Kanisius T.
Deki, M.Th
Dosen STKIP St.
Paulus Ruteng,
Sekretaris
Pengurus Kopkardios Ruteng
Bagaimana mengatasi masalah kemiskinan
yang akut di NTT? Itulah pertanyaan yang sering terlontar ketika wacana data
dan fakta kemiskinan dibahas baik dalam skala nasional pun regional. Pertanyaan
ini serentak melahirkan dua hal berikut ini: pertama, sebuah kemarahan karena
kerapnya wacana kemiskinan NTT disuarakan tetapi intervensi pembangunan untuk
mengatasinya belum maksimal. Kedua, usaha-usaha riil yang berorientasi pada
pertumbuhan ekonomi mikro. Usaha-usaha ini selain sector riil lainnya juga
dibangun melalui akses keuangan oleh masyarakat secara luas. Salah satunya yang
menguat ialah kehadiran koperasi kredit (credit
union) di berbagai kabupaten di NTT.
Kehadiran koperasi kredit di Manggarai dimulai pada tahun 1970an. Namun pada waktu itu pendidikan koperasi kredit belum maksimal. Beberapa koperasi kredit mulai berdiri namun tak lama kemudian ditutup. Perkembangan dan pertumbuhan koperasi kredit (Kopdit) baru mulai lagi di akhir tahun 1990an. Salah satu Kopdit yang berdiri tanggal 01 Januari 1999 adalah Koperasi Karyawan Diosis Ruteng (Kopkardios). Akta Pendirian Kopkardios Ruteng diterbitkan dan disahkan melalui Keputusan Menteri Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menegah dengan Surat Keputusan Nomor : 01/BH/KDK. 24. 10/VII/99 tanggal 06 Juli 1999.
Tulisan ini lebih merupakan sebuah
catatan reflektif atas perjalanan Kopdit ini, sebuah moment mimesis untuk
menemukan pencerahan demi pembangunan ekonomi partisipatif berbasis masyarakat.
Perkembangan dan
Peluang
Dari waktu ke waktu pertumbuhan jumlah
anggota Kopdit di wilayah Manggarai Raya (Manggarai, Manggarai Barat dan
Manggarai Timur) terus berkembang. Hal ini menjadi indikasi bahwa kesadaran dan
kemauan masyarakat untuk hidup berkoperasi semakin bertumbuh. Data Puskopdit
Manggarai memperlihatkan peningkatan anggota Kopdit di tiga wilayah kabupaten
ini dari 34.319 orang tahun buku 2013
menjadi 43.271 orang pada tahun buku 2014. Jika dipresentasikan ada kenaikan
35% dari tahun sebelumnya. Memang angka ini belum seberapa jika dihubungkan
dengan jumlah penduduk Manggarai Raya yang jumlahnya sekitar 820.000 jiwa.
Penduduk yang masuk menjadi anggota Kopdit baru 5.7%.
Kopkardios pada awal pendiriannya memiliki anggota yang berjumlah 107 orang (Pastor beserta karyawan Keuskupan Ruteng) dengan modal perdana Rp 12.840.000 (berupa Simpanan Pokok Rp 6.420.000, Simpanan Wajib Rp 6.420.000). Dari jumlah anggota dan modal yang angkanya masih kecil ini, pada tahun 2013 jumlah anggota sebanyak 5.649 orang dengan total aset sebanyak Rp. 20,04 miliar. Tahun 2014 jumlah anggota sebanyak 7.146 orang dan aset 24,83 miliar (kenaikan 23,92%).
Kopkardios hingga tahun 2015 ini telah
melayani tiga kabupaten dengan 25 wilayah pelayanan. Adapun wilayah pelayanan
itu 80% berada di pedesaan yang kurang memiliki akses terhadap lembaga keuangan
semisal bank. Jika dilihat dari jumlah seluruh penduduk Manggarai pada tahun 2014 berjumlah 332.567 jiwa, masih
banyak yang belum menjadi anggota Kopdit.
Angka ini juga mengindikasikan peluang
yang sangat besar bagi Kopdit ini untuk memperluas jangkauan pelayanan,
meningkatkan pertumbuhan anggota dan meningkatkan usaha produktif anggota serta
pemenuhan kebutuhan akan uang.
Data Puskopdit Manggarai Raya menunjukkan bahwa Kopkardios merupakan lembaga Kopdit terbesar di Manggarai Raya baik dari segi jumlah anggota (7.146 orang) maupun asset (Rp. 24,8 miliar), disusul Suka Damai Labuan Bajo (6.063 orang, 21,8 miliar), Ayo Mandiri (4.058 orang), Florette dan AMT (3.017), Semangat Mandiri Reo (2.678 orang, 10,6 miliar).
Peran Pemerintah
& Gereja
Masalah
kemiskinan yang akut, sumber daya pertanian yang melimpah tetapi tidak dieksplorasi secara maksimal, korupsi yang
telah membudaya dan melibatkan hampir semua elemen masyarakat, pengangguran
intelektual yang sulit ditekan, perjudian yang sukar diberantas, kekerasan dan
ketidakadilan sosial dan hukum, budaya yang kian merosot dan tak jua mampu
beradaptasi dengan kemajuan pesat yang ditimbulkan trend modernitas dan kehidupan religius yang seolah-olah menuju
kepunahan
menjadi kenyataan tak terbantahkan di NTT. Masalah-masalah
ini menjadi peluang untuk membangun kembali wajah NTT dan peradabannya dari
waktu ke waktu, termasuk di Manggarai Raya.
Pemerintah memiliki peluang untuk mendorong semakin banyak orang masuk menjadi anggota Kopdit. Melalui kekuatan finansialnya pemerintah tidak hanya menggelontorkan dana pengembangan koperasi melalu program dana bergulir, tetapi lebih dari itu melakukan penguatan kapasitas lembaga (capacity building). Selama ini, dana bergulir cenderung macet pada kelompok-kelompok dampingan. Padahal yang utama ialah perluasan pemahaman berkoperasi, alasan, tujuan dan bagaimana menghidupkan koperasi di tengah masyarakat adalah langkas strategis yang paling utama.
Selain itu, Gereja memiliki kans yang luar biasa besar melalui jaringan paroki. Sinode III Keuskupan Ruteng tahun 2014 merekomendasikan Kopdit sebagai salah satu jalan yang ampuh untuk mengatasi kemiskinan yang akut melanda Gereja Keuskupan Ruteng. Dengan melalui jalur paroki ini, gerakan Kopdit menjadi lebih lapang dan sistematis karena setiap paroki memiliki stasi dan KBG (komunitas basis gerejani). Kekerapan Gereja menyuarakan peran Kopdit bagi peningkatan kesejahteraan menjadi sebuah pendidikan yang baik bagi keikutsertaan umat dalam gerakan ini.
Inklusivitas
Anggota
Sejak berdirinya tahun 1999, Kopkardios
memiliki anggota yang asal dan agamanya sangat beragam. Walau namanya terkesan
sangat eksklusif yakni karyawan diosis Ruteng, keanggotaan dalam Kopdit ini
sangat terbuka untuk semua pihak. Data menunjukkan keanggotaan Kopkardios dari
kelompok suku Ende-Lio yang berdiam di Manggarai membentuk satu tempat
pelayanan Kelimutu dengan jumlah anggota sebanyak 89 orang dan anggota non
Katolik berjumlah 140 orang.
Selain itu, Kopkardios memberdayakan petani yang tergabung dalam Asnikom (Asosiasi Petani Kopi Manggarai) yang berjumlah 17 desa. Hingga tahun 2014, penyaluran pinjaman ke Asnikom 3,5 miliar. Dari sisi jumlah anggota, petani, nelayan, tukang bangunan, ibu rumah tangga, sopir dan ojek menempati 64,58% posisi pertama. Selain itu, karyawan swasta, pegawai negeri sipil, pengusaha, rohaniwan-rohaniwati dan pelbagai profesi lainnya menempati posisi kedua dengan jumlah 36,2%.
Melalui perjalanan yang masih belia
dalam rentangan 15 tahun usianya, Kopkardios telah menjadi lembaga keuangan yang
akomodatif terhadap pemenuhan kebutuhan keuangan anggotanya. Sebuah perjalanan
yang terus diayunkan untuk menggapai kesejahteraan bersama berbasis pendidikan,
solidaritas, kemandirian dan kerja sama. Sebuah ikhtiar sekaligus perjuangan
membangun Manggarai Raya dari lilitan kemiskinan.***
(Dipublikasikan pertama oleh HU Flores Pos, Jumat 20 Maret 2015, Hal. 10)
Saya sungguh yakin bahwa suara Gereja masih kuat didengarkan oleh umat/masyarakat NTT. khususnya di Flores. Gerakan Koperasi Kredit melalaui jalur Paroki sudah bebrapa tahun lalu dilakukan dan sekarang masih gencar dilakukan. Inilah yang mendorong meingkatnya jumlah orang katolik Manggarai/flores masuk kopdit. Satu hal yang mungkin dibuat lagi sebagai sebuah komitmen Gerreja Manggarai adalah masukan ilmu tentang koperasi kredit sebagai mata kuliah tambahan/ekstrakurikuler di STIPAS -Ruteng, karena dari sanalan agen-agen pastoral dihasilkan, mereka juga harus menjadi agen penguatan ekonomi umat basis melalui pengetahuan formal tentang koperasi kredit.
ReplyDeleteBesar harapan bahwa dengan adanya mata kuliah Kewirausahaan di kampus2 Katolik, salah satu pilihan adalah meneruskan geliat Koperasi Kredit (Credit Union), hal mana sesuai dengan ajaran dan tradisi Kristen. Terima Kasih.
DeleteMasukkabn Pendidikan Credit Union melalui Kursus Persiapan Perkawinan, salah satu cara memperkenalkan Gerakan CU kepada keluarga muda.
ReplyDeleteKami merasa bahwa ini kebutuhan mendesak. Kiranya ada jalan agar di KPPK diberi kesempatan untuk Menginfokan CU.
Delete