Friday 23 March 2012

Koperasi dan Spirit Pembebasan


(Selarik Catatan Ziarah Kopkardios)

Kanisius T. Deki, M.Th

Dosen STKIP St. Paulus Ruteng,

Sekretaris Pengurus Kopkardios Ruteng

Memerihatinkan! Hampir setiap hari kita membaca di media massa tentang masalah krusial yang menimpa masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT). Masalah – masalah itu berkutat antara bencana alam yang diakibatkan oleh perubahan iklim global sampai pada bencana yang ditimbulkan karena keserakahan manusianya.

Masalah kemiskinan yang akut, sumber daya pertanian yang melimpah tetapi tidak dieksplorasi secara maksimal, korupsi yang telah membudaya dan melibatkan hampir semua elemen masyarakat, pengangguran intelektual yang sulit ditekan, perjudian yang sukar diberantas, kekerasan dan ketidakadilan sosial dan hukum, budaya yang kian merosot dan tak jua mampu beradaptasi dengan kemajuan pesat yang ditimbulkan trend modernitas dan kehidupan religius yang seolah-olah menuju kepunahan.

Menghadapi masalah-masalah yang muncul ke permukaan kenyataan masyarakat NTT, pelbagai pihak memberikan tanggapan serentak jawaban. Pemerintah dengan prosedur hukum dan kebijakannya, coba mempresentasikan jawaban itu dalam program yang dicanangkannya. Demikian juga lembaga-lembaga lain, termasuk Gereja.

Penduduk NTT sebagian besar adalah orang-orang Kristen. Bagaimana upaya Gereja menjawabi tantangan aktual NTT, adalah sebuah pertanyaan yang urgen untuk dijawab. Artikel ini lebih merupakan secuil refleksi atas keterlibatan gereja Katolik Manggarai dalam membidani kelahiran Koperasi Karyawan Disoses Ruteng (Kopkardios). Sebuah catatan kecil tentang jawaban atas pertanyaan bagaimana membawa masyarakat (umat) keluar dari area kemiskinan massif.

Menyisir Sejarah

Kopkardios berawal dari gagasan beberapa Pimpinan Unit yang ada di lingkup kantor pusat Dioses Ruteng melalui rapat pembentukan pada tanggal 22 Desember 1998. Pertemuan ini berlangsung di Gedung Serba Guna Maria Asumpta, dihadiri oleh 61 orang peserta dari unsur karyawan Keuskupan Ruteng calon anggota Kopkardios Ruteng.

Beberapa angenda pada pertemuan awal ini antara lain: pengarahan dari Departemen Koperasi Kabupaten Manggarai / Pembina pengusaha Kecil dan Menengah (Bpk. John Sakir). Pembina Kopkardios (Rm. Simon Nama, Pr) dan informasi tentang Program Kopkardios oleh Bpk. Gabriel Awak, MM. Selain itu, informasi tentang Operasional Kopkardios disampaikan oleh P. Marsel Nahas, SVD.

Selaku Pembina Kopkardios, pada saat itu, Rm. Simon Nama, Pr, memberi orientasi perlunya Koperasi Karyawan Dioses dibentuk. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan para karyawan yang bekerja di lingkungan Keuskupan Ruteng. Selain itu, lahirnya Kopkardios merupakan upaya mendukung program Keuskupan Ruteng di bidang kemandirian multiaspek, khususnya bidang ekonomi.

Kopkardios Ruteng resmi terbentuk dan beroperasi tanggal 01 Januari 1999. Wilayah kerjanya meliputi seluruh wilayah Dioses Ruteng. Anggota awal berjumlah 107 orang (Pastor beserta karyawan Keuskupan Ruteng) dengan modal perdana Rp 12.840.000 (berupa Simpanan Pokok Rp 6.420.000, Simpanan Wajib Rp 6.420.000).

Akta Pendirian Kopkardios Ruteng diterbitkan dan disahkan melalui Keputusan Menteri Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menegah dengan Surat Keputusan Nomor : 01/BH/KDK. 24. 10/VII/99 tanggal 06 Juli 1999.

Visi yang dibangun oleh Kopkardios adalah terwujudnya lembaga keuangan yang dikelola secara mandiri, professional dan berdasarkan pada nilai-nilai serta prinsip-prinsip Koperasi untuk kesejahteraan para anggota dan masyarakat sekitarnya.

Adapun misinya adalah mengembangkan produk pelayanan kepada anggota yang lebih kompetitif dan menguntungkan, meningkatkan kualitas dan kuantitas keanggotaan, meningkatkan kualitas manajemen, memperkuat kerja sama dengan semua pihak dan memperkokoh gerakan dengan menjalankan secara utuh komitmen Gerakan Koperasi Kredit Indonesia (GKKI).

Prinsip yang terbangun yakni, keanggotaan yang bersifat sukarela & terbuka, pengelolaan secara demokratis oleh anggota, partisipasi anggota dalam kegiatan ekonomi, otonomi dan kemandirian, pendidikan dan pelatihan, kerja sama antar koperasi, kepedulian terhadap masyarakat, khususnya di tempat-tempat terpencil yang tak tersentuh bank.

Membangun Spirit Pembebasan

Kemiskinan sebagai kenyataan umum NTT melahirkan gerakan pembebasan. Gerakan Koperasi Kredit (Kopdit) merupakan salah satunya. Setidaknya, secara teoretis ada dua manfaat Kopdit.

Pertama, manfaat di bidang ekonomi. Koperasi dapat meningkatkan penghasilan anggota-anggotanya. Sisa hasil usaha yang diperoleh koperasi dibagikan kembali kepada para anggotanya sesuai dengan jasa dan aktivitasnya. Selain itu, menawarkan barang dan jasa dengan harga yang lebih murah. Barang dan jasa yang ditawarkan oleh koperasi lebih murah dari yang ditawarkan di toko-toko.Hal ini bertujuan agar barang dan jasa mampu dibeli para anggota koperasi yang kurang mampu. Juga, menumbuhkan motif berusaha yang berperikemanusiaan. Kegiatan koperasi tidak semata-mata mencari keuntungan tetapi melayani dengan baik keperluan anggotanya. Tentu, kopdit menumbuhkan sikap jujur dan keterbukaan dalam pengelolaan koperasi. Setiap anggota berhak menjadi pengurus koperasi dan berhak mengetahui laporan keuangan koperasi. Arahnya juga melatih masyarakat untuk menggunakan pendapatannya secara lebih efektif dan membiasakan untuk hidup hemat.

Kedua, di bidang sosial, koperasi mempunyai beberapa manfaat: mendorong terwujudnya kehidupan masyarakat damai dan tenteram, mendorong terwujudnya aturan yang manusiawi yang dibangun tidak di atas hubungan-hubungan kebendaan tetapi di atas rasa kekeluargaan dan mendidik anggota-anggotanya untuk memiliki semangat kerja sama dalam semangat kekeluargaan.

Dalam rentang usia yang masih belia, selama 12 tahun Kopkardios melayani masyarakat Manggarai Raya (Barat, Tengah & Timur). Pertumbuhan anggota dan asset signifikan. Tahun 2004 jumlah anggota sebanyak hanya 188 orang, dengan asset sebanyak Rp.282,409,779. Tahun 2005 ada penambahan, menjadi 229 orang, asset juga bertambah menjadi Rp. 425,357,813. Peningkatan tajam mulai tahun 2008, jumlah anggota 342 dengan asset Rp. 1,049,264,390. Sejak tahun 2010, jumlah anggota makin banyak yakni 1.584 orang dengan asset Rp. 4,571,894,038. Tahun buku 2011 peningkatan anggota sangat mengagumkan yakni sebanyak 3.334 orang dengan total asset Rp. 9,810,265,212. Hingga saat ini (Maret 2012), asset sudah berubah menjadi 10M lebih dengan anggota sebanyak 3,710 orang.

Persebaran anggota Kopkardios ada di banyak tempat, khususnya jalur-jalur paroki. Hingga saat ini ada sebanyak 2.211 laki-laki dan 1.123 wanita yang tersebar di kota Ruteng dan 11 Tempat Pelayanan Kopkardios (TPK). TPK ini ada di Paroki Mano (274 orang), Paroki Bari (407 orang), Paroki Cancar (168 orang), kelompok Kelimutu (66 orang), Paroki Rua (281 orang), Paroki Nanga Lanang (281 orang), Paroki Tanggar (144 orang), Paroki Wajur (120 orang), Paroki Mbata (40 orang), Paroki Lempang Paji (67 orang), Paroki Colol (53 orang).

Kopkardios hanyalah salah satu Kopdit di Manggarai Raya yang bergerak ke arah pemakmuran rakyat (umat). Mula-mula anggotanya hanya karyawan diosesan tetapi kemudian terbuka (inklusif) kepada semua pihak, golongan dan agama. Harus diakui, sumbangannya masih kecil bila ditilik dari jumlah umat Katolik Manggarai sebanyak 644.180 orang. Namun, lembaga ini bekerja sama dengan 22 Kopdit lainnya untuk saling menyatukan visi dan misi pembebasan masyarakat.

Kerja sama ini berkiblat pada dua sisi. Pertama, semakin banyaknya masyarakat yang mau menjadi anggota dibarengi makin kuatnya pendidikan anggota sehingga mereka menjadi pemain yang aktif dalam percaturan ekonomi global. Kedua, makin terakomodirnya masyarakat miskin dalam satu gerakan pembebasan melalui spirit “orang miskin membantu sesama miskin” (the poor helping the others). Masyarakat miskin sebagai subjek perubahan (agent of change), dilibatkan untuk memutuskan mata rantai kemiskinannya dengan jalan yang lebih deliberatif.

Sebagai “ikon keuskupan” di bidang ekonomi, Kopkardios menjadi “ntala gewang” (bintang cemerlang) untuk memberi cahaya bagi kesadaran masyarakat Manggarai Raya dari kegelapan kemiskinan. Keterlibatan semua pastor paroki, pengurus Dewan Pastoral Paroki serta semua perangkat pastoral untuk mengajak masyarakat (umat) adalah jalan lapang untuk membuat kemakmuran itu sebagai sesuatu yang mungkin (possible). Minimal, Kopdit ini menghindarkan masyarakat dari cengkeraman rentenir dan lembaga keuangan yang sangat tidak akomodatif terhadap rakyat miskin dan sederhana.*** (dimuat di Flores Pos, 22 Maret 2012)