MENJADI ABDI
Menghalau Gelap Budi, Menebar Fajar Pengetahuan
Berada pada kesadaran kritis yang dilumuri kekaguman dan rasa hormat atas kiprah Pater Roosmalen di dunia pendidikan, buku ini memperoleh alasan keberadaannya. Kegelapan budi adalah kiasan yang dapat disimpulkan ketika anak-anak negeri Congka Sae ini belum dijamah pendidikan formal yang bermutu. Kegelapan budi juga adalah tanda masih diperlukannya sebuah hirauan untuk sebuah perkembangan yang humanistis di masa depan dengan titik tumpu pengetahuan. Kehadiran Roosmalen sebagai seorang guru yang mengabdi secara total dalam dunia pendidikan menebar fajar pengetahuan yang dapat dijadikan arah baru perkembangan ke arah modernitas. Pendidikan yang integral dan holistik dengan penekanan yang seimbang antara aspek intelektual, spiritual, afektif dan sosial adalah ciri khas ”perguruan” Roosmalen. Komprehensivitas inilah yang juga menjadi tanda dari lembaganya.
Di hari-hari tuanya, Roosmalen tetap setia mengawali dunia pendidikan, dengan tinggal di seputar kampus STKIP St. Paulus. Meski mendapat kamar di Rumah Keuskupan Ruteng, Nene Malen, sapaan manisnya oleh segenap warga kampus, tetap memilih tinggal di rumah para dosen STKIP St. Paulus. Tempat yang tak memiliki batas dengan arena perjuangannya di masa lalu. Ia masih memedulikan perkembangan pendidikan dengan menyumbangkan dana bagi perpustakaan kampus. Kunjungan ke kampus, sambil membawa Harian Umum KOMPAS, atau majalah Mingguan HIDUP serta jurnal tertentu, merupakan peristiwa rutin untuk mengisi hari-hari pensiunnya. Dari pancaran wajahnya, terlihat sebuah guratan perjuangan yang juga terukir pada setiap tatapan matanya. Dengan langkah yang masih terayun kuat di usia 88 tahun, Nene Malen seakan tiada lelah memberikan semangat serta perhatian buat generasi muda. Kala Manggarai berada pada masa kegelapan budi karena ketiadaan pendidikan yang memadai, ia telah menawarkan perspektif pencerahan yang bermuara pada pembebasan dari kungkungan ketidaktahuan. Bila sedikit bergeser ke area yang sama dengan R.A. Kartini, pergulatan hidup Pater Roosmalen adalah sebuah ikhtiar untuk menghalau kegelapan pengetahuan dengan terang fajar budi yang benderang!
Dalam perspektif pembebasan yang tercerahkan, ada sebuah ikhtiar yang terpantul ke batin segenap pribadi yang berada pada koridor perjuangan yang sama. Ikhtiar itu coba dipempatkan dalam sebuah ide untuk menulis perspektif pencerahan dalam bingkai ”buku kenangan”. Intensinya jelas, untuk menghormati, dalam rasa kagum dan syukur yang mendalam, karya dan pengabdian Pater Roosmalen dalam bidang pendidikan, persis ketika STKIP St. Paulus memasuki pesta emas (50 th) pada tahun 2009 nanti.
Adapun buku ini tersusun atas tiga bagian besar yang menyentuh ranah pendidikan, teologi dan pastoral. Meskipun terbagi dalam tiga kelompok, artikel-artikel yang ada tidak terlepas satu dengan yang lainnya. Alur pemikirannya jelas terbingkai dalam perspektif pembebasan yang telah tercerahkan. Di samping tiga bagian itu, ada prolog dan epilog yang juga turut menyempurnakan jalan pikiran buku ini.
Bagian Pertama: Prolog, berisikan sebuah otobiografi P. Roosmalen, lalu disusul tulisan bapak Stef Agus di bawah judul: P. Roosmalen di Mata Saya, Sebuah Tutur dari Pengalaman Ada Bersama. Tulisan berikutnya: Hidup yang Kaya Makna (P. Oswald Bule) merupakan tirisan refleksi bernas yang secara eksplisit diarahkan untuk melihat tapak-tapak hidup P. Roosmalen. Yang menarik dalam otobiografi P. Roosmalen ialah adanya detail-detail kisah yang dikerjakan dengan teliti. Walaupun tidak mengungkapkan semua yang telah terjadi, kisahan dalam otobiografinya ini memberikan gambaran siapakah Roosmalen dan karyanya.
Bagian Kedua: Bidang Pendidikan, diulas tema-tema tentang: Pendidikan sebagai Proses (P. Budi Kleden), Profil Yesus sebagai Pendidikan dan Guru (P. Servulus Isaak), Peningkatan Kualitas Guru (Rm. Gregorius Syukur), Upaya Mengembangkan Kurikulum Berbasis Sekolah (Mantovany Tapung), Peserta Didik sebagai Customer Dalam Pengelolaan Pendidikan (Marsel Payong), dan Oportunisme dan Wacana Jati Diri Bangsa (Rm. Ignas Semana). Tulisan-tulisan ini terbentang antara refleksi filosofis, spiritual hingga manajemen pendidikan modern yang aktual.
Bagian Ketiga: Bidang Teologi. Pada bidang ini dibahas tema-tema tentang: Teologi Relasi (Kanisius T. Deki) dan Teologi Ekologi Moltmann (Fransiska Widyawati). Dari kehidupan Pater Roosmalen, sangat kentara ia mencintai bidang ini. Terdapat perpaduan kental antara aktivitas misioner di bidang pendidikan yang didasari refleksi teologis yang relevan. Relasi antara gagasan teologis, visi misioner dan praksisnya pada pencintaan lingkungan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kenyataan kampus STKIP St. Paulus yang asri hingga saat ini.
Terbangun dari suatu kesadaran akan misi yang tiada akhir untuk menciptakan tata dunia yang lebih baik, pada Bagian keempat : Bidang Pastoral, ditampilkan racikan refleksi yang mendalam tentang berbagai hal, di antaranya: Pastoral Akar Rumput (Yosef M.L. Helo), Ekaristi dan Keterlibatan Sosial (Lucius Modo), Kiprah Gereja Manggarai (Chripinus Jebarus), Gereja dan Politik (Rm. Jon Boy Lon), Ekologi Kebudayaan dan Etika Media (P. David Djerubu), Kesadaran Ekologi Sebagai Misi Lintas Batas (Hendrikus Midun), Sumbangan BK dan Konseling (P. Frans Laka Lazar), Civil Society (Rm. Max Regus). Artikel-artikel ini dikedepankan dengan suatu keyakinan dapat dijadikan refleksi tandingan untuk menentukan pijakan bagi arah hidup di masa yang penuh dengan ketidakpastian ini.
Sebagai penutup, buku ini diakhiri dengan sebuah Epilog dari editor. Sebuah simpulan yang dimaksudkan dapat menarik benang merah dari artikel-artikel yang disumbang oleh kontributor dalam kaitannya dengan refleksi sejarah. Refleksi-refleksi ini bermuara pada penemuan titik-titik pijak untuk membangun peradaban yang makin humanistis di masa depan. Ranah pendidikan, dimana generasi-generasi muda mendapat tempat, dalam perpaduannya dengan refleksi teologis-pastoral, diharapkan sungguh berperan profetik dalam aras transformasi sosial, sebagai pembebas bagi dunia yang terus berubah. Proficiat dan terima kasih berlimpah untuk Pater Roosmalen, selamat menikmati hari-hari pensiun dengan damai. Selamat membaca!
Editor:
Kanisius Teobaldus Deki, M.Th
Pengenalan diri! Kalimat ini begitu ringkas tapi serentak mengandung tanya, ”Untuk apa mengenal? Apakah mengenal itu begitu penting? Sejauh mana ia penting dan mendesak? Apa makna yang terkandung dalam proses mengenal diri?” Inilah sederetan pertanyaan yang pernah menyinggahi rasio tatkala kita ”berbicara” tentang seorang tokoh dalam buku ini. Ringkasnya, proses mengenal memungkinkan seseorang dapat menemukan sesuatu. Dalam bingkai perspektif seperti ini, menulis artikel untuk menghormati seorang penjasa adalah upaya untuk semakin mengenal diri, visi dan misi perjuangan yang sedang dilanjutkan di lembaga pendidikan, khususnya di STKIP St. Paulus.
ReplyDeleteHalaman: xxii, 547.
Penerbit: Ledalero, 2008.
ISBN: 978-979-9447-97-5
Harga Rp. 100.000,00
Pemesanan: 0852 5335 5226