Friday 9 November 2018

Mencintai Dan Memberi



Kanisius T. Deki



          Dalam Symposium Sokrates berbicara secara khusus tentang cinta. Diskusi-diskusi seputar persoalan cinta diutarakan. Phaidros berpendapat bahwa cinta adalah Dewi Agung serta indah di surga dan di bumi. Cinta adalah sumber segalanya dan karena itu merupakan dewi paling utama. Menurut Phaidros, Cinta membuat orang segan akan hal-hal yang buruk, dan berkeinginan akan hal-hal yang baik. Karena itu tanpa cinta, mustahil manusia atau negara menghasilkan keindahan dan keagungan dalam karya mereka. Cinta juga akan memberikan kekuatan kepada orang-orang yang mencintai itu langsung dari dalam dirinya sendiri. Phaidros melanjutkan bahwa hanya orang-orang yang mencintai rela berkorban untuk mati.[1] Selanjutnya Agathon mengatakan jika ada cinta tidak mungkin terjadi pengebirian terhadap satu sama lain serta kejahatan-kejahatan lainnya. Yang ada hanyalah persahabatan dan perdamaian. Cinta juga menjauhkan perpecahan dan mendekatkan persahabatan, mendatangkan kelembutan dan meniadakan kekerasan, senang memberi kebaikan dan benci kejahatan, sangat ramah dan halus, indah bagi yang bijaksana dan mengagumkan bagi para Dewa.[2]

          Sambil berpijak pada pidato Diotima di Mantineia, Sokrates mengatakan bahwa hakekat  Cinta  adalah sebagai penolong yang paling baik bagi manusia. Karena itu cinta hendaknya dihormati, seperti ia sendiri juga menghormatinya, sehingga oleh sebab itu Sokrates mengamalkannya. Ia juga mendorong orang lain untuk berbuat demikian. Bagaimana jalan menuju kepada cinta? Sokrates mengatakan bahwa jalan yang benar untuk mendekati hal-hal yang mengandung cinta adalah mulai dari hal-hal yang indah, mendakilah ke atas demi kebaikan keindahan itu dengan jalan satu per satu, kemudian  melihat hal-hal yang indah, lalu menuju tubuh yang indah, menuju cita-cita dan pengalaman yang indah, sehingga dari pengalaman yang indah menuju cara belajar yang indah, dan dari cara belajar yang indah itu nanti akan sampai pada cara belajar yang sempurna dan semata-mata belajar keindahan itu sendiri sampai mengetahui kesempurnaan keindahan. Dan dalam kehidupan semacam itulah hidup mempunyai nilainya yaitu ketika dia merenungkan keindahan itu sendiri. Dengan demikian dia sudah melahirkan kebajikan yang sesungguhnya dan memeliharanya.[3]

          Menelaah pendapat Sokrates kita dapat mengatakan bahwa ia sebenarnya membuat kesimpulan atas pandangan Phaidros dan Agathon. Namun apa yang menjadi kelebihan Sokrates ialah memberikan dimensi baru pada cinta yakni: cinta selain bernilai di dalam dirinya sendiri (in se), cinta demi cinta, juga bernilai untuk sesuatu yang lain. Dengan demikian, cinta memiliki efek sosial.





[1]W.H.D. Rouse, Symposium: Dialog Plato Tentang Cinta, diterjemahkan oleh Yayasan Pengembangan Ilmu (Bandung: Sinar Baru, 1986), pp. 5-7.
[2] Ibid, pp. 23-25.
[3] Ibid, p. 36.

No comments:

Post a Comment