komitmen saja tidak
cukup. Hasil dari komitmen adalah kerja bersama. Ada manajemen organisasi yang
mengatur pola perilaku anggota (Kongres, Garda Muda, Forum Orang Muda
Manggarai) dan ada yang menjadi pemimpin. Semua elemen itu berfokus pada kerja
tim (team work) yang egaliter dan
saling mengandaikan. Hasilnyapun milik bersama. Tidak ada yang menjadi
pahlawan. Semua diberi tugas dan tanggung jawab masing-masing.
Ada kepuasan yang
sangat besar tatkala kerja ini mencapai target dan memberi efek positif pada
kebijakan pemerintah (dan Gereja), lembaga adat dan masyarakat. Dalam tradisi
biblik, kerja bersama (komunitas) adalah pola karya keselamatan. Yesus juga
berpesan saat mengutus murid-muridNya untuk pergi berdua-dua (Mark 6:7-13).
5.3.
Contoh,
bukan hanya Teori
Pengalaman
pendampingan memperlihatkan kenyataan bahwa pendamping bukanlah boss atau
atasan. Selajur dengan gagasan Tut Wuri
Handayani-Ing Ngarso Sun Tulodo-Ing Madyo Mangun Karso dari Ki Hajar
Dewantara (memberi dorongan dari belakang, di antara para murid harus
menciptakan karsa, di depan harus memberikan
teladan), atau dalam kearifan lokal Manggarai (local wisdom): toing, titong, tunti (mengajarkan, mendampingi
dan mencontohi), seorang pendamping adalah model bagi yang didampingi.
Bekerja dalam tim
mengandaikan saling melayani. Dan dalam saling melayani ada kasih. Hal ini sama
dengan pesan Yesus kepada murid-muridNya: “kamu diketahui sebagai muridKu
jikalau kamu saling mengasihi” (Yoh 13:35).
6.
Penutup
Membahas
secara lengkap, holistic tentang model pendampingan orang muda adalah sebuah
diskursus yang penuh dinamika. Sebuah model untuk satu zaman tertentu belum
pasti cocok untuk zaman lain. Kisahan yang ditampilkan dalam teks ini lebih
merupakan sebuah tawaran berbasis pengalaman nyata dalam kerja sama tiga tahun
belakangan ini (2013-2016). Tentu, sebagai sebuah pengungkapan atas pengalaman,
apa yang tersaji di sini sangatlah terbatas.
Namun
pengalaman ini juga menjadi jejak-jejak kebersamaan dengan orang muda dalam
lintasan waktu tertentu, menjadi sebuah sejarah perjalanan yang tidak mudah
sekaligus membawa banyak hikmah untuk dipikirkan sebagai sebuah fokus pastoral
orang muda dari gereja lokal. Sangat nyata bahwa kerja-kerja bersama orang muda
ini sebuah kerja keras yang membutuhkan banyak energy.
Pengalaman
selama tiga tahun ini menjadi sebuah refleksi yang terus menerus dipertajam
seraya melahirkan komitmen baru untuk membentuk orang muda yang cerdas,
kreatif, inovatif demi sebuah masyarakat yang kita cita-citakan (imagine community) yang nyaman,
sejahtera, adil dan makmur. Sebuah keselamatan yang bukan tunggu nanti (parousia) melainkan mulai dari saat ini
dan di sini (hic et nunc).
Referensi
Dokumen, Buku dan Artikel:
Alkitab, Jakarta: LAI,
1995.
AM.
Mangunharjana, Pendampingan Kaum
Muda-Sebuah Pengantar.
Yogyakarta: Kanisius, 1986.
Benny
Sabdo, Kiprah Tokoh Katolik Indonesia.
Yogyakarta: Kanisius, 2016.
Shelton
Charles, Spiritualitas Kaum Muda. Yogyakarta:
Kanisius, 1987.
Cosmas Batubara:
Sebuah Otobiografi Politik. Jakarta:Penerbit Buku Kompas, Maret 2007.
Frans
M. Parera (penyunt.), Pribadi-pribadi
Pembuka Cakrawala. Jakarta:
Buku Kompas, 2000.
JB.
Soedarminta, Pater Beek SJ-Larut Tetapi
Tidak Hanyut. Jakarta: Obor, 2008.
John
Mansford Prior, “Antara Monarki dan Demokrasi: Melacak Jejak Laku Hirarki
Gereja
40
Tahun Terakhir” dalam: Paul Budi Kleden, et. al., Allah Menggugat Allah
Menyembuhkan. Maumere:
Ledalero, 2012.
Kanisius
T. Deki, Makna dan Tujuan Hidup Manusia.
Ruteng: LKPD, 2015.
Mikhael
Dua, et. al., Politik Katolik-Politik
Kebaikan Bersama. Jakarta: Obor, 2008.
Miriam
Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta:
Gramedia, 2014.
Muhamad
Ali dan Mohamad Asrori, Psikologi
Remaja-Perkembangan Peserta Didik.
Jakarta: Bumi Aksara, 2011.
Richardus
Djokopratono, Rufinus Lahur dan FX. Oerip Soedjoet, Memoar Alumni Pemuda
Katolik-Rangkaian Pengalaman dan
Refleksi.
Jakarta: Obor, 2010.
Robert
Hardawiryana (penterj.), Dokumen Konsili
Vatikan II. Jakarta: Obor, 1993.
Berita Koran:
Berita
kegiatan dimuat di Harian Umum Flores Pos
edisi Desember 2013.
Berita
kegiatan dimuat di Harian Umum Pos Kupang
edisi Agustus 2014.
Berita
kegiatan dimuat di Harian Umum Pos Kupang
edisi Oktober-November 2015.
Berita
kegiatan dimuat di Harian Umum Pos Kupang
edisi Oktober 2016.
Website Internet:
www.Liputan6.com: Ahok Tidak Bersalah.
www.wikipedia.org: ISIS dan
Al-Qaedah.
http://www.floresa.co/2014/07/20/pemuda-manggarai-raya-akan-gelar-kongres-di-ruteng/. Diakses 15
November 2016.
http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/08/orang-muda-manggarai-raya-ikrarkan-tujuh-butir-sumpah. Diakses 15
Novemver 2016.
http://www.floresa.co/2014/07/20/kongres-pemuda-manggarai-raya-sebuah-latar-belakang/.
Diakses 15 Novemver 2016.
ttp://kupang.tribunnews.com/2014/08/18/kongres-pemuda-manggarai-raya.
Diakses 15 November 2016.
http://kupang.tribunnews.com/2014/08/11/kembali-ke-jati-diri-mari-hidup-dari-nilai-budaya. Diakses 15
Neovember 2016.
http://www.nusalale.com/detailpost/garda-muda-dm1tapak-tapak-orang-muda-di-pentas-politik. Diakses
15 November 2016.
Bdk.
http://sp.beritasatu.com/nasional/pemuda-harus-rebut-pimpinan-di-manggarai-raya/62019. Diakses 15
November 2016.
http://www.nusalale.com/detailpost/garda-muda-dm-ungkap-politik-uang-di-cibal.
Diakses 15 November 2016.
http://www.kompasiana.com/arminbell/anak-tanah-menggelar-kongres-pemuda-manggarai-raya_54f6015fa3331169168b466c.
Diakses 15 November 2016.
http://kabarnusantara.net/2016/10/08/forum-orang-muda-manggarai-selenggarakan-bupati-cup/. Diakses 15
November 2016.
http://www.floresa.co/2016/10/24/forum-orang-muda-manggarai-gelar-festival-budaya-dan-seni/. Diakses 15
November 2016.
http://belladedeldillahanif.blogspot.co.id/2012/04/pengertian-generasi-muda.html.
Diakses 12 November 2016.
http://reval004.blogspot.co.id/2013/10/definisi-pemuda.html. Diakses 12 November 2016.
http://uchelekransy.blogspot.co.id/2013/11/pengertian-pastoral.html. Diakses 12 November 2016.
http://orangmudakatolik.net/2016/10/11/sinode-orang-muda/. Diakses 15
November 2016.
[1]
www.wikipedia.org: The Islamic
State of Iraq and the Levant (ISIL, IPA
/ˈaɪsᵻl/),
also known as the Islamic State of Iraq and Syria (ISIS, /ˈaɪsᵻs/),
Islamic State (IS), and by its Arabic language acronym Daesh
(Arabic:
داعش dāʿish, IPA: [ˈdaːʕɪʃ]),
is a Salafi
jihadist militant group that follows a fundamentalist,
Wahhabi
doctrine of Sunni
Islam. Its adoption of the name Islamic State and its idea of a caliphate
have been widely criticised, with the United Nations,
various governments, and mainstream Muslim groups rejecting its statehood.
This
group has been designated a terrorist organisation
by the United Nations and many individual countries. ISIL is widely known for
its videos of beheadings of both
soldiers and civilians, including journalists and aid workers, and its destruction of cultural heritage sites.
The United
Nations holds ISIL responsible for human rights abuses and war crimes,
and Amnesty
International has charged the group with ethnic cleansing
on a "historic scale" in northern Iraq.
ISIL
originated as Jama'at al-Tawhid wal-Jihad
in 1999, which pledged allegiance to al-Qaeda
and participated in the Iraqi insurgency following the 2003
invasion of Iraq by Western forces. The group first proclaimed itself a worldwide
caliphate and began referring to itself as Islamic State (الدولة
الإسلامية
ad-Dawlah al-Islāmiyah) or IS in June 2014.
As a caliphate, it claims religious, political and military authority over all Muslims worldwide.
ISIL
gained prominence in early 2014 when it drove Iraqi
government forces out of key cities in its Western Iraq offensive, followed
by its capture
of Mosul and the Sinjar massacre.
In Syria, the group has conducted ground attacks on both government forces
and opposition
factions. By December 2015, the Islamic State ranged over vast
landlocked territory in western Iraq and eastern Syria, with a population
estimate ranging between 2.8 million and 8 million people, where it enforces
its interpretation of sharia
law. ISIL is now believed to be operational in 18 countries across
the world, including Afghanistan and Pakistan, with "aspiring
branches" in Mali, Egypt, Somalia, Bangladesh, Indonesia and the
Philippines.
[2]
www.wikipedia.org: Al-Qaeda
(/ælˈkaɪdə/
or /ˌælkɑːˈiːdə/;
Arabic:
القاعدة al-qāʿidah, Arabic: [ælqɑːʕɪdɐ],
translation: "The Base", "The Foundation" or "The
Fundament" and alternatively spelled al-Qaida, al-Qæda and
sometimes al-Qa'ida) is a militant Sunni
Islamist
multi-national organization founded in 1988 by Osama bin Laden,
Abdullah
Azzam, and several other Arab volunteers who fought against the Soviet
invasion of Afghanistan in the 1980s. It operates as a network
made up of Islamic
extremist, Salafist
jihadists.
It has been designated as a terrorist group by the United Nations Security Council,
the North Atlantic Treaty Organization
(NATO), the European
Union, the United States, Russia, India, and various other countries
(see below).
Al-Qaeda
has mounted attacks on civilian and military targets in various countries,
including the 1998 U.S. embassy bombings,
the September
11 attacks, and the 2002
Bali bombings. The U.S. government responded to the September 11 attacks by
launching the "War on
Terror". With the loss of key leaders, culminating in the death of Osama bin Laden,
al-Qaeda's operations have devolved from actions that were controlled from the
top down, to actions by franchise associated groups and lone-wolf operators.
Characteristic techniques employed by al-Qaeda include suicide attacks
and the simultaneous bombing of different targets. Activities ascribed to it
may involve members of the movement who have made a pledge of loyalty to bin
Laden, or the much more numerous "al-Qaeda-linked" individuals who
have undergone training in one of its camps in Afghanistan, Pakistan, Iraq or
Sudan. Al-Qaeda ideologues envision a complete break from all foreign
influences in Muslim
countries, and the creation of a new caliphate
ruling over the entire Muslim world.
Among
the beliefs ascribed to al-Qaeda members is the conviction that a
Christian–Jewish alliance is conspiring to destroy Islam. As Salafist jihadists,
they believe that the killing of non-combatants
is religiously sanctioned, but they ignore any aspect of religious scripture
which might be interpreted as forbidding the murder of non-combatants and
internecine fighting. Al-Qaeda also opposes what it regards as man-made laws,
and wants to replace them with a strict form of sharia law.
Al-Qaeda
has carried out many attacks on targets it considers kafir.
Al-Qaeda is also responsible for instigating sectarian violence among Muslims.]
Al-Qaeda leaders regard liberal Muslims, Shias,
Sufis
and other sects as heretics and have attacked their mosques and gatherings.
Examples of sectarian attacks include the Yazidi community bombings,
the Sadr City bombings, the Ashoura massacre
and the April 2007 Baghdad bombings.
[3]
Liputan6.com, Jakarta: Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Syafi'i
Ma'arif menilai Gubernur DKI non aktif Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok tidak
melakukan penghinaan terhadap Al-Qur'an saat kunjungan kerja ke Kepulauan
Seribu 27 September 2016 lalu.
"Sekiranya
saya telah membaca secara utuh pernyataan Ahok di Pulau Pramuka, Kepulauan
Seribu yang menghebohkan itu," kata Buya Syafi'i dalam pernyataan
tertulisnya, Senin (7/11/2016).
Ia mengaku tidak sempat
mengikuti pendapat dan pernyataan sikap MUI.
Namun belakangan ia baru membaca isi pendapat dan pernyataan MUI itu dari
internet.
Syafii
pun menyayangkan isi fatwa yang dikeluarkan MUI tersebut. Harusnya, kata dia,
MUI dapat lebih bijaksana membuat fatwa dan melalui pertimbangan yang matang.
"Semua berdasarkan Fatwa
MUI yang tidak teliti itu, semestinya MUI sebagai lembaga menjaga martabatnya
melalui fatwa-fatwa yang benar-benar dipertimbangkan secara jernih, cerdas, dan
bertanggung jawab," jelas dia.
Ia
berharap masyarakat tidak emosional menyikapi beredarnya video Ahok. Menurut
dia, jika diperhatikan seksama tidak ada ucapan Ahok yang menghina agama
apalagi kitab suci.
"Kan kata-katanya begini, jadi jangan
percaya sama orang. Kan bisa aja dalam hati kecil bapak ibu gak bisa pilih
saya, karena dibohongin pakai Surat Al-Maidah 51 macem-macem itu.
Perhatikan, apa terdapat penghinaan Al-Qur'an? Hanya otak sakit saja yang
kesimpulan begitu," kata dia.
Syafii menilai dalam pidato
itu, [Ahok ](Ahok "")hanya bermaksud menjelaskan adanya sebagian
orang yang mempunyai maksud jahat dengan menggunakan ayat di kitab suci. Ahok
sama sekali tidak mengatakan surat Al-Maidah 51 itu bohong.
"Yang
dikritik Ahok adalah mereka yang menggunakan ayat itu untuk membohongi
masyarakat agar tidak memilih dirinya," Syafii menandaskan.
[4] Mikhael Dua, et. al., Politik Katolik-Politik Kebaikan Bersama (Jakarta: Obor, 2008),
hal. 2.
[5] Benny Sabdo, Kiprah Tokoh Katolik Indonesia (Yogyakarta: Kanisius, 2016).
[6] Cosmas
Batubara: Sebuah Otobiografi Politik (Jakarta:Penerbit Buku Kompas, Maret
2007).
[7] Richardus Djokopratono, Rufinus Lahur dan
FX. Oerip Soedjoet, Memoar Alumni Pemuda
Katolik-Rangkaian Pengalaman dan Refleksi (Jakarta: Obor, 2010), hal. 1.
[8] JB. Soedarminta, Pater Beek SJ-Larut Tetapi Tidak Hanyut (Jakarta: Obor, 2008), hal.
180-181.
[9] Frans M. Parera (penyunt.), Pribadi-pribadi Pembuka Cakrawala
(Jakarta: Buku Kompas, 2000), hal. 28 dst.
[10] John Mansford Prior, “Antara Monarki dan
Demokrasi: Melacak Jejak Laku Hirarki Gereja 40 Tahun Terakhir” dalam: Paul
Budi Kleden, et. al., Allah Menggugat
Allah Menyembuhkan (Maumere: Ledalero, 2012), hal. 102-103.
[11] AM. Mangunharjana, Pendampingan Kaum Muda-Sebuah Pengantar (Yogyakarta: Kanisius,
1986), hal. 21-22.
[12] http://www.floresa.co/2014/07/20/pemuda-manggarai-raya-akan-gelar-kongres-di-ruteng/. Diakses 15 November 2016.
[13] http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/08/orang-muda-manggarai-raya-ikrarkan-tujuh-butir-sumpah. Diakses 15 Novemver 2016.
[14]
http://www.floresa.co/2014/07/20/kongres-pemuda-manggarai-raya-sebuah-latar-belakang/.
Diakses 15 Novemver 2016.
[15]
ttp://kupang.tribunnews.com/2014/08/18/kongres-pemuda-manggarai-raya. Diakses
15 November 2016.
[16] http://kupang.tribunnews.com/2014/08/11/kembali-ke-jati-diri-mari-hidup-dari-nilai-budaya. Diakses 15 Neovember 2016.
[17] http://www.nusalale.com/detailpost/garda-muda-dm1tapak-tapak-orang-muda-di-pentas-politik. Diakses 15 November 2016.
[18] Bdk. http://sp.beritasatu.com/nasional/pemuda-harus-rebut-pimpinan-di-manggarai-raya/62019. Diakses 15 November 2016.
[20] Bdk.
http://www.nusalale.com/detailpost/garda-muda-dm-ungkap-politik-uang-di-cibal. Diakses 15 November 2016.
[21] Berita kegiatan dimuat di Harian Umum Flores Pos edisi Desember
2013.
[22] http://www.kompasiana.com/arminbell/anak-tanah-menggelar-kongres-pemuda-manggarai-raya_54f6015fa3331169168b466c.
Diakses 15 November 2016.
[23] http://kabarnusantara.net/2016/10/08/forum-orang-muda-manggarai-selenggarakan-bupati-cup/. Diakses 15 November 2016.
[24] http://www.floresa.co/2016/10/24/forum-orang-muda-manggarai-gelar-festival-budaya-dan-seni/. Diakses 15 November 2016.
[25] http://www.nusalale.com/detailpost/pemuda-tutup-festival-seni-dan-budaya-di-ruteng. Diakses 15 November 2016.
[26] Bdk.
http://belladedeldillahanif.blogspot.co.id/2012/04/pengertian-generasi-muda.html.
Diakses 12 November 2016.
[28] Bdk. http://uchelekransy.blogspot.co.id/2013/11/pengertian-pastoral.html. Diakses
12 November 2016.
[29] Robert Hardawiryana (penterj.), Dokumen Konsili Vatikan II (Jakarta:
Obor, 1993), hal. 509-636.
[30] Ibid.,
hal. 357.
[33] Bdk. Muhamad Ali dan Mohamad Asrori, Psikologi Remaja-Perkembangan Peserta Didik
(Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hal. 26-163.
[34] AM. Mangunharjana, op.cit., hal. 12-16.
[35] Shelton Charles, Spiritualitas Kaum Muda (Yogyakarta: Kanisius, 1987), hal. 17.
[36] AM. Mangunharjana, op.cit., hal. 26-27.
[37] Bdk. Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik (Jakarta: Gramedia, 2014), hal. 13.
[39] Kanisius T. Deki, Makna dan Tujuan Hidup Manusia (Ruteng: LKPD, 2015), hal. 43-44.
No comments:
Post a Comment