In Memoriam Opa Teus (1)
Sepi, hening. Tirisan air hujan terus menetes. Seakan langit tak
kehabisan stok. Udara dingin. Semilir angin menusuk pori2. Ruteng diselinuti
rasa dingin yg sulit dilawan. Kabut terus membungkus kota ini. Seakan
menunjukkan suasana buram yg sedang kami rasakan.
Tgl 24-26 Desember 2018 kami rayakan natal bersama opa oma dan
adik yg datang dr Bali dan dua saudari dan keluarga mereka dalam rasa gembira.
Penuh kehangatan dan cinta. Borong yg mendung menyambut kami dalam keceriaan.
Kebahagiaan itu
dilanjutkan lagi di Ruteng tgl 27 opa oma dijemput. Keluarga besar berkumpul
dalam acara Teing Hang leluhur. Opa baik2 saja. Semua keluarga besar berkumpul
dalam kebahagiaan.
Kami
menghiburnya dengan pesiar keliling kota. Setelah sekian lama di Borong, Opa
hanya berdiam diri di rumah. Bersama cucunya Atenzs, kami menyempatkan diri
menonton turnamen U-16 di Karot. Turnamen yg lembaga kami, Nusa Bunga Mandiri,
selenggarakan. Opa bahagia. Terlihat dr ekspresi wajahnya.
Pada
tgl 31 kami mengunjungi keluarga di Wesang. Hanya sejam dua jam. Lalu merayakan
tahun baru bersama. Pkl. 20.00 opa beristirahat di rumah Tua Golo Tenda, adik
ketiga opa.
Hawa
dingin sulit dilawan opa oma. Tgl 1 Januari 2019 mereka diantar pulang ke rumah
mereka di Borong. Siapa sangka pkl. 02.00 dini hari opa tidak sadarkan diri.
Adik menelepon pkl. 03.00 setelah diantar ke Puskesmas Borong. Pkl. 05.00
dokter merujuk ke RS Dr. Ben Mboi. Opa tiba jam 06.30.
Pertarungan
melawan maut. Opa kejang berkali2. Namun opa tetap bernafas meski sudah tak
sadarkan diri. Karena tetap tidak sadar sy menelopon P. Hubert Muda SVD untuk
menerima Sakramen Penguatan bagi Opa. Pater datang. Opa menerimanya disaksikan
kami semua.
Saat
sendiri bersama opa, ada dialog hening tanpa kata. Tuturan antara seorang anak
dan bapak. Melampaui kembali semua waktu. Menjumpai kenangan2 indah di masa
kecil. Tentang kebahagiaan yg datang dari seorang petarung handal. Seorang
pahlawan yg tak kenal lelah bekerja membesarkan kami. Seorang pendiam yg
bijaksana. Tak kenal marah. Tak mampu berbuat kejam. Seorang pemberani yg tak
takut risiko bahkan saat perkelahian massal terjadi. Opa pelerai yang hebat dan
begawan negosiator di tengah situasi konflik. Seorang pencinta dengan perbuatan
kasih.
Kesendirian
ini tanpa kata2. Hening yg tak terukur waktu. Desahan nafas opa dalam bantuan
oksigen dan aneka selang. Pandangan yang tak pernah diharapkan! Opa bangunlah.
Mari kita bercerita lagi. Membunuh hawa dingin dan melawan hujan yg tak mau
berhenti. Opa bangunlah. Cucu-cucumu menanti engkau sehat lagi untuk bermain2
mengisi bab2 hidup mereka dengan kisahan bersamamu.
Kami
sudah merasakan cintamu maksimal. Bangunlah untuk mereka yg masih kecil ini.
Agar mereka sendiri berkisah ttg segalanya bersamamu, bukan lagi karena kami
bercerita, tetapi karena mereka sendiri mengalaminya.
Opa,
bangunlah...